Batuk Rejan pada Anak, Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Batuk rejan pada anak perlu diwaspadai ya, Bun. Soalnya, penyakit ini mudah menular dan bisa menimbulkan dampak yang berbahaya apabila tidak ditangani. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk mengenali penyebab, gejala, dan cara mengatasi batuk rejan guna mencegah komplikasi pada Si Kecil. 

Sebenarnya, batuk merupakan cara alami tubuh untuk membersihkan saluran napas dari sesuatu yang dianggap berbahaya. Namun, jika terjadi terus-menerus, batuk bisa membuat Si Kecil tidak nyaman. Selain itu, batuk yang tak kunjung sembuh juga bisa menjadi gejala penyakit tertentu, salah satunya batuk rejan. 

Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi bakteri yang terjadi di saluran pernapasan atau paru-paru. Penyakit ini ditandai dengan batuk terus-menerus dan berlangsung lama, serta diawali dengan bunyi “whoop” saat Si Kecil menarik napas. 

Inilah Penyebab Batuk Rejan pada Anak 

Bun, batuk rejan pada anak terjadi karena adanya infeksi bakteri Bordetella pertussis yang menyerang paru-paru serta saluran pernapasan. Bakteri ini menyebar ketika Si Kecil menghirup percikan ludah saat penderita bersin, batuk, atau tertawa. Anak bisa tertular ini dari orang dewasa maupun anak-anak lain yang terkena batuk rejan.

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya batuk rejan pada anak, yaitu:

  • Usia di bawah 6 tahun 
  • Belum menjalani atau melengkapi vaksinasi pertusis
  • Menderita penyakit asma atau radang paru
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah 

Apa Saja Gejala Batuk Rejan pada Anak? 

Gejala batuk rejan umumnya baru muncul 5–10 hari setelah Si Kecil terpapar bakteri Bordetella pertussis. Terkadang, gejalanya dapat muncul hingga 3 minggu lho. 

Perlu diketahui, batuk rejan memiliki 3 tahapan yang mana setiap fase akan menunjukkan gejala yang berbeda-beda, Bun. Berikut tahapannya: 

1. Tahap awal 

Pada tahap awal, gejala yang muncul pertama kali biasanya mirip dengan gejala flu, Bun. Nah, gejala ini akan berlangsung sekitar 1–2 minggu. Gejalanya meliputi: 

  • Hidung meler atau tersumbat 
  • Pilek
  • Bersin-bersin
  • Sakit tenggorokan
  • Mata berair 
  • Demam  
  • Batuk ringan
  • Tidak enak badan

2. Tahap lanjut

Setelah tahap awal, Si Kecil akan memasuki gejala di tahap lanjut yang berlangsung selama 1–6 minggu. Pada tahap ini, gejala yang dialami akan makin memburuk dan menimbulkan beragam keluhan lainnya, seperti: 

  • Batuk terjadi terus-menerus disertai bunyi “whoop”, terutama pada malam hari
  • Wajah tampak memerah atau keunguan saat batuk
  • Kulit, bibir, dan kuku berubah warna menjadi kebiruan atau keunguan
  • Muntah 
  • Mudah lelah
  • Sulit bernapas

3. Tahap pemulihan 

Tenang ya, Bun, tahap pemulihan batuk rejan bisa berlangsung hingga 6 minggu. Pada tahap ini, tingkat keparahan dan frekuensi gejala batuk rejan pada anak akan mulai mereda. Meski begitu, Si Kecil masih sangat rentan mengalami infeksi pernapasan lainnya. Oleh karena itu, tetap pantau kondisi kesehatan Si Kecil ya, Bun. 

Batuk rejan pada anak dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan, Bun. Makanya, penyakit ini tidak boleh disepelekan dan harus segera mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter

Begini Penanganan Batuk Rejan pada Anak

Nah, penanganan batuk rejan pada anak umumnya bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri dan mencegah kambuhnya gejala. Penanganan ini umumnya membutuhkan obat-obatan antibiotik dari dokter. 

Pemberian antibiotik pada anak juga berguna untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain, serta mengurangi risiko penularan batuk rejan ke orang lain lho. 

Perlu diingat ya, antibiotik untuk anak perlu diminum sampai habis ya, Bun. Hal ini bertujuan untuk memastikan bakteri penyebab batuk rejan benar-benar hilang dari dalam tubuh.

Untuk meredakan demam dan sakit tenggorokan, Bunda juga bisa memberikan Si Kecil obat demam dan pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun, jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter ya, Bun. 

Selain mengonsumsi obat-obatan, penanganan batuk rejan pada anak juga bisa dilakukan di rumah lho. Hal ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan penyakit ini. Berikut langkah-langkahnya: 

  • Membatasi kegiatan anak agar ia bisa beristirahat dan tidur yang cukup.
  • Mencukupi kebutuhan cairan anak untuk mengencerkan lendir yang menyebabkan batuk.
  • Memberikan Si Kecil makan dengan porsi lebih kecil, tetapi lebih sering.
  • Menjaga kebersihan dan menjauhi Si Kecil dari paparan debu atau asap rokok.
  • Menggunakan alat pelembab udara (air humidifier).

Jika kondisi anak yang terserang batuk rejan sudah parah, ia akan membutuhkan penanganan dan pemantauan di rumah sakit.

Bisakah Batuk Rejan pada Anak Dicegah? 

Untungnya, penyakit ini bisa dicegah, Bun. Jadi, nggak usah khawatir ya. Nah, salah satu cara untuk mencegah batuk rejan pada anak adalah dengan melakukan vaksinasi pertusis, Bun. Biasanya, vaksin ini diberikan dokter atau bidan bersamaan dengan vaksin difteri dan tetanus atau sering disebut dengan vaksin DPT. 

Vaksin DPT merupakan salah satu vaksinasi wajib yang diberikan kepada anak-anak lho. Dengan melakukan vaksinasi ini, Si Kecil bisa terlindungi dari penyakit infeksi, seperti difteri, batuk rejan, dan tetanus. Selain itu, vaksin DPT juga bisa mengurangi penyebaran infeksi. 

Berdasarkan jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi DPT akan diberikan sebanyak 5 kali. 3 dosis pertama perlu diberikan saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan, kemudian booster pertama di usia 18 bulan. Setelah itu, anak bisa diberikan booster kedua di usia antara 5–7 tahun, Bun.

Sumber:

World Health Organization. Pertussis.

Agustina, N. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2022). Pertusis, Bagaimana Mengatasinya??

Centers for Disease Control and Prevention (2024). Explore Topic. Whooping Cough (Pertussis).

HSE Ireland (2023). How Whooping Cough.

National Institute of Health (2024). MedlinePlus. Whooping Cough. 

National Health Service UK (2023). Conditions A to Z. Whooping Cough. 

Pregnancy Birth & Baby Australia (2023). Whooping Cough in Babies and Children. 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2024). Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun, Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2024.

Cleveland Clinic (2025). Diseases & Conditions. Whooping Cough (Pertussis).

Mayo Clinic (2025). Diseases & Conditions. Whooping Cough.

UC Davis Health (2023). Infectious Diseases. Whooping Cough (Pertussis).

Kids Health, Nemours (2024). Parents. Whooping Cough (Pertussis).

Healthy Children (2025). Whooping Cough (Pertussis): Symptoms, Treatment & Prevention.

WebMD (2024). Whooping Cough (Pertussis).

By dr. Kevin Adrian Djantin

Project and Collaboration Medical Editor Alodokter

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *