Apakah Setelah Keguguran Harus Kuret?

Karena satu dan lain hal, kehamilan Bunda harus berhenti karena mengalami keguguran. Oleh dokter kandungan atau bidan, Bunda mungkin akan disarankan untuk melakukan kuret.

Kuret adalah prosedur bedah yang dilakukan untuk membersihkan jaringan yang terdapat di rahim, terutama setelah keguguran.

Alasan Melakukan Kuret adalah Membersihkan Rahim

Membersihkan sisa-sisa jaringan di rahim setelah ibu hamil mengalami keguguran, terutama keguguran yang tidak bersih, merupakan tindakan yang penting untuk dilakukan.

Keguguran tidak bersih biasanya terjadi saat keguguran berlangsung pada usia kehamilan di atas 10 minggu. 

Selain untuk membersihkan rahim setelah keguguran, prosedur ini juga dilakukan untuk mengambil sampel jaringan di rahim. Tujuannya adalah untuk mendiagnosa jaringan rahim atau mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan rahim.

Bunda kemungkinan diminta untuk melakukan kuret jika dokter mendiagnosa: 

  • Pendarahan rahim yang abnormal.
  • Mengalami pendarahan setelah menopause.
  • Dokter mendeteksi adanya sel endometrium yang abnormal saat melakukan tes rutin untuk kanker serviks. Dari tes terhadap jaringan rahim ini dapat terdeteksi jika Bunda mengalami Hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim), polip rahim, dan kanker rahim.

Sedangkan jika dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan, tujuan dilakukan kuret adalah:

  • Mengangkat jaringan-jaringan di dalam rahim yang terbentuk akibat hamil anggur.
  • Mengatasi pendarahan hebat setelah proses melahirkan dengan cara mengangkat sisa-sisa plasenta yang masih menempel di rahim.
  • Mengangkat polip serviks dan polip rahim.

Haruskah Kuret setelah Keguguran?

Tidak semua ibu hamil yang mengalami keguguran melakukan prosedur kuret, hanya sebagian saja.

Jika keguguran berlangsung sebelum usia kandungan 10 minggu, maka rahim akan bersih secara alami dan tidak menyebabkan masalah. Ini terjadi pada 50 persen ibu hamil yang keguguran.

Sedangkan 50 persen ibu hamil lainnya dianjurkan untuk menjalani kuret karena kegugurannya tidak bersih. Ini terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 10 minggu.

Alasan anjuran kuret adalah untuk mencegah terjadinya infeksi dan pendarahan hebat jika sisa-sisa jaringan di rahim tidak dibersihkan.

Sebenarnya ibu hamil yang keguguran di atas usia kehamilan 10 minggu memiliki opsi untuk membiarkan rahim bersih secara alami. Namun dikhawatirkan prosesnya berlangsung lama sehingga dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya. 

Dengan semakin cepat rahim bersih, maka ibu hamil bisa segera memulai proses penyembuhan diri setelah keguguran.

Prosedur Dilatasi dan Kuret

kuret adalah

Prosedur lain yang dilakukan sebelum kuret adalah dilatasi, yaitu prosedur memperlebar leher serviks. Sebelum kedua prosedur ini dilakukan, Bunda lebih dahulu akan diberikan sedatif, dan kemungkinan juga anestesi lewat infus. 

Selain itu, Bunda juga akan diberikan antibiotik, bisa  lewat infus atau diminum, untuk pencegahan infeksi. Berikut produser yang akan dilakukan oleh dokter: 

  1. Serviks akan diperiksa apakah terbuka atau tidak. Jika tertutup, maka alat bernama dilator akan dimasukkan untuk membuka serviks sehingga alat-alat bedah dapat melewatinya. Sebuah spekulum digunakan untuk menjaga agar serviks terus terbuka.
  2. Kuret isap menggunakan sebuah pipa plastik yang terhubung ke alat penyedot. Cara lain kuret adalah menggunakan alat yang berujung tajam untuk mengikis lapisan rahim, tapi cara ini jarang dilakukan. 
  3. Setelah dokter melihat rahim sudah menjadi kencang dan pendarahan berhenti atau paling tidak minimal, maka spekulum akan dilepas. Bunda pun dapat melakukan pemulihan.
  4. Setelah prosedur selesai, maka jaringan yang diambil dari rahim akan dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa. 

Risiko Prosedur Dilatasi dan Kuret

Prosedur dilatasi dan kuret ini biasanya aman, tapi tetap memiliki risiko. Beberapa risiko dilatasi dan kuret adalah:

  • Perforasi rahim, yaitu alat yang digunakan menusuk dan menyebabkan lubang di rahim. Kebanyakan perforasi sembuh dengan sendirinya.
  • Kerusakan pada serviks. Jika terjadi robekan pada serviks, maka dokter akan melakukan tindakan untuk menghentikan pendarahan dan menutup sobekan dengan jahitan.
  • Terbentuk jaringan parut di dinding rahim, disebut dengan Sindrom Asherman. Namun risiko ini jarang terjadi. Sindrom ini dapat memicu gangguan pada siklus menstruasi, keguguran di kehamilan selanjutnya, dan infertilitas.
  • Infeksi.

Segeralah memeriksakan diri ke dokter jika setelah kuret, Bunda mengalami: 

  • pendarahan hebat
  • demam
  • kram perut sampai lebih dari 48 jam
  • rasa sakit yang bertambah
  • keluarnya cairan dengan aroma tidak sedap dari vagina.

Sebelum melakukan prosedur kuret setelah keguguran, persiapkan tubuh dan mental Bunda agar prosedurnya berjalan lancar. Agar lebih siap, tak ada salahnya Bunda mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dari dokter kandungan maupun bacaan yang valid.

Sumber:

American Pregnancy Association. 2021. D&C Procedure After a Miscarriage.

ACOG. 2020. Dilation and Curettage.

Mayo Clinic. 2019. Dilation and Curettage (D&C).

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *