Memakai pelindung kehamilan seperti KB spiral bukan jaminan tidak terjadi kehamilan. BIsa saja, ibu yang sedang menggunakan KB spiral, tiba-tiba hamil.
Lalu apa yang harus dilakukan bila ternyata ibu dinyatakan hamil saat masih menggunakan KB spiral? Perlukah ibu melepas alat kontrasepsi ini saat hamil?
Cara Bekerja KB Spiral
IUD (Intrauterine Device) atau KB Spiral merupakan alat kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan. Namun spiral masih memungkinkan terjadinya potensi hamil, walau sangat rendah, yaitu sebesar 0,5-1%.
Bentuk KB spiral menyerupai huruf T. Alat kontrasepsi ini terdiri dari dua macam yaitu hormonal dan nonhormonal. KB spiral hormonal adalah kontrasepsi yang bekerja dengan cara melepaskan hormon progestin guna mengentalkan lendir di leher rahim (serviks).
Sementara itu, KB spiral non-hormonal memiliki lilitan tembaga di sekelilingnya. Tembaga ini yang akan mengeluarkan zat yang menimbulkan peradangan di dalam rahim yang kemudian merusak sel sperma dan sel telur sebelum keduanya sempat bertemu
Terjadinya Kehamilan saat Menggunakan KB Spiral
Banyak faktor yang menyebabkan kehamilan saat menggunakan KB spiral. Salah satunya adalah bergesernya letak IUD dalam tubuh.
KB spiral yang bergeser sebagian atau seluruhnya ke luar rahim, dapat meningkatkan risiko terlambat menstruasi dan juga kehamilan.
Kehamilan juga terjadi karena saat dipasang, KB spiral hormonal belum berfungsi. Alat kontrasepsi ini baru bekerja efektif ketika dipasang pada 7 hari pertama periode menstruasi. Jika pemasangan IUD tidak dilakukan pada masa menstruasi, KB spiral baru akan efektif 7 hari kemudian.
Alasan terakhir KB spiral tidak efektif bekerja adalah karena IUD telah kedaluwarsa.
Risiko Masih Terpasangnya KB Spiral Saat Hamil
Secara umum, apabila usia kehamilan masih berusia 14 minggu, dan KB spiral masih terpasang, dokter dapat melepaskan KB spiral dengan aman.
Ibu yang mengalami kehamilan saat KB spiral terpasang di usia dini, disarankan untuk melepaskan KB spiral. Pasalnya, terpasangnya KB spiral saat hamil menimbulkan risiko keguguran dan kelahiran prematur.
Namun, risiko keguguran juga ada saat pelepasan KB spiral. Oleh karena itu, pemeriksaan dan pendapat dokter sangat diperlukan dalam situasi ini. Bila benang KB spiral tidak terlihat, biasanya dokter akan melakukan USG untuk melihat kondisi di dalam tubuh ibu.
Risiko lainnya yang terjadi saat wanita hamil masih menggunakan KB spiral adalah infeksi pada cairan ketuban. Kondisi ini ditandai dengan terpisahnya plasenta pada dinding rahim.
Menggunakan KB spiral saat hamil juga meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan, yaitu kondisi di mana sel telur yang difertilisasi atau dibuahi di luar rahim, misalnya di tuba falopi.
Solusio plasenta ditandai dengan plasenta yang lepas dari rahim sebelum proses persalinan. Kondisi ini juga berisiko terjadi pada wanita hamil dengan KB spiral dalam tubuh.
Terjadinya berat badan lahir bayi kurang dari 2300 gram bisa juga terjadi saat terpasangnya KB spiral saat hamil.
Tanda Kehamilan
Jika menstruasi ibu terlambat, payudara membengkak dan sakit, merasa sakit di perut, sering buang air kecil, dan lebih mudah lelah, kemungkinan Bunda hamil.
Walau saat itu KB spiral masih terpasang, Bunda lebih baik segera membeli tes kehamilan untuk segera mengetahui kondisi ibu.
Tanda-tanda kehamilan ektopik adalah terjadinya pendarahan pada vagina, sakit di sekitar panggul, sakit punggung, dan keinginan untuk buang air besar.
Gejala ini akan bertambah parah seperti pusing, pernapasan tidak teratur, dan kulit yang berkeringat bila kehamilan ektopik sudah memengaruhi kondisi tubuh.
Bunda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter dan berkonsultasi mengenai KB spiral yang masih terpasang, bila memang dinyatakan positif hamil.
Sumber:
Web MD. 2020. Pregnancy and IUDs: What You Need to Know.
Alodokter. 2020. Dampak Melakukan Pelepasan KB IUD saat Hamil Muda.
Hello Sehat. 2021. Sudah Pakai IUD (KB Sprial) Masih Bisa Hamil, Apa Penyebabnya?