Ketahui Penyebab dan Cara Meringankan Nyeri Ruptur Perineum

Ruptur perineum adalah robekan pada jaringan di antara vagina dan anus. Nah, robekan ini umumnya memang bisa terjadi ketika kepala bayi keluar dari vagina saat persalinan normal. Namun, Bunda tidak perlu takut ya, karena ada beberapa cara untuk mendukung pemulihan ruptur perineum, sehingga Bunda bisa kembali beraktivitas dengan nyaman. 

Proses persalinan normal memang selalu bikin deg-degan ya, Bun. Untuk mengeluarkan bayi melalui proses persalinan normal, Bunda biasanya perlu mengejan. Saat Bunda mengejan, vagina dan perineum akan mengalami tekanan yang sangat kuat. Nah, hal ini bisa berisiko menyebabkan ruptur perineum, Bun. 

Meski demikian, tidak semua ibu akan mengalami kondisi ini, kok. Apalagi, jika persalinan dipandu oleh bidan atau dokter berpengalaman, yang akan mengarahkan  Bunda untuk mengatur napas dan mengejan pada waktu yang tepat. 

Kalaupun mengalami ruptur perineum, Bunda tidak perlu khawatir, karena mumnya dokter atau bidan akan segera menjahit luka robekan pada perineum. 

Berbagai Penyebab Ruptur Perineum

Ruptur perineum bisa terjadi akibat tekanan yang begitu besar saat seorang ibu melahirkan bayinya. Tekanan ini berasal dari otot-otot perineum dan panggul yang bekerja ekstra ketika ibu mengejan agar bayinya bisa segera lahir. 

Selain itu, ada beberapa faktor yang juga dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami robekan perineum saat bersalin, di antaranya: 

  • Melahirkan untuk pertama kali
  • Bayi lahir dengan telentang atau posisi posterior, yaitu kepala di bawah dan menghadap ke perut ibu
  • Proses persalinan dengan alat bantu, seperti forcep atau vakum
  • Ukuran bayi besar atau berat badan bayi di atas 4 kilogram
  • Mengejan dalam waktu lama saat persalinan
  • Pernah menjalani episiotomi 
  • Memiliki riwayat robekan vagina berat pada persalinan sebelumnya
  • Usia ibu di atas 35 tahun saat melahirkan

Tingkat Keparahannya Ruptur Perineum

Perlu diketahui nih, Bun, ruptur perineum memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda. Secara umum, robekan perineum terdiri dari 4 kategori, yaitu: 

1. Ruptur perineum derajat 1

Ruptur perineum derajat 1 dianggap paling ringan, Bun. Soalnya, robekan ini hanya terjadi pada kulit perineum atau bibir vagina dan tidak perlu dijahit. 

2. Ruptur perineum derajat 2

Ruptur perineum derajat 2 adalah jenis luka pascapersalinan yang paling umum terjadi. Robekan ini terjadi di lapisan kulit hingga otot perineum dan sebagian dinding vagina.  Nah, jenis ruptur perineum ini perlu dijahit oleh dokter. Umumnya, luka robekan ini akan memakan waktu sekitar 3–4 minggu untuk sembuh, Bun. 

3. Ruptur perineum derajat 3 

Ruptur perineum derajat 3 merupakan robekan pada area vagina yang lebih dalam, bahkan dapat mengenai bagian otot dubur. Robekan perineum ini umumnya perlu segera dijahit di ruang operasi agar tidak menimbulkan perdarahan yang lebih berat. Umumnya, kondisi ini akan membaik dalam waktu 4–6 minggu. 

4. Ruptur perineum derajat 4

Ini merupakan jenis ruptur perineum yang paling parah. Soalnya, kondisi ini tidak hanya terjadi pada otot vagina dan anus, tetapi sudah mencapai rektum. Ruptur perineum derajat 4 biasanya perlu ditangani dengan operasi. 

Seperti derajat 3, kondisi ini juga membutuhkan waktu selama 4–6 minggu untuk sembuh. Meski demikian, ruptur perineum derajat 4 cukup jarang terjadi. Jadi, Bunda tidak perlu takut dan cemas, ya.

Cara Meringankan Nyeri Ruptur Perineum

Meski bisa sembuh dalam waktu sekitar 6 minggu pascamelahirkan, ruptur perineum kerap menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri yang mengganggu, Bun. Nah, untuk meringankan nyeri sekaligus mempercepat proses penyembuhannya, Bunda dapat melakukan beberapa cara berikut ini: 

  • Berendam atau mandi air hangat selama 15–20 menit. Lakukan ini sebanyak 3 kali sehari ya, Bun. 
  • Kompres dingin area perineum yang terasa nyeri dan bengkak.
  • Jaga area yang terluka agar tetap bersih dan kering.
  • Duduk di atas bantal berbentuk donat untuk mengurangi tekanan pada bokong dan perineum. 
  • Tetap aktif bergerak, misalnya dengan berjalan kaki selama beberapa menit, guna melancarkan aliran darah dan mempercepat pemulihan.
  • Hindari mengejan saat buang air besar. 
  • Penuhi asupan serat dan minum air putih yang cukup untuk mencegah dan mengatasi sembelit. Bila perlu, Bunda bisa mengonsumsi obat pencahar sesuai anjuran dokter.
  • Tidak berhubungan seksual hingga 6 minggu setelah melahirkan.
  • Lakukan senam Kegel secara rutin.

Jika luka ruptur perineum masih terasa nyeri setelah melakukan cara di atas, Bunda bisa minum obat pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun, penggunaan obat ini harus sesuai anjuran dokter, ya. 

Penting untuk diingat, setiap ibu hamil memang berisiko mengalami ruptur perineum saat melahirkan. Namun, kondisi ini biasanya tidak sampai memerlukan penanganan yang serius. Jadi, Bunda tidak perlu takut dan cemas, ya. 

Nah, apabila selama masa pemulihan ruptur perineum Bunda merasakan gejala tertentu, seperti demam, perdarahan hebat, bengkak, nyeri yang tidak tertahankan, atau keluarnya cairan berbau busuk, segeralah periksakan diri ke dokter ya, Bun. 

Sumber:

National Health Service UK (2023). Episiotomy and perineal tears.

Pregnancy Birth & Baby Australia (2024). Perineal Tears.

Cleveland Clinic (2024). Pregnancy & Childbirth. Home Treatment for Vaginal Tears After Birth.

Cleveland Clinic (2023). Diseases & Conditions. Vaginal Tears During Childbirth.

Mayo Clinic (2024). What Can I Do To Keep From Getting Vaginal Tears When I Give Birth?

Mayo Clinic (2023). Labor and Delivery, postpartum Care.

The American College of Obstetricians and Gynecologists. Postpartum Pain Management.

Royal College of Obstetricians & Gynaecologists UK. First- and second-degree tears.

Baby Center (2023). What to Know About Perineal Tears During Birth. 

Parents (2023). What You Need to Know About Vaginal Tearing During Childbirth.

Verywell Health (2023). What Causes a Cut on the Vagina and How is it Treated?

WebMD (2023). How to Care For a Tear After Childbirth.

WebMD (2023). What to Know About Degrees of Perineal Tears.

What To Expect (2023). Vaginal Tears During and After Childbirth

By dr. Kevin Adrian Djantin

Project and Collaboration Medical Editor Alodokter

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *