PPCM (peripartum cardiomyopathy) adalah penyakit jantung yang bisa dialami ibu hamil di akhir masa kehamilan atau di saat beberapa bulan setelah persalinan. Kondisi ini sering muncul secara tiba-tiba, sehingga ibu hamil bisa saja tidak menyadarinya hingga kondisi memburuk.
PPCM atau kardiomiopati peripartum bisa muncul ketika waktu persalinan sudah dekat maupun beberapa hari, minggu, bahkan 4–5 bulan setelah melahirkan. Apabila PPCM muncul 6 bulan setelah persalinan, kondisi ini disebut postpartum cardiomyopathy atau kardiomiopati postpartum.
PPCM sendiri ditandai dengan melemahnya otot jantung. Akibatnya, jantung menjadi tidak mampu mengalirkan darah secara optimal ke seluruh tubuh. Apabila tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berbahaya.
Penyebab PPCM
Penyebab PPCM belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga bisa terjadi karena kerja otot jantung yang lebih berat selama kehamilan. Soalnya, otot jantung perlu memompa darah hingga 50% selama kehamilan agar bisa mengalirkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh dan juga ke janin.
Terlepas dari penyebabnya yang belum diketahui, PPCM sendiri lebih mungkin terjadi pada ibu hamil dengan kondisi berikut ini:
- Berusia di atas 30 tahun saat hamil
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
- Menderita gangguan jantung, seperti miokarditis
- Mengalami tekanan darah tinggi atau preeklamsia
- Menderita diabetes
- Mengalami kekurangan gizi
- Menjalani kehamilan kembar
- Merokok
- Mengonsumsi minuman beralkohol
Gejala PPCM
Karena PPCM adalah salah satu jenis kardiomiopati, ibu hamil yang menderitanya bisa mengalami beberapa gejala yang serupa dengan gejala gagal jantung, seperti:
- Jantung berdebar
- Kelelahan
- Batuk-batuk
- Sesak napas
- Sering buang air kecil pada malam hari
- Pembengkakan di kaki dan leher
Pada kasus yang ringan, PPCM biasanya tidak menimbulkan gejala yang khas. Inilah yang membuat ibu hamil tidak menyadarinya sampai kondisi memburuk. Namun, apabila sudah memburuk, gejala-gejala di atas bisa terasa lebih parah dan berlangsung lebih lama.
Penanganan PPCM
PPCM merupakan kondisi yang bisa berbahaya. Oleh karena itu, penanganannya pun perlu dilakukan dengan segera. Nah, apabila sudah terdeteksi mengalami PPCM, ibu hamil biasanya akan diminta untuk menjalani rawat inap di rumah sakit. Dengan begitu, dokter bisa memantau kondisi ibu hamil dan janin secara ketat.
Langkah utama dokter untuk mengatasi PPCM adalah dengan memberikan beberapa obat-obatan, yaitu obat untuk mengontrol tekanan darah, obat pengencer darah untuk mencegah penggumpalan darah, serta obat diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan dalam tubuh.
Obat yang diberikan dokter akan disesuaikan dengan kondisi ibu serta janin dalam kandungan atau bayi yang baru lahir. Selain memberikan obat-obatan, dokter juga akan menyarankan ibu hamil untuk melakukan diet rendah garam, menghindari asap rokok, dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
Nah, karena sudah tahu apa itu PPCM, Bunda perlu menghindari kondisi ini agar tidak terjadi pada Bunda, ya. Caranya adalah dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, makan makanan sehat dan bergizi, menjaga berat badan, serta berolahraga secara rutin.
Selain itu, Bunda juga perlu rutin melakukan pemeriksaan ke dokter sesuai jadwal agar kondisi Bunda dan janin selalu terpantau. Dengan begitu, bila ada gangguan atau kelainan pada kehamilan, misalnya PPCM, kondisi tersebut bisa terdeteksi sejak dini dan ditangani secepatnya.
Sumber:
American Heart Association (2023). Heart Attack and Stroke Symptoms. Peripartum Cardiomyopathy.
National Institutes of Health (2023). Statpearls. Peripartum Cardiomyopathy.
Penn Medicine (2022). For Patients and Vistiors. Peripartum Cardiomyopathy.
Cleveland Clinic (2022). Diseases & Conditions. Peripartum Cardiomyopathy.
Johns Hopkins Medicine (2024). Conditions and Diseases. Peripartum Cardiomyopathy.
Mayo Clinic (2023). Healthy Lifestyle. Heart Conditions and Pregnancy: Know the Risks. Medscape (2019). Peripartum (Postpartum) Cardiomyopathy (PPCM).