Retardasi mental adalah kondisi ketika tingkat kecerdasan yang dimiliki anak berada di bawah rata-rata. Kondisi ini ditandai dengan anak lebih lambat memahami sesuatu, sulit berinteraksi dengan orang lain, bahkan tidak terampil melakukan sesuatu secara mandiri.
Retardasi mental, sering disebut juga keterbatasan intelektual atau tuna grahita, terjadi akibat adanya gangguan pada perkembangan otak anak. Gangguan perkembangan ini bisa dipicu oleh gangguan kehamilan, kurangnya asupan gizi, bayi kekurangan oksigen, infeksi atau cedera saat bayi dilahirkan, maupun faktor genetik.
Pada retardasi mental yang ringan, anak biasanya masih bisa dilatih untuk mengatasi keterbatasannya hingga ia mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Sedangkan pada keterbatasan yang lebih berat, anak umumnya memerlukan dukungan seumur hidup dari orang sekitarnya untuk menjalani kegiatan sehari-hari.
Oleh karena itu, peran dan dukungan orang tua dan keluarga sangat dibutuhkan guna membantu anak mengelola keterbatasan yang ia alami sehingga ia bisa melakukan aktivitas secara normal.
Gejala Retardasi Mental pada Anak
Tanda retardasi mental atau keterbatasan intelektual pada anak biasanya bisa dikenali sejak masih bayi oleh dokter. Namun, gejala tersebut bisa berbeda-beda, tergantung dari derajatnya.
Retardasi mental sendiri dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan nilai IQ anak, yaitu:
- Retardasi mental ringan dengan nilai IQ antara 50–69
- Retardasi mental sedang dengan nilai IQ antara IQ 36–51
- Retardasi mental berat dengan nilai IQ antara IQ 20–35
- Retardasi mental sangat berat dengan nilai IQ di bawah 19
Meski gejalanya berbeda pada tiap anak, berikut ini adalah beberapa perilaku dan tindakan yang cukup umum dilakukan oleh anak yang menderita retardasi mental:
- Berbicara dengan lambat atau mengalami kesulitan bicara
- Mudah marah, agresif, dan memiliki emosi yang meledak-ledak
- Tampak tidak takut bertemu orang baru
- Sulit fokus terhadap sesuatu dan mudah teralihkan
- Sulit mengikuti instruksi dari Bunda, Ayah, atau orang sekitarnya
Retardasi mental juga bisa dilihat dari gejala-gejala yang berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti:
- Anak sering kesulitan mengingat sesuatu
- Sangat lambat memahami pelajaran di sekolah
- Masih lambat atau tidak bisa membaca pada usia 4–6 tahun
- Kesulitan memilih atau mengambil keputusan
- Anak kesulitan atau lambat dalam mempelajari hal-hal dasar seperti berbicara, mandi, makan sendiri, dan berpakaian, meski sudah diajari
Dalam mendiagnosis retardasi mental atau keterbatasan intelektual ini tidak semata-mata berdasarkan IQ, melainkan juga berdasarkan penilaian interaksi sosial serta kemampuannya dalam beradaptasi dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Oleh karena itu, jika anak menunjukkan beberapa gejala retardasi mental, penting untuk berkonsultasi ke dokter anak terlebih dahulu agar anak bisa diperiksa secara menyeluruh.
Penanganan untuk Anak yang Mengalami Retardasi Mental
Meski kondisi ini tidak dapat disembuhkan dengan obat, namun terapi khusus dapat membantu untuk mengembangkan kemampuan anak agar ia bisa menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Beberapa metode terapi yang biasanya dilakukan meliputi:
Terapi okupasi
Pada terapi ini, orang yang mengalami retardasi mental akan dibimbing oleh dokter atau terapis untuk melakukan hal-hal sederhana, seperti mengikat sepatu, mandi, berpakaian, hingga makan atau minum sendiri.
Terapi wicara
Anak yang menderita retardasi mental dengan kesulitan berbicara umumnya memerlukan terapi wicara, yaitu prosedur untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.
Terapis atau dokter akan banyak berinteraksi dengan anak menggunakan alat bantu, seperti buku, gambar, atau game yang menstimulasi perkembangan bahasa anak.
Terapi fisik
Terapi satu ini dapat membantu dalam meningkatkan fungsi motorik atau gerak tubuh anak. Terapi fisik biasanya dilakukan bagi anak yang pernah cedera, menderita penyakit atau kelainan tertentu yang memicu terjadinya retardasi mental.
Peran keluarga, terutama orang tua, sangat penting bagi anak yang mengalami keterbatasan ini. Oleh karena itu, orang tua perlu terlebih dahulu menerima dan memahami retardasi mental pada anak dan dan dampingilah ia dengan sabar sambil melakukan beberapa langkah untuk membantu anak dengan retardasi mental.
Beberapa langkah yang bisa orang tua lakukan meliputi:
- Sediakan waktu luang untuk mengobrol dan bercerita dengan anak, misalnya tanyakan tentang hari mereka, apa yang ia suka, apa yang ia tidak suka, dan apa yang ia pelajari hari ini.
- Ajak anak bermain dengan permainan yang menstimulasi otak dan motoriknya, seperti melipat origami, menggambar, dan menyusun balok.
- Ajarkan anak untuk menyikat gigi, mengganti pakaian, dan makan sendiri.
- Dukung anak dalam melakukan apa pun yang positif dan berikan pujian karena ia sudah berhasil melakukan hal tersebut, misalnya meletakkan barang kembali ke tempatnya atau mandi sendiri.
- Jangan memarahi anak apabila ia salah atau tidak bisa melakukan hal yang diminta.
- Bekerja sama dengan terapis dan guru di sekolahnya untuk mendukung pembelajaran serta perkembangan anak.
Menghadapi dan melatih anak yang mengalami retardasi mental memang tidak selalu mudah. Namun, setiap anak spesial dan memiliki perkembangan yang berbeda-beda sehingga Bunda dan Ayah tidak perlu larut dalam rasa sedih dan kecewa. Justru, proses ini dapat membuat Bunda dan Ayah lebih dekat dan mengenal anak lho.
Apabila Bunda memiliki pertanyaan atau ingin meminta bantuan terkait retardasi mental pada anak, konsultasikan langsung dengan dokter tepercaya ya.
Sumber:
UNICEF. Helping Your Child with Disabilities Thrive.
Cleveland Clinic (2024). Occupational Therapy.
Cleveland Clinic (2023). Intellectual Disability.
Health Direct (2023). Edwards Syndrome (Trisomy 18).
Kids Health (2022). Reading Milestones.
Kids Health (2022). Speech-Language Therapy.
MSD Manual. Levels of Intellectual Disability.
Ohwovoriole, T. Verywell Mind (2023). Intellectual Disability: Definition, Symptoms, Traits, Causes, Treatment.
Byrd, F. WebMD (2024). Intellectual Disability.
Gower, T. WebMD (2024). What Is Physical Therapy?