Sesuai dengan namanya, orang tua membeli dan menempatkan anak di baby walker untuk memfasilitasi anaknya agar dapat belajar berjalan lebih cepat, menyenangkan, dan aman. Apakah baby walker memang membantu bayi belajar berjalan? Baca penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa Risiko Menggunakan Baby Walker?
Peneliti menemukan bahwa alat ini ternyata tidak dapat membantu bayi lebih cepat berjalan dan cenderung membahayakan dengan adanya fakta bahwa bayi menjadi rentan cedera.
Baby walker membuat bayi bisa berpindah tempat tanpa terkendali, termasuk ke area-area yang berbahaya. Padahal pada usia ini bayi belum memiliki pengetahuan tentang bahaya.
Bayi yang menggunakan baby walker berisiko mengalami:
- Tersandung dan jatuh terguling
- Jatuh dari tangga, yang dapat menimbulkan cedera kepala dan leher
- Terbentur dinding atau meja
- Meluncur tak terkendali dan tersangkut di tempat yang sulit diraih
- Membuat anak dapat meraih benda-benda berbahaya yang tadinya agak jauh dari jangkuannya seperti pisau atau cangkir teh panas
- Jatuh ke kolam dalam dan tenggelam
- Gangguan pola berjalan dan gangguan panggul di masa mendatang
Beberapa negara telah melarang penggunaan baby walker, seperti Amerika, Kanada, dan Inggris (UK). Beberapa negara di Eropa yang menetapkan standar produksi perlengkapan ini karena terbukti dapat menyebabkan cedera yang berat/membahayakan.
Apa Dampak Pemakaian Baby Walker?
Di sisi lain, baby walker membuat banyak bayi yang seharusnya memang belum waktunya berjalan menjadi dipaksa berjalan. Data menunjukkan bahwa orang tua mulai menempatkan bayinya di baby walker ketika sang buah hati di rentang usia 4-6 bulan, kelompok usia yang terlalu dini untuk seorang bayi belajar berjalan.
Para pakar menilai bahwa mempercepat kemampuan ini tidak bermanfaat untuk tumbuh kembangnya. Bahkan beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa bayi yang menggunakan baby walker lebih lambat 4 hari memperoleh kemampuan berdiri sendiri dan 26 hari lebih lambat mencapai kemampuan berjalan sendiri, dibandingkan anak yang tidak menggunakan baby walker.
Hal ini terjadi karena struktur otot yang digunakan untuk berjalan ternyata berbeda dengan otot yang digunakan bayi saat bergerak menggunakan baby walker. Anak dengan baby walker cenderung bergerak/berjalan dengan menggunakan jari kaki (toe-walking), yang akhirmya membuat anak memiliki kelainan pola berjalan.
Apakah Alternatif Perlengkapan Berjalan yang Lebih untuk Bayi?
Jika masih ingin memberikan perlengkapan yang dapat membantu bayi berlatih berdiri atau berjalan, Bunda dan Ayah dapat menggunakan stationary/activity walker, activity center, atau walking assistant. Cara yang lebih alami dan dapat dibilang yang terbaik, adalah dengan melakukan stimulasi motorik sederhana (tanpa alat bantuan khusus), yang tentunya dilakukan sesuai dengan usia bayi.
Pada usia 6 bulan Bunda dapat menempatkan bayi pada posisi tengkurap di atas matras yang stabil, merangsang bayi melatih otot tungkai bawah dan punggung untuk mulai menganggat dada dan pantat (posisi “onggong-onggong”), kemudian merangkak ke mana-mana sambil terus didampingi. Dengan cara ini, secara bertahap otot panggul dan tungkai bawah menjadi kuat sebagai dasar bayi belajar berdiri dan berjalan.
Di atas usia 8 atau 9 bulan, setelah lihai merangkak, dia akan mulai berdiri dengan berpegangan pada boks bayi, atau pada tubuh kita yang mendampinginya. Setelah kuat dan merasa stabil menapak, bayi akan mulai berani berani lepas pegangannya saat berdiri dan percaya diri untuk melangkah.
Kemudian bayi mulai ingin bergeser dengan perlahan berjalan merembet berpegangan pada tembok atau sofa misalnya, atau sambil ditatih. Dan akhirnya setelah koordinasi anggota gerak dan keseimbangan lebih baik, bayi akan mulai berjalan sendiri secara bertahap.
Stimulasi perkembangan sangat penting dilakukan Ayah dan Bunda, baik dengan atau tanpa bantuan alat, asalkan dilakukan sesuai dengan usia dan tahap perkembangan si buah hati.