Bila dibandingkan dengan orang dewasa, badan bayi memang jauh lebih lembek. Beberapa ibu, terutama ibu yang baru memiliki anak mengkhawatirkan kondisi ini.
Wajar sih, Bun. Bunda memang perlu mempertanyakan apa yang Bunda tidak tahu. Karena bisa jadi, seperti badan lembek bayi ini, adalah isyarat penyakit serius lain.
Berpegangan pada Kartu Menuju Sehat
Tekstur badan bayi yang lembek, sebenarnya masih terbilang normal. Mengapa? Karena bayi belum menggunakan ototnya sebanyak yang orang dewasa lakukan.
Agar Bunda tidak khawatir, Bunda dapat berpegangan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) yang selalu diisi setiap kali Bunda memeriksakan Si Kecil apakah tumbuh kembang SI Kecil sesuai dengan usianya.
Pada bayi usia 2 bulan misalnya, berat bayi laki-laki berkisar 4,8-6,4 kg, sedangkan bayi perempuan 4,5-6 kg. Di saat Bunda mendapatkan informasi bahwa Si Kecil masih dalam batas normal tumbuh kembang, Bunda tidak perlu mengkhawatirkan apakah badan bayi lembek atau tidak.
Pada umumnya, bayi berusia 2 bulan sudah mampu melakukan beberapa hal ini:
- Sering mengisap dan aktif bermain dengan jari-jarinya.
- Bisa menegakkan kepala hingga 45 derajat.
- Wajahnya mulai ekspresif, seperti mampu menaikkan alis, melotot, dan meniup.
Hipotonia: Kemungkinan Penyebab Lain Badan Bayi Lembek
Bila pada usia tertentu, Si Kecil tidak menunjukkan tumbuh kembang yang sesuai dengan usianya, Bunda perlu menelaah lebih lanjut. Misalnya, jika bayi umur 2 bulan tidak menunjukkan perkembangan gerakan dan otot seperti yang telah disebutkan di atas, bisa jadi gejala hipotonia. Bayi dengan hipotonia akan terlihat lemas, lunglai, dan lembek.
Biasanya dokter sudah dapat melihat gejala bayi dengan hipotonia tidak lama setelah bayi lahir. Namun, gejala hipotonia memang bisa saja baru disadari pada saat bayi sudah menginjak umur 6 bulan.
Gejala hipotonia pada bayi berupa:
- memiliki kontrol kepala yang buruk
- lengan dan kaki menggantung lurus
- biasanya tidak dapat menelan dengan baik
Hipotonia disebabkan oleh gangguan di otak karena kurangnya oksigen saat proses melahirkan, gangguan pada pembentukan otak saat masih di kandungan, gangguan pada tulang belakang, saraf, dan otot.
Selain itu hipotonia juga dapat terjadi pada bayi lahir prematur. Pada bayi prematur organ tubuh belum terbentuk sempurna dan memerlukan waktu untuk bekerja dibanding anak lainnya. Dalam hal ini, kondisi mereka akan membaik seiring bertambah usia.
Tahap Diagnosa Hipotonia pada Bayi
Oleh karena hipotonia bisa dipicu oleh banyak hal, dokter akan bertanya kepada Bunda apakah ada masalah ketika masa persalinan atau saat bayi dilahirkan, riwayat kesehatan dan genetik keluarga, lalu melakukan beberapa pemeriksaan fisik pada bayi. Dalam hal ini, dokter akan mengecek:
- Kemampuan motorik bayi
- Kemampuan sensorik bayi
- Keseimbangan bayi
- Kemampuan koordinasinya
- Kemampuan refleksnya
Jika memang diperlukan, dokter akan menyarankan untuk melakukan beberapa tes, di antaranya CT scan, Electromyography (EMG), Electroencephalogram (EEG), pengecekan tulang belakang, biopsi otot, dan tes genetik.
Penanganan Hipotonia
Ada beberapa terapi untuk bayi dengan hipotonia untuk membantu menguatkan otot dan memperbaiki kemampuan koordinasinya. Pilihannya antara lain:
- Program stimulasi sensorik
Dengan terapi ini, Si Kecil akan dilatih merasakan indra penglihatan, penciuman, pendengaran, penciuman, dan perasa.
- Terapi okupasi
Terapi ini akan memberikan kekuatan motorik yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
- Terapi fisik
Dengan terapi fisik ini, anak akan diajarkan untuk mengontrol ototnya.
- Terapi bicara
Terapi ini akan membantu anak untuk menelan, bernapas, dan berbicara.
Sumber:
Web MD. 2020. What Is Hypotonia?
Alodokter. 2018. Badan Bayi Usia 2 Bulan Terasa Lembek.
Surestep. 2016. Low Muscle Tone and Your Child – What You Need to Know