6 Penyebab Air Ketuban Sedikit Saat Hamil

Penyebab air ketuban sedikit bisa terjadi karena beberapa hal, salah satunya ketuban pecah dini. Kondisi ini harus ditangani agar kehamilan tetap berjalan lancar dan tidak menyebabkan komplikasi, seperti persalinan prematur. 

Idealnya, air ketuban mulai diproduksi sekitar hari ke-12 setelah pembuahan terjadi. Seiring bertambahnya usia kandungan, air ketuban meningkat hingga 800 mL, bahkan mencapai 1000 mL pada usia kehamilan 34–36 minggu. 

Jelang persalinan, air ketuban perlahan berkurang hingga 600 mL. Namun, kondisi tertentu bisa membuat ibu hamil mengalami cairan ketuban yang lebih sedikit daripada kadar normal.

Penyebab Air Ketuban Sedikit Saat Hamil

Kekurangan atau kelebihan air ketuban bisa menyebabkan masalah bagi ibu hamil atau janin. Oleh karena itu, jumlah cairan ketuban harus seimbang. Hanya saja, ada sebagian ibu hamil yang mengalami kurangnya kadar air ketuban. 

Beberapa kondisi yang menjadi penyebab air ketuban sedikit selama masa kehamilan, yaitu:

1. Kehamilan lebih dari 40 minggu

Cairan ketuban perlahan akan berkurang setelah kehamilan berusia 36 minggu dan terus menurun hingga minggu ke-40. Nah, ibu yang belum kunjung melahirkan hingga usia kandungan lebih dari 40 minggu cenderung lebih rentan mengalami air ketuban sedikit.

2. Ketuban pecah dini

Penyebab air ketuban sedikit saat hamil juga bisa terjadi pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini. Kondisi ini disebabkan oleh adanya robekan di selaput ketuban dan menyebabkan air ketuban bocor sebelum kehamilan berusia 37 minggu atau sebelum persalinan dimulai.

3. Sistem kemih janin tidak berkembang sempurna

Janin menelan cairan ketuban dan mengeluarkannya melalui urine. Hal tersebut membuat sebagian besar cairan ketuban terdiri dari urine janin. 

Namun, bila sistem kemih dan ginjal janin tidak berkembang sempurna, janin bisa saja hanya menghasilkan sedikit urine. Hal ini bisa menyebabkan air ketuban saat hamil lebih sedikit daripada kadar ideal.

4. Gangguan plasenta

Adanya gangguan pada plasenta, seperti solusio plasenta, bisa menjadi penyebab air ketuban sedikit saat hamil. Ini karena gangguan plasenta bisa menghambat aliran darah dan asupan nutrisi ke janin. 

Jika hal ini terjadi, janin mungkin tidak mendapatkan cukup nutrisi untuk mengeluarkan urine, sehingga jumlah air ketuban ibu hamil jadi lebih sedikit.

5. Kehamilan kembar

Ibu yang mengandung bayi kembar bisa saja lebih rentan mengalami air ketuban sedikit. Soalnya, kehamilan kembar bisa saja berisiko menyebabkan twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS), yaitu kondisi yang membuat bayi saling berbagi cairan ketuban. Hal ini menyebabkan salah satu bayi hanya menerima sedikit air ketuban.

6. Kondisi kesehatan ibu hamil

Selain karena kondisi di atas, ibu yang menderita preeklamsia, hipertensi, diabetes gestasional, obesitas, dan dehidrasi juga bisa saja mengalami rendahnya kadar cairan ketuban. Oleh karena itu, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan dan kontrol rutin selama masa kehamilan.

Itulah beberapa penyebab air ketuban sedikit selama masa kehamilan. Umumnya, kondisi ini bisa terjadi pada kehamilan trimester kedua atau trimester ketiga. Oleh karena itu, penanganannya mungkin berbeda-beda, tergantung pada usia kandungan dan kondisi ibu hamil. 

Namun, Bunda tidak perlu khawatir dan tetap tenang ya. Soalnya, ibu yang mengalami kondisi ini umumnya tetap bisa melahirkan bayi yang sehat. Asalkan, Bunda rutin kontrol dan periksa kandungan ke dokter, mengikuti arahan dari dokter, memperbanyak asupan cairan, dan bed rest.

Sumber:

American Pregnancy Association. Low Amniotic Fluid Levels: Oligohydramnios.

National Institute of Health. National Library of Medicine. Medline Plus (2022). Amniotic Fluid.

Hopkins Medicine. Lower Urinary Tract Obstruction.

Mount Sinai. Amniotic Fluid.

Cleveland Clinic (2024). Amniotic Fluid.

Cleveland Clinic (2021). Oligohydramnios.

Miles, K. Baby Center. Low Amniotic Fluid (Oligohydramnios).

Dix, M. Healthline. How Can I Increase My Amniotic Fluid Levels?

Anderson, A. WebMD (2022). What is Oligohydramnios?

By dr. Gracia Fensynthia

Medical Editor Alodokter

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *