Tongue-Tie: Gejala dan Bahayanya untuk Bayi

Bunda, pernah mendengar kondisi bawaan si Kecil yang namanya tongue-tie? Kondisi ini ternyata bisa membuat si Kecil sulit untuk menyusu. Baca paparan berikut ini untuk tahu lebih jauh tentang tongue-tie dan bagaimana mengatasinya. 

Apa Itu Tongue-Tie?

tongue-tie

Tongue-tie atau dalam medis disebut dengan angkyloglosia, lebih dari sekadar istilah yang menggambarkan kesulitan menyebut kata-kata tertentu, lho, Bun. 

Tongue-tie adalah sebuah kondisi di dalam mulut yang dialami bayi yang baru dilahirkan, yang bisa berdampak panjang, di antaranya adalah kesulitan untuk minum ASI, gangguan pada aliran udara, hingga masalah wicara dan kesehatan gigi.

Masalah tongue-tie sebenarnya terjadi sejak si Kecil berada di dalam kandungan, di mana ada kondisi mutasi gen yang memengaruhi lidah dan mulut. 

Pada bayi yang lahir dengan kondisi tongue-tie, lidahnya melekat pada dasar mulut dengan tali lidah (frenulum) yang pendek atau tebal. Karena lidah terikat oleh tali lidah yang pendek atau tebal inilah gerakan lidah menjadi terbatas.

Berdasarkan data penelitian, diketahui bahwa antara 5 sampai 10 bayi dari 100 bayi dilahirkan dengan kondisi tongue-tie. Meski demikian, setidaknya 50% dari mereka masih dapat menyusu secara normal. 

Bunda tak perlu merasa sedih atau khawatir bila si Kecil mengalami kondisi tongue-tie, karena dokter dapat memberi tindakan untuk mengatasi masalah ini. 

Tanda-tanda Si Kecil Alami Tongue-Tie

tongue-tie

Tanda-tanda yang muncul akibat adanya tounge-tie pada bayi pada umumnya merupakan tanda-tanda pelekatan yang tidak optimal.

Salah satu tanda jelas dari si Kecil yang mengalami masalah dengan kondisi lidahnya yang terikat tersebut adalah dia sering rewel karena sulit untuk menyusu. Tanda-tanda yang lain di antaranya:

  • Saat menyusui terasa menyakitkan untuk Bunda.
  • Area puting Bunda lecet, terbelah, bahkan memar atau berdarah setiap kali menyusui.
  • Si Kecil sulit untuk melakukan perlekatan pada puting Bunda saat menyusu. Kadang dia hanya dapat menyentuh bagian ujungnya saja. Ini yang menyebabkan Bunda kerap merasa sakit.
  • Saat menyusu, terdengar bunyi “klik” atau suara menghirup yang cukup keras dari si Kecil.
  • Puting sering terlepas dari mulut si Kecil.
  • Proses menyusui menjadi panjang dan menyakitkan.

Tanda-tanda tongue-tie yang lain misalnya adalah si Kecil tidak bisa mengangkat lidahnya atau menggerakkannya ke kiri dan kanan, kesulitan untuk menjulurkan lidah. Juga bila dilihat, lidahnya berbentuk seperti huruf “V” atau bentuk hati (ada lengkungan di ujung lidahnya).

Risiko Tongue-tie pada Bayi

Penting untuk diketahui bahwa tongue-tie bukan satu-satunya penyebab masalah dalam menyusui. Sebelum menegakkan diagnosis tongue-tie perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu oleh dokter atau konselor menyusui mengenai manajemen laktasinya.

Manajemen laktasi adalah hal pertama yang harus segera diperbaiki jika memang ada masalah. Setelah masalah manajemen laktasi teratasi dan masih terdapat kesulitan menyusu, maka barulah tongue-tie menjadi suatu indikasi untuk dilakukan tindakan medis.

Tanpa tindakan medis oleh dokter, si Kecil yang lidahnya terikat dengan derajat yang berat memiliki risiko untuk menjadi kekurangan nutrisi karena asupannya tidak optimal. Akibatnya berat badannya sulit naik. 

Bila kondisi ini dibiarkan sampai si Kecil besar, ada beberapa risiko yang bisa terjadi:

  • Timbul masalah gigi, seperti gigi berlubang, bengkak dan iritasi pada area gusi, juga adanya gap atau renggang pada dua gigi depan bagian bawah.
  • Si Kecil akan mudah tersedak oleh makanan.
  • Timbul kesulitan untuk melakukan hal-hal sederhana, seperti menjilat es krim.
  • Saat berbicara, si Kecil akan sulit untuk menyebutkan huruf d, l, n, r, s, t, th, dan z. Si Kecil akan cadel karena lidahnya sulit untuk bergetar saat menyebut huruf r. 

Tindakan untuk Mengatasi Tongue-Tie

Tindakan untuk mengatasi tongue-tie tergantung pada tingkat keparahannya. Jika bayi masih dapat menyusu dengan baik, maka tidak diperlukan tindakan tertentu karena frenulum lidah dapat meregang seiring waktu.

Setelah melakukan manajemen laktasi yang baik dan benar, bila kondisi tongue-tie masih menyebabkan si Kecil mengalami kesulitan menyusui sampai mengganggu pertumbuhannya, maka dokter akan melakukan sebuah tindakan pemotongan tali lidah (frenotomy) untuk membuat lidah lebih bebas bergerak. 

Prosedur ini cukup sederhana dan cepat, bahkan hampir tidak memberi rasa sakit kepada si Kecil, sehingga Bunda tidak perlu khawatir. Setelah prosedur ini dilakukan, si Kecil akan dapat menyusu dengan lebih baik. 

Namun bila tali lidah si Kecil cukup tebal, ada kemungkinan dokter akan melakukan prosedur lain yang disebut frenuloplasty. Untuk tindakan ini, biasanya si Kecil akan diberi anestesi sehingga tertidur selama tindakan. 

Tindakan ini membutuhkan sedikit jahitan di bagian bawah lidah. Namun untuk frenuloplasty yang dilakukan dengan laser, si Kecil tidak akan membutuhkan jahitan. 

Apakah Ada Risiko dari Tindakan Tersebut?

Setiap tindakan medis tentu memiliki risiko, Bunda. Tindakan pemotongan tali lidah oleh dokter memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan dianggap paling efektif untuk mencegah kesulitan-kesulitan yang lebih besar pada si Kecil. 

Adapun risiko yang mungkin terjadi pascatindakan, misalnya:

  • Perdarahan
  • Gangguan pada kelenjar yang menghasilkan air liur
  • Infeksi
  • Ada bekas luka pada bagian bawah lidahnya.

Tindakan ini mungkin membuat Bunda khawatir. Namun, efek positifnya lebih besar untuk bayi. Agar Bunda bisa merasa lebih tenang, diskusikan semua kekhawatiran Bunda dan dapatkan informasi sebanyak mungkin. 

Sumber:

NHS. 2020. Tongue-tie.

Web MD. 2020. Tongue-tie.

Alodokter. 2020. Tongue-tie (Ankyloglossia).

Healthline. 2020. Tongue-Tie: What It Is and How It’s Treated.

By dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp. GK

Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Konselor Laktasi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *