Ternyata anemia atau kondisi kekurangan zat besi tidak saja dialami oleh orang dewasa, si Kecil pun bisa mengalaminya. Ketahui lebih jauh tentang anemia pada bayi dan cara untuk mengatasinya.
Apa Itu Anemia?
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana terjadi kekurangan sel-sel darah merah yang membawa hemoglobin di dalam tubuh. Sel-sel darah merah berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh sel dan jaringan tubuh. Kekurangan hemoglobin dapat berakibat tubuh menjadi lemas, sulit berkonsentrasi, hingga susah bernapas, gangguan jantung, dan komplikasi yang lebih berat.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ternyata anak-anak rentan mengalami anemia. Secara epidemiologi, prevalensi anemia tertinggi malah ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak.
Hal tersebut di antaranya dipengaruhi oleh adanya kekurangan zat besi saat Bunda hamil, atau karena asupan makanan zat besi yang kurang.
Berbagai Penyebab Anemia pada Bayi
Bayi yang baru dilahirkan tidak jarang mengalami anemia ringan. Ini disebabkan sel-sel darah merahnya terpecah lebih cepat daripada pembentukan sel-sel darah merahnya yang baru. Umumnya hal tersebut terjadi saat si Kecil berusia 2-3 bulan yang dikenal dengan anemia fisiologis. Seiring pertumbuhannya, kondisi ini akan membaik hingga usianya 1 tahun.
Penyebab lain dari anemia pada bayi misalnya adalah kehilangan banyak darah, misalnya akibat perdarahan di saluran cerna, adanya masalah pada sumsum tulang, juga kurang zat besi dan/atau asam folat.
Rentan pada Bayi Prematur
Kondisi anemia pada bayi yang lahir prematur akan memerlukan penanganan secara khusus. Karena dalam banyak kasus, anemia yang dialaminya akan berkembang menjadi anemia yang lebih berat, yang disebut anemia prematuritas. Pada kondisi ini, bayi prematur belum mengalami perubahan biologis yang diperlukan untuk memproduksi sel-sel darah merah yang baru secara mandiri.
Perubahan biologis ini seharusnya terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan, termasuk juga tahapan di mana produksi sel-sel darah merah berpindah dari hati ke sumsum tulang. Bila tahapan ini terganggu, dan bayi terlahir prematur, makan akan lebih berisiko mengalami anemia.
Gejala Anemia pada Bayi
Kadar hemoglobin yang rendah biasanya tidak segera bisa terlihat secara fisik. Namun pada kondisi anemia pada bayi, gejala umum yang terlihat adalah:
- Pucat pada warna kulit
- Si Kecil relatif mudah rewel
- Si Kecil terlihat mudah lelah dan terlihat lesu
- Detak jantung dan tarikan napasnya cepat
- Sulit menyusu
Bila kondisi ini dibiarkan, risiko yang mungkin akan terjadi adalah terhambatnya proses tumbuh kembang pada si Kecil.
Untuk memastikan kondisi si Kecil, dokter akan melakukan tes darah untuk menilai kadar hemoglobin darah, ataupun pemeriksaan tambahan lainnya seperti gambaran darah tepi atau profil besi darah.
Perawatan untuk Anemia pada Bayi
Untuk kondisi anemia ringan pada bayi yang lahir normal, biasanya tidak diperlukan pengobatan secara khusus. Karena melalui asupan bernutrisi dan kaya zat besi, kekurangan zat besi pada tubuh bisa teratasi dengan sendirinya.
Berbeda dengan penanganan untuk bayi cukup bulan yang anemia, untuk bayi prematur diperlukan beberapa penanganan, di antaranya:
- Transfusi darah. Ini adalah cara tercepat untuk meningkatkan jumlah sel darah merah sesuai pertimbangan dari klinis dan kadar hemoglobin di dalam tubuh si Kecil. Donor bisa didapatkan dari bank darah maupun dari anggota keluarga.
- Pemberian suplemen zat besi. Ini juga metode yang dapat meningkatkan sel-sel darah merah jika kekurangan zat besi diduga sebagai penyebab.
- Beberapa pakar juga mengupayakan tindakan yang disebut Delayed Cord Clamping atau Penjepitan Tali Pusat Tertunda pada saat si Kecil lahir. Penundaan ini dilakukan hingga lebih dari 1 menit setelah kelahiran, bertujuan membantu memperbaiki status zat besi di dalam tubuh bayi.
Sumber:
Very Well Family. 2020. Anemia in Premature Babies.
IDAI. 2013. Anemia Defisiensi Besi pada Bayi dan Anak.
Hello Sehat. 2021. Bayi Anda Mengalami Anemia? Ini Penyebab dan Pengobatannya.