Bayi jarang pipis tapi berkeringat cukup umum terjadi. Normalnya, bayi akan cukup sering buang air kecil, tetapi ada beberapa kondisi yang juga bisa menyebabkan ia jarang pipis, seperti cuaca panas. Bahkan, ada juga lho penyebab lain yang mungkin harus Bunda waspadai.
Ketika bayi lahir, memasang dan mengganti popok akan menjadi rutinitas baru bagi Bunda dan Ayah. Soalnya, bayi akan sangat sering buang air kecil setiap 1–3 jam dan perlu berganti popok sebanyak 4–6 kali sehari. Namun, ada kondisi tertentu yang menyebabkan bayi jadi jarang pipis dan lebih banyak berkeringat.
Nah, kalau hal ini terjadi pada anak Bunda, kondisi bayi jarang pipis tapi berkeringat sebaiknya jangan disepelekan, ya. Soalnya, frekuensi buang air kecil pada bayi bisa saja berkaitan dengan kesehatannya.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk terus memantau dan mengenali tanda-tanda awal apabila ada gangguan pada kesehatan anak, supaya kondisi ini dapat segera ditangani dengan tepat.
Penyebab Bayi Jarang Pipis tapi Berkeringat
Bayi umumnya bisa pipis hingga 4–6 kali sehari, tetapi frekuensi buang air kecilnya bisa berkurang ketika suhu udara atau cuaca sedang panas, terlebih bila ia aktif bergerak. Hal tersebut normal terjadi ya, Bun. Soalnya, berkeringat merupakan cara untuk menjaga dan mengatur suhu tubuh tetap normal saat kepanasan.
Selain karena cuaca yang panas, bayi jarang pipis juga bisa disebabkan oleh beberapa hal lainnya. Nah, berikut ini adalah kondisi serta penjelasan mengapa Si Kecil jarang pipis tetapi berkeringat:
1. Mengonsumsi ASI
Selama 24 jam setelah lahir, bayi yang menyusu atau rutin diberi ASI biasanya lebih jarang buang air kecil. Hal ini normal terjadi ya, Bun, karena memang ASI pertama atau kolostrum mengandung tinggi nutrisi dan protein yang lebih banyak diserap oleh tubuh daripada susu formula.
Oleh karena itu, sangat mungkin jika bayi yang aktif menyusu lebih jarang buang air kecil dan hanya memiliki 1–2 popok basah dalam 24 jam setelah kelahiran. Setelah 3 hari, bayi baru akan lebih sering buang air kecil.
2. Dehidrasi
Salah satu tanda dehidrasi pada bayi bisa dilihat dari jumlah urine di popoknya. Apabila Si Kecil hanya mengeluarkan sedikit urine dan warna urinenya kuning gelap dan pekat atau bahkan tidak pipis sama sekali dalam waktu 4–6 jam, ini bisa saja menandakan bahwa Si Kecil mengalami dehidrasi.
Selain jarang buang air kecil, dehidrasi juga menyebabkan Si Kecil menjadi rewel, lesu, mengantuk, mulut dan lidah kering, hingga mata yang tampak cekung dan tidak keluar air mata saat menangis.
Nah, dehidrasi pada bayi biasanya terjadi karena diare atau muntah-muntah. Selain itu, kurangnya asupan ASI atau susu formula juga bisa menyebabkan bayi dehidrasi. Untuk mencegahnya, Bunda perlu menyusui setiap 1–2 jam ya.
Jika Si Kecil sudah bisa diberikan MPASI, ia juga bisa diberikan cairan rehidrasi oral setiap kali BAB atau muntah untuk mengganti cairan tubuhnya yang hilang.
3. Infeksi saluran kemih (ISK)
Bayi berisiko terkena ISK jika cara membersihkan alat kelamin kurang tepat setelah ia buang air. Selain itu, jarang mengganti popok juga bisa meningkatkan risiko bayi terkena ISK karena bakteri dari urine dan kotoran dapat memasuki saluran kemih dan menimbulkan infeksi.
Jika tidak segera ditangani, ISK dikhawatirkan bisa menyebabkan masalah pada ginjal. Oleh karena itu, segera konsultasikan ke dokter ya apabila jumlah urine yang keluar sangat sedikit dan disertai beberapa gejala ISK, seperti demam tinggi, rewel, menangis tiap buang air kecil, dan urine berbau busuk dan berwarna keruh.
4. Gangguan ginjal
Ini juga merupakan salah satu penyebab bayi jarang pipis yang perlu diperhatikan. Penyakit ginjal bisa membuat bayi jarang pipis karena produksi urine yang berkurang atau urine sulit dikeluarkan. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari kelainan bawaan lahir, infeksi, hingga efek samping obat-obatan.
Nah, itulah beberapa kondisi paling umum yang bisa menyebabkan bayi jarang pipis tapi berkeringat. Selama tidak ada gejala lain yang menyertai dan Si Kecil terlihat sehat dan aktif, maka kondisi ini umumnya normal terjadi, sehingga Bunda tidak perlu khawatir.
Akan tetapi, Bunda tetap perlu rutin memeriksa dan mengganti popok bayi setelah Si Kecil pipis, ya. Idealnya, popok perlu diganti setiap 2–3 jam atau ketika popoknya sudah basah. Cara ini dapat mencegah Si Kecil terkena infeksi saluran kemih serta melindungi kulitnya dari ruam popok.
Selain itu, penting juga untuk terus memantau kondisi Si Kecil. Bunda dan Ayah perlu waspada jika Si Kecil jarang pipis tapi berkeringat dan disertai tanda atau gejala berikut ini:
- Buang air kecil atau popok yang diganti kurang dari 4–6 kali setelah hari ke-5 pascakelahiran.
- Jumlah urine sangat sedikit, berwarna kuning tua pekat, dan berbau tidak sedap.
- Muntah-muntah dan kurang mau menyusu, makan, atau minum.
- Terdapat noda atau bercak merah pada popok selang 1 minggu setelah kelahiran.
Nah, jika Bunda mendapati Si Kecil mengalami gejala di atas, sebaiknya tanyakan atau chat dokter, ya. Dengan begitu, dokter bisa menentukan kemungkinan penyebabnya dan memberikan saran dan penanganan yang tepat.
Sumber:
Kamat, D.M. American Academy of Pediatrics (2023). Anuria and Oliguria.
Children’s Health. Congenital kidney abnormalities.
Cleveland Clinic (2021). Heatstroke.
Cleveland Clinic (2020). Breaking a Sweat: Why You Sweat and What It Says About Your Health.
Boyd-Barrett, C. Baby Center. UTI’s in Babies and Toddlers: Symptoms and Causes.
Healthy Children (2021). Baby’s First Days: Bowel Movements & Urination.
Silver, N. Healthline (2023). Why Is Water Important? 16 Reasons to Drink Up.
Kids Health. Breastfeeding FAQs: Getting Started.
Shaikh, J. Medicine Net. How Long Can a Newborn Go Without Peeing?
Murray, D. Parents (2024). Here’s How Many Wet Diapers a Newborn Should Have.
Parents (2022). How to Spot Signs of Dehydration in Babies and Young Kids.
WebMD (2023). Dehydration: Signs, Symptoms, and Effects.