Selalu ada hal baru yang perlu Bunda pelajari tentang bayi sejak ia baru lahir. Salah satunya adalah fesesnya, yaitu ang tekstur, warna, aroma, dan kepadatannya yang bisa berubah-ubah. Saat BAB bayi berbusa, kondisi ini bisa berarti normal pada bayi yang mendapat ASI eksklusif, tapi juga bisa menandakan ada masalah yang harus mendapat perhatian.

BAB Bayi Berbusa, Apa Penyebabnya?
Pada bayi yang mendapat ASI eksklusif, sebenarnya normal jika kadang BAB bayi berbusa. Hal ini disebabkan bayi mendapat asupan laktosa terlalu banyak dari ASI Bunda.
ASI Bunda terbagi menjadi dua bagian, yaitu ASI awal (foremilk) dan ASI akhir (hindmilk). ASI awal teksturnya lebih cair karena mengandung lebih banyak air, vitamin, protein, dan laktosa. Sementara ASI akhir teksturnya lebih kental karena tinggi kandungan lemak dan kalori.
Kedua ASI ini sama pentingnya untuk diasup bayi. Karena itu, Bunda harus memastikan bayi mendapatkan keduanya dengan menyusui bayi kira-kira 10 menit per payudara.
Jika terlalu sebentar, maka bayi akan lebih banyak mendapat ASI awal dan sedikit ASI akhir. Ini yang membuat BAB bayi berbusa dan warnanya kehijauan, karena asupan laktosa yang tinggi.
BAB bayi berbusa bisa juga disebabkan oleh produksi ASI Bunda yang tinggi, sehingga aliran ASI pun deras saat bayi menyusu. Salah satu tanda dari kondisi ini adalah feses bayi yang berwarna hijau berbusa. Bayi juga tampak kesulitan mengatur aliran ASI yang deras saat menyusu, sehingga ia menjadi tidak nyaman dan rewel.
Penyebab lain dari BAB bayi berbusa, baik bagi bayi yang diberi ASI eksklusif dan susu formula, adalah alergi. Pada bayi ASI, penyebab alergi bisa terjadi akibat sesuatu yang Bunda konsumsi. Sementara pada bayi yang diberi susu formula, bisa jadi ia alergi pada susu sapi.
Selain feses bayi menjadi berbusa dan kehijauan, gejala-gejala lain dari kondisi ini adalah:
- Timbul ruam merah di kulit
- Pembengkakan di bibir, lidah, dan/atau tenggorokan
- Hidung meler
- Batuk
- Sesak napas
- Muntah
Mengatasi Penyebab BAB Bayi Berbusa
Bunda bisa menerapkan cara-cara ini untuk mengatasi penyebab-penyebab di atas, sehingga feses bayi tidak lagi berbusa dan kembali normal.
- Menyeimbangkan asupan ASI awal dan ASI akhir
Menyusui bayi sekitar 10 menit per payudara jadi cara yang sering dianjurkan agar bayi mendapatkan asupan ASI awal dan akhir yang seimbang.
Selain itu, Bunda juga disarankan untuk menghindari jeda terlalu lama antara waktu menyusui. Jeda menyusui yang terlalu lama akan menyebabkan payudara Bunda penuh. Akibatnya, bayi akan lebih banyak minum ASI awal dan hanya mendapat sedikit asupan ASI akhir.
- Block feeding
Jika Bunda memproduksi ASI dalam jumlah yang berlimpah, maka Bunda dapat mencoba teknik block feeding. Teknik ini hanya menyusui bayi menggunakan satu payudara saja dalam jangka waktu tertentu, misalnya 4-6 jam. Untuk 4-6 jam berikutnya, berganti ke payudara yang lain, begitu seterusnya.
Penerapan teknik ini selama beberapa hari diharapkan dapat membuat tubuh Bunda mengurangi produksi ASI secara bertahap, karena selalu ada stok ASI di salah satu payudara.
- Mencari penyebab alergi
Jika bayi Bunda menunjukkan tanda-tanda alergi, maka Bunda sebaiknya segera memeriksakan bayi ke dokter anak agar dapat segera dicari penyebabnya. Bunda kemungkinan akan diminta untuk menghindari konsumsi makanan-makanan tertentu terlebih dahulu saat menyusui untuk menghindari reaksi alergi pada bayi.
Untuk menerapkan cara-cara ini, sangat dianjurkan Bunda berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter anak dan/atau konsultan laktasi. Dengan demikian, solusi yang diberikan akan sesuai dengan kondisi BAB bayi berbusa.
Sumber:
Medical News Today (2018). What Causes Foamy Bowel Movements?
Alodokter (2019). Ketahui Informasi tentang BAB Bayi Berbusa di Sini
La Leche League GB (2021). Too Much Milk and Oversupply
Healthline Parenthood (2020). Block Feeding, Is It for You?