Rasanya baru kemarin si Kecil bisa melakukan ini itu. Tahu-tahu Bunda mendapati anak sudah bisa melawan saat diminta melakukan sesuatu. Namun jangan khawatir karena ternyata Bunda tidak sendirian.
Dari hasil penelitian, 1 dari 2 orang tua dengan balita mengaku bahwa anak mereka yang berusia 1,5 tahun menolak atau protes ketika diajak atau diminta melakukan sesuatu. Misalnya ia menangis saat mainan yang ingin ia ambil sendiri ternyata diambilkan oleh orang lain.
Dari survei tersebut, kira-kira berikut bentuk perlawanan yang paling sering dilakukan anak:
- Bermain saat sedang makan
- Tidak membereskan mainannya
- Tidak mau pulang ketika bepergian
- Tidak mau makan
- Tidak mau berjalan
- Tidak mau disikat giginya
- Ingin mainan atau kue yang tidak seharusnya ia konsumsi
- Tidak mau berbagi mainan dengan teman atau saudaranya
- Melempar alat makan atau minumnya
Kira-kira Si Kecil paling sering melakukan yang mana ya, Bun? Dan bagaimana menghadapinya? Yuk, baca penjelasannya di bawah ini.
Apa Penyebab Anak Melawan?
Saat masih bayi, anak hanya dapat menunjukkan penolakan atau perlawanan dengan menangis. Namun saat sudah semakin besar, ia dapat menunjukkan penolakannya dengan cara lain seperti bicara atau marah. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa anak sudah berkembang dan semakin pintar.
Menurut ahli, usia dua tahun adalah tahap perkembangan “otak berpikir” saat sirkuit saraf otak berkembang pesat. Ini yang membuat balita sudah bisa melawan. Tetapi di saat yang sama, anak-anak tentu saja masih belum dapat mengontrol sikap dan emosinya.
Terlebih lagi, penyebab anak melawan sebenarnya bukan selalu karena ego. Bisa jadi ia menolak karena penyebab lain seperti:
- Mengantuk, lelah
- Tidak bisa menyampaikan hal yang ingin disampaikannya
- Ingin digendong atau kontak fisik
- Ingin memilih atau mengambil sendiri barang yang diinginkannya
- Ingin melakukan suatu hal sendiri
- Tidak berhasil melakukan hal yang ingin ia lakukan
- Ingin diperhatikan
- Ada hal lain yang tidak ia sukai
- Keinginannya tidak dituruti
- Lapar
- Sakit
Mengingat banyaknya kemungkinan penyebab anak melawan, penting bagi Bunda untuk mencermati dulu sebelum bertindak.
Bagaimana Menangani Balita yang Melawan?
Tergantung pada penyebabnya, beberapa hal di bawah ini dapat menjadi panduan Bunda untuk menangani si Kecil yang protes atau melawan.
Buat perjanjian
Anak bisa jadi melawan karena ia memiliki pengalaman bahwa keinginannya akan dituruti jika ia menangis atau marah. Padahal ini seharusnya tidak baik dilakukan.
Solusinya, Bunda bisa membuat perjanjian dengan anak. Misalnya jika Bunda dan anak akan bepergian ke supermarket, Bunda dapat membuat perjanjian agar anak tidak meminta dibelikan camilan tambahan.
Jika ia melanggar, pastikan Bunda tidak menurutinya dengan alasan agar ia diam dan tidak lagi merengek. Sebab anak akan belajar mengasosiasikan bahwa tangisan, teriakan, dan rengekan yang ia lakukan akan membuat keinginannya tercapai.
Siapkan pengalih perhatian
Balita belum bisa berlama-lama duduk tertib seperti saat makan. Ia cenderung bermain saat makan karena tentu saja bermain lebih mengasyikkan. Untuk mengantisipasinya, Bunda dapat menyiapkan mainan atau pengalih perhatian lain seperti musik sebagai temannya makan agar ia tidak bosan.
Hindari memberikan pengalihan berupa gadget seperti handphone, tablet, maupun televisi. Hal ini akan membuat anak terbiasa sehingga di kemudian hari anak dapat rewel jika saat jam makan tidak tersedia gadget/TV.
Selain itu kebiasan anak makan sambil menonton dapat mengganggu proses anak belajar makan. Tayangan yang ia tonton dapat menjadi pengalih perhatian sehingga anak tidak fokus pada makanannya dan tidak fokus pada proses belajar makan.
Membiarkan dan mendampingi anak melakukan beberapa hal sendiri
Ada kalanya anak marah atau melawan hanya karena ia ingin mengerjakan hal tertentu sendiri. Bunda dapat mencoba untuk menghargai keinginannya dengan tetap mendampingi si Kecil. Misalnya jika ia ingin minum menggunakan gelas kaca, Bunda dapat mengizinkan sambil tetap siap membantu dan mendampinginya.
Menetapkan aturan dan menepatinya
Pastikan anak memahami aturan yang berlaku di rumah. Sehingga ketika ia marah atau menolak hingga membahayakan fisik atau melukai orang lain, Bunda perlu menghadapinya dengan tegas.
Tidak perlu selalu serius
Ada banyak penyebab mengapa anak marah atau melawan, sehingga Bunda dapat fleksibel menangani si Kecil. Hindari selalu menindaknya tegas, tetapi Bunda dapat mencari cara-cara lain untuk mengalihkan perhatiannya.
Di samping cara-cara di atas, para ibu menerapkan hal-hal lain untuk menangani balita yang melawan, seperti kontak fisik dengan menggendongnya, membiarkannya sebentar atau menunggu sampai emosinya turun, mengalihkan perhatian dengan tertawa atau nonton TV, ataupun menawarkan pilihan lain.
Orang tua juga perlu membantu anak menamai (melabel) emosi yang sedang ia rasakan, sehingga anak juga menjadi belajar mengenali macam-macam emosi. Seiring waktu Bunda dapat menemukan cara-cara sendiri yang efektif untuk menangani si Kecil saat suasana hatinya sedang tidak begitu baik.