Inilah Warna BAB Bayi yang Harus Diwaspadai

Kondisi kesehatan bayi penting untuk selalu dipantau. Nah, salah satu cara untuk menilai kondisi kesehatannya adalah dengan mengenali ciri dan warna BAB bayi yang harus diwaspadai. Soalnya, perubahan pada pola dan tekstur kotoran bayi bisa saja menandakan adanya gangguan kesehatan yang dialaminya. 

Seiring bertambahnya usia, BAB bayi akan mengalami perubahan, mulai dari warna, frekuensi, bentuk, tekstur, dan konsistensi. Hal ini terjadi karena sistem pencernaan bayi masih belum sempurna dan masih terus berkembang. Meski kerap berubah, ada ciri-ciri BAB bayi yang bisa menjadi penanda bahwa kesehatan Si Kecil sedang tidak baik-baik saja. 

Warna BAB Bayi yang Harus Diwaspadai dan Penyebabnya

Pada awal kehidupannya, bayi akan mengeluarkan mekonium sebagai tinja pertamanya, Bun. Mekonium terdiri dari cairan ketuban dan lendir yang tertelan bayi ketika masih berada di dalam kandungan. Mekonium memiliki warna hijau kehitaman dengan tekstur yang lengket. 

Setelah itu, bila Si Kecil sudah mulai mengonsumsi ASI, warna BAB akan menjadi kuning. Sementara pada bayi yang minum susu formula, warna BAB menjadi kuning kecokelatan atau hijau kecokelatan. Nah, warna-warna tersebut normal terjadi dan dapat diartikan bahwa sistem pencernaan bayi bekerja dengan baik, Bun.

Adapun warna BAB bayi yang harus diwaspadai oleh para orang tua adalah sebagai berikut:  

1. BAB bayi berwarna hijau 

BAB bayi berwarna kehijauan memang bisa dikatakan normal. Namun, jika BAB tersebut berwarna lebih hijau dan bertekstur lebih encer, bahkan berair, ini bisa jadi pertanda bahwa Si Kecil sedang mengalami diare, Bun. 

Diare pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari infeksi, keracunan makanan, alergi, hingga intoleransi susu sapi. Nah, diare pada bayi bisa membuat tubuhnya banyak kehilangan cairan dan elektrolit sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, Bun. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berbahaya, lho.

Ketika Si Kecil mengalami diare atau muntah, Bunda perlu memberikannya lebih banyak minum, baik dengan ASI, susu formula, maupun minuman elektrolit untuk bayi, seperti oralit

Namun, jika bayi mengalami diare lebih dari 1 hari dan disertai tanda dehidrasi, seperti mulut kering, jarang buang air kecil, rewel, sering mengantuk, serta tidak mengeluarkan air mata saat menangis, segera bawa ia ke dokter ya, Bun. 

2. BAB bayi berwarna cokelat 

BAB bayi yang harus diwaspadai berikutnya adalah berwarna coklat, Bun. Soalnya, warna feses ini bisa menandakan bahwa Si Kecil tengah mengalami sembelit atau susah BAB

Sembelit pada bayi ditandai dengan frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu dengan tinja yang kering dan keras. Tentunya, kondisi ini bisa membuat bayi merasa tidak nyaman, rewel, dan mungkin kesakitan saat hendak BAB.  

Umumnya, sembelit pada bayi terjadi karena perubahan dari pemberian ASI atau susu ke makanan padat, kurang cairan atau serat, dan pemilihan susu formula yang kurang tepat, Bun. 

Meski ini umum terjadi, sembelit pada bayi tidak boleh disepelekan, ya. Pastikan untuk memeriksakan Si Kecil ke dokter bila sembelit masih berlangsung lebih dari 3 hari, terutama jika disertai demam, muntah, ada darah di dalam tinja, dan sampai tidak mau menyusu. 

3. BAB bayi berwarna merah

Bun, warna merah pada BAB bayi bisa disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi lho, misalnya buah naga. Namun, Bunda perlu waspada jika warna merah pada BAB bayi terjadi bukan karena makanan yang ia konsumsi. Soalnya, warna BAB bayi yang harus diwaspadai ini bisa mengindikasikan adanya darah dalam kotorannya.

Nah, munculnya darah pada kotoran bayi bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari infeksi usus, alergi makanan, perdarahan pada saluran cerna, hingga luka di anus akibat sembelit, Bun. Apabila Si Kecil mengalami kondisi tersebut, sebaiknya segera periksakan ia ke dokter, ya.

4. BAB bayi berwarna hitam 

Pada bayi baru lahir, BAB berwarna hitam merupakan hal yang normal terjadi. Karena itu adalah mekonium. Namun, apabila BAB hitam ini keluar saat bayi berusia lebih dari 3 hari, Bunda sebaiknya perlu waspada, ya. Soalnya, warna hitam pada feses bayi ini menunjukkan adanya darah di dalam saluran pencernaan. 

Maka dari itu, Bunda disarankan untuk membawa Si Kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. 

5. BAB bayi berwarna abu-abu atau putih pucat  

Bila Bunda melihat BAB bayi berwarna abu-abu atau putih pucat, seperti kapur, sebaiknya jangan dianggap remeh ya, Bun. Pasalnya, warna abu-abu atau putih pucat dalam feses bayi dapat menunjukkan adanya masalah hati atau saluran empedunya, seperti atresia bilier

Hal ini juga patut dicurigai jika Si Kecil juga menunjukkan gejala lainnya, seperti mata dan kulit yang kekuningan. Oleh karena itu, segera periksakan Si Kecil ke dokter jika ia mengalami hal ini. 

Nah, itulah BAB bayi yang harus diwaspadai oleh para orang tua. Dengan mengetahui dan mengenalinya, para orang tua diharapkan bisa membedakan mana BAB bayi normal dan yang tidak boleh disepelekan. 

Apabila Si Kecil mengalami salah satu kondisi BAB yang sudah disebutkan di atas, periksakan ia ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat ya, Bun. Bunda juga bisa berkonsultasi dengan dokter melalui chat online di Diary Bunda untuk mendapatkan jawaban yang cepat. 

Sumber:

Pregnancy Birth & Baby Australia (2024). Constipation in Babies (0 to 1 Years). 

Children’s Hospital Colorado (2024). Parenting. Baby Poop Guide. 

Cleveland Clinic (2020). Children’s Health. Baby Poop Colors: What Do They Mean?

Johns Hopkins Children’s Center (2024). What We Treat. What Can Your Child’s Poop Color Tell You?

Mayo Clinic (2024). Healthy Lifestyle. Infant and Toddler Health. 

Baby Center (2022). Baby Poop: Everything New Parents Need to Know. 

Healthline (2023). What Does Your Baby’s Poop Color Say About Their Health?

Parents (2024). The Baby Poop Guide: What’s Normal and What’s Not.

Parents (2024). The Ultimate Guide to Baby Poop Colors.

WebMD (2023). Color Changes in Your Baby’s Poop.

WebMD (2023). Diarrhea in Babies.

What to Expect (2021). Your Guide to Newborn Poop Colors. 

By dr. Kevin Adrian Djantin

Project and Collaboration Medical Editor Alodokter

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *