Gangguan kognitif pada anak dapat memengaruhi kemampuan otak anak dalam berpikir, belajar, atau memproses informasi. Sayangnya, gejala gangguan kognitif terkadang bisa sulit dikenali, padahal kondisi ini bisa berdampak pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami tanda gangguan kognitif sejak dini agar kondisi tersebut bisa ditangani dengan segera.
Fungsi kognitif merupakan kemampuan otak dalam berpikir, mengingat, berimajinasi, belajar, memproses informasi, memecahkan masalah, hingga membuat keputusan. Namun, ada kondisi tertentu yang mungkin memengaruhi fungsi otak tersebut, sehingga anak cenderung lebih lambat melakukan salah satu atau beberapa aspek kognitif. Kondisi ini disebut dengan gangguan kognitif.
Nah, karena otak merupakan organ yang sangat kompleks dan unik, maka tanda gangguan kognitif pada anak perlu dikenali sejak dini, Bun. Soalnya, gangguan kognitif bisa berisiko makin parah dan menghambat tumbuh kembang anak jika dibiarkan.
Lantas, bagaimana ya mengenali tanda gangguan kognitif pada anak serta cara menanganinya dengan tepat?
Faktor Risiko Gangguan Kognitif pada Anak
Gangguan kognitif merupakan gangguan tumbuh kembang yang memengaruhi proses berpikir, belajar, dan pemahaman informasi seorang anak. Penyebab gangguan kognitif pada anak sebenarnya belum diketahui secara pasti.
Namun, ada beberapa faktor yang dianggap bisa memengaruhi perkembangan otak anak dan berujung pada gangguan kognitif, seperti:
- Kelainan genetik
- Terlahir prematur
- Paparan zat beracun atau limbah kimia
- Pola asuh yang kurang baik, misalnya yang melibatkan kekerasan verbal dan fisik
- Kondisi medis, seperti infeksi otak, malnutrisi, atau cedera kepala
- Gangguan tumbuh kembang, seperti ADHD, autisme, atau sindrom Down.
Gejala Umum Gangguan Kognitif pada Anak
Gejala gangguan kognitif pada anak bisa bervariasi, dari yang ringan hingga berat. Pada gangguan kognitif ringan, anak mungkin masih bisa belajar dan berkembang dengan normal, hanya saja ia membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami suatu pelajaran atau informasi.
Sementara itu, pada gangguan kognitif berat, anak bisa mengalami kesulitan dalam belajar, bermain, dan beraktivitas, hingga memengaruhi kemampuan interaksi sosialnya. Oleh karena itu, gangguan kognitif harus ditangani sedini mungkin.
Nah, secara umum, anak yang mengalami gangguan kognitif akan menunjukkan salah satu atau bahkan beberapa tanda berikut ini:
- Anak kesulitan untuk fokus dan memahami instruksi sederhana
- Anak sering lupa mengambil atau mengembalikan benda pada tempat semula
- Anak tampak kesulitan menyampaikan pikiran
- Anak sering kesulitan atau salah memproses informasi
- Anak kesulitan memilih, membuat rencana, atau mengambil keputusan
- Anak yang duduk di bangku sekolah mengalami kesulitan belajar, membaca, berhitung, bahkan tidak naik kelas
Perlu Bunda ingat bahwa masing-masing anak memiliki tahap tumbuh kembang yang berbeda. Jadi, gejala-gejala di atas tidak bisa langsung dipastikan gangguan kognitif ya. Mungkin ada kondisi lain yang jadi faktor risikonya, seperti kelahiran prematur yang menyebabkan milestone anak lebih lambat.
Namun, bila beberapa gejala di atas berlangsung cukup lama dan Bunda khawatir tahap tumbuh kembang Si Kecil tidak sesuai dengan usianya, jangan tunda untuk memeriksakan buah hati ke dokter anak ya.
Mengatasi Gangguan Kognitif pada Anak
Apabila anak mengalami gejala gangguan kognitif, dokter akan melakukan pemeriksaan dan konseling untuk memastikan kondisi Si Kecil.
Biasanya, ada beberapa tindakan yang dilakukan untuk menilai fungsi kognitif anak secara keseluruhan, seperti tes IQ, tes memori, pemecahan masalah, kemampuan verbal, kemampuan numerik, hingga pengambilan keputusan.
Jika anak terdiagnosa mengalami gangguan kognitif, dokter akan memberi penanganan lebih lanjut untuk bantu meningkatkan fungsi otak dan mengatasi masalah kognitif, seperti:
Terapi
Setiap anak tentu membutuhkan pendekatan berbeda untuk mengatasi gangguan kognitif. Nah, beberapa terapi ini adalah tindakan yang akan diberikan dan disesuaikan dengan kondisi anak, antara lain:
- Terapi wicara bila anak kesulitan berbicara atau berkomunikasi.
- Terapi okupasi untuk melatih anak agar bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, berpakaian, atau menulis.
- Terapi perilaku guna membantu anak lebih tenang, fokus, dan bisa bersosialisasi.
- Terapi belajar sembari bermain untuk menstimulasi dan mengasah otak
Pemberian obat-obatan
Dalam kasus tertentu, mungkin dokter akan meresepkan obat untuk bantu mengelola gejala gangguan kognitif pada anak. Oleh karena itu, penting untuk selalu bekerja sama dengan dokter anak guna menentukan pengobatan dan dosis yang tepat untuk anak. Pemberian obat-obatan ini akan disesuaikan dengan jenis gangguan kognitif pada anak beserta tingkat keparahannya.
Tips untuk Orang Tua Saat Menghadapi Gangguan Kognitif pada Anak
Sembari menjalani terapi dan konseling, Bunda juga bisa bantu mendukung serta meningkatkan kemampuan kognitif anak dari rumah lho. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Mencukupi kebutuhan nutrisi anak dengan memberi makanan bergizi seimbang.
- Ajak anak untuk bermain game yang bisa menstimulasi otak, seperti puzzle.
- Hindari memberikan handphone atau game online ke anak secara berlebihan, batasi screen time maksimal 1 jam per hari.
- Hindari memarahi atau membandingkan anak dengan anak lainnya
- Ciptakan lingkungan rumah yang dapat mendukungan pembelajaran dan perkembangan anak.
Gangguan kognitif pada anak bukan berarti orang tua gagal membesarkan anak yang sehat dan cerdas. Terlebih, setiap anak adalah anugerah dan memiliki keunikan masing-masing. Tetaplah fokus pada perkembangan Si Kecil supaya gangguan kognitif bisa lebih cepat diketahui dan ditangani.
Dengan melatih dan meningkatkan kemampuan kognitif anak secara maksimal sejak dini, anak tentu bisa memiliki kualitas hidup yang baik seperti anak pada umumnya.
Bahkan, mungkin lho anak memiliki potensi atau bakat di bidang tertentu selain akademis. Hal ini disebut dengan Savant syndrome dan cukup banyak terjadi pada anak yang mengalami keterbatasan kognitif. Namun, tetap kembali lagi pada masing-masing individu ya, Bun.
Nah, jika Bunda butuh bantuan atau hanya ingin bercerita mengenai tumbuh kembang anak, jangan ragu untuk mencari dukungan dan saran dari dokter anak ya. Bunda tidak sendiri kok!
Sumber:
Centers for Disease Control and Prevention (2024). Healthy Habits: Child Development.
National Institute of Health (2023). Cognitive Development.
Dahliana, J.K. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Anak Lamban Akibat Gangguan Perkembangan Koordinasi (GPK).
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak.
Cleveland Clinic (2023). Developmental Delay in Children.
Cleveland Clinic (2023). Mild Cognitive Impairment.
Mayo Clinic (2024). Mild Cognitive Impairment (MCI).
Robledo, J. Baby Center. Warning Signs of A Social / Cognitive Delay.
Peacock, G. Emedicinehealth. Cognitive Deficits.
Cherry, K. Verywell Mind (2024). What Does ‘Cognitive’ Mean in Psychology?
Fielding, S. Verywell Mind (2023). Understanding Savant Syndrome.
Smiley, J. Verywell Health (2024). Intellectual Disability: Signs, Causes, and Support.
WebMD (2024). Cognitive Problems: A Caregiver’s Guide
Fordyce, K. WebMD (2024). How to Help Your Child Improve Their Working Memory.