Gejala DBD pada bayi perlu Bunda ketahui. Ini karena gejala DBD pada bayi sering kali tidak khas dan mirip dengan gejala penyakit lainnya. Padahal, DBD bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Dengan mengenal gejala DBD pada bayi, Bunda bisa membawa Si Kecil ke dokter dan penanganan pun bisa diberikan secepatnya.
DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit akibat infeksi virus dengue yang menyebar lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sering terjadi saat musim hujan.
Umumnya, demam berdarah menimbulkan gejala ringan yang bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, terkadang DBD bisa menjadi lebih parah dan serius, bahkan bisa berisiko menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan tepat.
Untuk itu, penting sekali mengenali gejala DBD pada bayi agar Bunda bisa lebih waspada dan risiko Si Kecil untuk mengalami komplikasi DBD yang fatal pun bisa dicegah.
Fakta tentang Demam Dengue dan DBD
Tahukah Bunda? Demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD) itu berbeda, lho. Demam dengue sendiri merupakan jenis infeksi virus dengue yang cenderung ringan, sedangkan demam berdarah dengue merupakan kondisi yang lebih parah karena penderitanya bisa mengalami pendarahan.
Demam dengue awalnya ditandai dengan gejala ringan yang muncul dalam 4–10 hari setelah digigit nyamuk dan biasanya bisa sembuh sendiri dalam waktu beberapa hari. Nah, gejala demam dengue biasanya ditandai dengan:
- Demam tinggi yang bisa mencapai sekitar 40°C
- Sakit kepala
- Nyeri di belakang mata
- Nyeri pada otot, tulang, dan sendi
- Mual hingga ingin muntah
- Muncul ruam atau bintik-bintik merah pada kulit bayi
Sementara itu, gejala demam berdarah dengue (DBD) biasanya lebih parah, Bun. Pada fase awal, gejala yang timbul awalnya mirip flu sehingga kadang sulit dideteksi. Bahkan, sering kali gejala ini dianggap demam biasa.
Namun, apabila tidak ditangani dengan tepat, DBD bisa menimbulkan komplikasi yang serius. Oleh karena itu, Si Kecil perlu segera mendapatkan perawatan medis ketika terkena DBD.
Gejala DBD pada Bayi yang Harus Diwaspadai
Seperti yang sudah disebutkan, demam dengue yang lebih parah disebut dengan demam berdarah dengue (DBD). Biasanya risiko bayi terkena DBD lebih tinggi jika sebelumnya ia sudah pernah terkena DBD atau demam dengue atau ibunya sendiri terkena DBD saat sedang mengandung.
Gejala DBD pada bayi ditandai dengan demam selama sekitar 1–3 hari. Setelah itu, demam akan menurun sendiri dan hal ini seringkali dianggap bahwa kondisinya sudah sembuh. Padahal, dalam kurun waktu 24–48 jam setelah demam mereda, ini justru merupakan fase kritis pada penyakit DBD.
Oleh karena itu, segeralah bawa Si Kecil ke dokter jika ia mengalami gejala DBD berikut ini:
- Sering menangis atau gelisah
- Muncul ruam atau memar di kulit
- Sakit perut yang parah dan makin berat ketika ditekan
- Muntah terus-menerus, bahkan bisa lebih dari 3 kali dalam 24 jam
- Pendarahan dari gusi atau hidung (mimisan)
- Muntah darah
- BAB atau kencing berdarah
- Sesak napas
- Tampak sangat lemas
- Sulit atau kurang mau menyusu dan makan
Jika Si Kecil mengalami gejala DBD di atas, ia membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin, Bun. Ini karena demam berdarah dengue bisa menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti dehidrasi, pendarahan berat, dan syok.
Penanganan Demam Berdarah pada Bayi
Jika Si Kecil mengalami gejala demam dengue yang ringan, umumnya ia masih bisa dirawat di rumah dengan beberapa langkah berikut ini:
- Memberikan Si Kecil ASI dan air putih yang cukup guna mencegah dehidrasi
- Memberikan Si Kecil MPASI sesuai porsi makan yang mampu dihabiskannya
- Memberikan kompres di dahi, leher, ketiak, atau pangkal paha
- Perbanyak istirahat untuk mempercepat pemulihannya
- Oleskan obat nyamuk
- Tutup tempat tidur bayi dengan kelambu
- Hindari aktivitas di luar ruangan ketika hari menjelang sore
Bunda juga perlu terus memantau kondisinya, ya. Untuk meredakan demam yang merupakan gejala DBD pada bayi, Bunda juga bisa memberikan obat pereda demam paracetamol. Jika kondisinya makin berat atau gejalanya makin parah, segeralah bawa Si Kecil ke dokter anak terdekat agar ia bisa mendapatkan penanganan.
Memang, hingga saat ini tidak ada obat khusus untuk mengatasi DBD. Biasanya, DBD ditangani dengan cara meringankan gejala-gejalanya dan dokter akan memberikan terapi infus untuk mengatasi dehidrasi.
Jika sangat diperlukan, pemberian oksigen dan transfusi darah juga bisa dilakukan apabila demam berdarah yang diderita sudah tergolong parah. Untuk kasus DBD yang parah, bayi juga biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Sumber:
United Nation Children’s Fund. Dengue: How to keep children safe.
World Health Organization. Dengue and Severe Dengue.
Central for Disease Control and Prevention (2024). Manage Dengue in Infants.
Health Direct Australia (2023). Dengue Fever.
U.S. National Library of Medicine Medline Plus (2022). Dengue Fever.
Cleveland Clinic (2022). Dengue Fever.
Mayo Clinic (2022). Dengue Fever.
Setiabudi, D. Ikatan Dokter Anak Indonesia. MEMAHAMI DEMAM BERDARAH DENGUE (BAGIAN 2).
Normandin, B. Healthline (2021). Dengue Fever.
Kids Health, Nemours (2022). Dengue Fever.
Patient Info UK (2023). Dengue.
WebMD (2023). Dengue Fever.