Bagian yang tak kalah pentingnya pada kehamilan adalah air ketuban. Bagaimana warna air ketuban yang normal? Bagaimana bila warnanya tidak normal? Cek penjelasan berikut ini.
Pengertian Air Ketuban
Air ketuban adalah cairan yang melindungi janin di dalam kandungan. Cairan ini terdiri atas air, elektrolit, protein, lemak, mineral, hasil ekskresi janin, dan sel-sel janin.
Cairan ketuban dibungkus membran atau kantong yang disebut selaput ketuban, di mana bayi berada di dalamnya. Di dalamnya, si Kecil akan bergerak bebas, terlindung dari benturan dan infeksi.
Menurut penelitian, diketahui bahwa pada sekitar 12 hari setelah pembuahan, tubuh akan bersiap memproduksi cairan ketuban. Volume air ketuban akan terus bertambah seiring usia kehamilan.
Setelah mencapai usia 34 minggu, volume air ketuban kira-kira adalah 800 ml. Selanjutnya, produksi air ketuban secara alami akan berkurang sedikit demi sedikit. Ini adalah proses persiapan si Kecil bernapas menggunakan paru-parunya saat lahir.
Warna Air Ketuban yang Normal
Secara umum, warna air ketuban yang normal adalah jernih atau agak kekuningan. Dalam beberapa kasus, ada air ketuban yang warnanya kemerahan karena bercampur darah yang terjadi saat serviks (mulut rahim) mulai membuka. Kondisi ini termasuk normal, sehingga tidak perlu Bunda khawatirkan.
Dalam kondisi yang tidak normal, air ketuban juga dapat memiliki berbagai warna, misalnya:
- Kecokelatan: air ketuban ini bercampur darah yang cukup banyak. Ada kemungkinan terjadi perdarahan di dalam kantong ketuban.
- Merah-cokelat pekat: terjadi kegawatan janin, ada masalah plasenta, atau kematian janin.
- Jingga pekat: terdapat ketidakcocokan darah antara ibu dan bayi.
- Hijau pekat: Air ketuban bercampur dengan feses pertama bayi atau disebut mekonium yang mengandung bakteri.
Normalnya, air ketuban tidak berbau dan tidak kental. Namun ada juga air ketuban yang beraroma mirip kaporit atau beraroma manis. Ini juga normal Bun, bukan merupakan indikasi masalah kesehatan.
Bunda perlu waspada bila terjadi hal-hal berikut:
- Air ketuban keruh. Hal ini bisa disebabkan infeksi bakteri, atau bercampur feses janin. Ketuban keruh juga bisa disebabkan meningkatnya bilirubin karena bayi mengalami anemia hemolitik.
- Bila aroma air ketuban tidak sedap atau amis. Mungkin terjadi infeksi atau kegawatan pada janin.
Bila terjadi kondisi air ketuban yang tidak normal, segera periksakan diri ke dokter. Penundaan pemeriksaan akan memperbesar risiko komplikasi dan infeksi yang lebih berat pada si Kecil. Selama selaput ketuban tidak bocor, maka tidak ada acara untuk mengetahui kondisi air ketuban kecuali melalui USG.
Bagaimana Cara Mengetahui Kondisi Air Ketuban?
Seiring dengan usia kandungan, cairan ketuban akan semakin banyak. Saat tanggal perkiraan lahir makin dekat, Bunda perlu sering mengecek adanya kebocoran ketuban.
Cairan ketuban yang merembes ditandai dengan keluarnya air dari vagina, namun bukan seperti BAK. Cairan ini terus menetes tanpa bisa ditahan. Bila ini terjadi, segera cek warna dari ketuban Bunda.
- Bila air ketuban jernih dan jumlahnya sedikit, mungkin terjadi kebocoran pada kantong ketuban. Dokter perlu menyarankan tirah baring untuk mencegah kebocoran lebih besar.
- Bila air ketuban yang keluar tidak jernih atau berwarna, berarti ada hal yang tidak normal. Kondisi ini segera membutuhkan penanganan oleh dokter.
Saat periksa kehamilan, dokter akan mengecek kondisi air ketuban Bunda melalui USG. Ketuban yang terlalu banyak atau terlalu sedikit bisa terdeteksi melalui pemeriksaan ini.
Dokter juga akan mengecek kondisi ketuban melalui tes AFI (amniotic fluid index) dan/atau MPV (maximum vertical pocket). Bila semuanya normal, berarti si Kecil dalam keadaan baik dan sehat.
Bagaimana Bila Ketuban Pecah?
Bila Bunda merasakan adanya cairan yang keluar dari vagina tanpa terasa baik sedikit-sedikit ataupun banyak, ini menandakan kantong ketuban sudah pecah. Normalnya ketuban akan pecah ketika Bunda sudah berada dalam proses persalinan. Idealnya persalinan dan pecah ketuban terjadi di atas usia kehamilan 37 minggu.
Ketuban yang pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini (KPD). Dokter perlu segera memeriksa Bunda untuk merekomendasikan tindakan selanjutnya.
Penyebab ketuban pecah dini di antaranya:
- Terjadi infeksi
- Efek samping dari kebiasaan merokok
- Kehamilan kembar
- Polihidramnion atau kondisi ketuban yang terlalu banyak
- Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
Bila 24 jam setelah pecah ketuban Bunda tidak mengalami tanda-tanda persalinan seperti kontraksi dan keluarnya lendir darah, dokter akan menyarankan pemberian induksi untuk merangsang persalinan.
Bun, tak perlu merasa risau. Sebagian besar kehamilan yang sehat bisa dilalui tanpa kelainan pada ketuban. Bila ada masalah, dokter siap menangani untuk memastikan keselamatan Bunda dan si Kecil.
Sumber:
Sehat Q. 2020. Warna Air Ketuban yang Normal dan Kondisinya yang Memengaruhi Kehamilan.
Very Well Family. 2021. What is Amniotic Fluid?
March of Dimes. 2020. Amniotic Fluid.