Pada bayi, feses bukan sekadar hasil buangan dari sistem pencernaan tubuh. Lewat feses bayi, baik dari tekstur, warna, kepadatan, dan frekuensi BAB, Bunda bisa mendapatkan petunjuk tentang kondisi kesehatan bayi.
Frekuensi BAB pada bayi ASI yang lebih jarang dibandingkan bayi yang diberi susu formula sebenarnya merupakan hal normal, tapi Bunda tetap perlu memantau kondisi fesesnya untuk memastikan bukan karena konstipasi.
Mengapa Bayi ASI Jarang BAB?
Memantau kondisi feses bayi dalam bulan-bulan awal kehidupannya memang harus Bunda lakukan. Pasalnya, dari situ Bunda dapat menilai kondisi kesehatan bayi dan juga memastikan apakah bayi cukup mendapatkan ASI atau tidak.
Bayi ASI yang lebih jarang BAB dibandingkan bayi yang diberi susu formula bukan berarti ia kekurangan asupan ASI. Namun karena ASI yang masuk ke dalam tubuh bayi benar-benar dimanfaatkan untuk tumbuh kembang bayi sehingga hasil buangannya pun menjadi sedikit.
Bayi baru lahir yang diberi ASI eksklusif umumnya akan lebih sering BAB, minimal tiga kali sehari dengan tekstur yang cair dan warna kuning. Frekuensi BAB ini akan berkurang setelah enam minggu, bisa hanya sekali sehari bahkan beberapa hari sekali.
Setelah bayi mulai diberi MPASI, maka kondisi bayi ASI jarang BAB akan berubah karena bayi akan lebih sering BAB. Tak hanya frekuensinya yang meningkat, tekstur, warna, dan aromanya pun akan berubah karena pengaruh pola makannya.
Kondisi Feses Bayi yang diberi ASI Eksklusif
Berikut ini beberapa kondisi feses bayi yang mendapatkan ASI eksklusif:
Warna
Pada beberapa hari usianya, baik bayi yang mendapat ASI eksklusif atau pun susu formula akan mengeluarkan mekonium, yaitu hasil buangan dari semua yang dicerna janin selama di dalam kandungan. Mekonium berwarna gelap dan lengket.
Pada bayi ASI eksklusif, feses akan berubah warna menjadi lebih terang dalam beberapa hari pertama, kemudian menjadi kuning mustard beberapa hari kemudian. Ketika bayi sudah mendapatkan MPASI, warna fesesnya berubah menjadi hijau-kuning atau kecokelatan.
Tekstur
Setelah keluarnya mekonium yang kental dan lengket, feses bayi akan berubah menjadi sangat cair, seperti ada biji-bijian berwarna putih, dan kadang keluar lendir. Hal ini merupakan sesuatu yang normal.
Frekuensi
Sampai usianya enam minggu, bayi baru lahir akan BAB minimal tiga kali sehari, bahkan frekuensinya bisa lebih dari itu. Bisa jadi ia akan BAB setiap habis disusui karena memang daya tampung lambungnya masih kecil.
Setelah itu, frekuensi BAB-nya akan berkurang drastis menjadi sekali sehari, bahkan sekali setiap beberapa hari. Jika ia baru BAB setelah beberapa hari, maka ukuran fesesnya akan cukup besar.
Kapan Bunda Harus Waspada tentang Feses Bayi?
Walau bayi ASI jarang BAB merupakan hal normal, tapi tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan bayi sedang mengalami konstipasi. Beberapa tanda bayi mengalami konstipasi adalah saat BAB, feses yang keluar keras dan kering.
Bayi ASI jarang BAB juga bisa menjadi pertanda asupan ASI-nya tidak mencukupi. Hal ini juga erat hubungannya dengan bayi mengalami dehidrasi, yang bisa terlihat dari BAK-nya yang tidak sering dan kurang dari lima popok basah setiap harinya. Bibirnya juga terasa kering dan matanya terlihat cekung.
Jika Bunda melihat kejanggalan pada kondisi feses bayi, baik soal warna, tekstur dan kepadatan, aroma, dan frekuensi, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter anak untuk mengetahui penyebab dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.
Sumber:
Healthline. 2018. Poop in Breastfed Babies: What to Expect.
Medical News Today. 2020. How Often Should a Newborn Poop?
La Leche League International. 2018. Baby’s Poop.