Asfiksia neonatorum adalah kondisi saat bayi tidak memperoleh cukup oksigen sebelum, saat, atau tepat setelah bayi dilahirkan. Ini merupakan hal serius yang harus segera ditangani agar nyawa bayi terselamatkan.
Tangisan bayi yang dilahirkan menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu saat persalinan. Soalnya, tangisan bayi menandakan kalau paru-parunya berfungsi dan ia bisa bernapas dengan baik.
Namun, ada sebagian bayi yang tidak mengalami hal tersebut, lho. Bayi yang tidak langsung menangis saat lahir bisa menandakan adanya kondisi asfiksia neonatorum. Lantas, apa itu asfiksia neonatorum?
Pengertian dan Penyebab Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum ditandai dengan kondisi bayi yang tidak menangis setelah dilahirkan, kulit tampak kebiruan dan pucat, denyut jantung cepat atau lambat, hingga terlihat sesak napas.
Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, asfiksia neonatorum bisa berdampak buruk pada beberapa organ bayi, seperti otak, paru-paru, jantung, hati, dan ginjalnya. Namun, kenapa ya bayi bisa kekurangan oksigen?
Nah, ada beberapa kondisi yang kemungkinan menjadi penyebab asfiksia neonatorum pada bayi, yaitu:
- Lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum bayi lahir (solusio plasenta)
- Sumbatan pada jalan napas bayi karena tertelan mekonium
- Memiliki kelainan genetik
- Kelahiran prematur
- Bayi terlilit tali pusar
- Infeksi parah pada janin atau ibu
- Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
- Ibu mengalami pendarahan hebat dan kekurangan oksigen
- Ibu menderita kondisi tertentu, seperti hipotensi, preeklamsia, dan eklamsia
- Ibu mengalami demam selama proses persalinan berlangsung
- Ibu hamil berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Penanganan Asfiksia Neonatorum pada Bayi
Bunda jangan sedih dan khawatir ya. Asfiksia neonatorum bisa diatasi dengan penanganan medis. Setelah melalui tes APGAR, dokter akan memberikan penanganan yang disesuaikan dengan tingkat keparahan dan berapa lama kondisi asfiksia terjadi.
Sebagai informasi, biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan berikut untuk menangani asfiksia neonatorum:
- Memberikan oksigen tambahan pada ibu apabila asfiksia terjadi sebelum bayi dilahirkan
- Melakukan persalinan darurat atau operasi caesar
- Memasangkan alat bantu napas pada bayi yang lahir dengan kondisi asfiksia.
- Memberikan bantuan pernapasan atau resusitasi, yaitu prosedur menekan dada (CPR) untuk meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen pada bayi
- Memberikan nutrisi, obat, dan cairan lewat suntikan di pembuluh darah bayi
- Menghangatkan bayi di dalam inkubator
Asfiksia neonatorum yang sangat parah bisa mengancam nyawa buah hati. Bahkan, jika kondisi ini tertangani pun, ke depannya tetap ada kemungkinan risiko anak mengalami kejang, gangguan belajar, gangguan perilaku, atau autisme.
Kondisi asfiksia neonatorum pada bayi ini memang tidak dapat dicegah sepenuhnya, tetapi bisa diminimalkan kejadiannya. Caranya adalah dengan melakukan pemeriksaan dan kontrol rutin ke dokter kandungan sejak awal kehamilan, ya. Jadi, berbagai risiko yang bisa menyebabkan bayi mengalami asfiksia dapat dikurangi.
Sumber:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2023). Mengenal Asfiksia Neonatorum.
Johns Hopkins. Perinatal Asphyxia.
Raising Children (2023). After Baby is Born: What to Expect in The First Hours.
Wisner, W. Healthline (2023). What Parents Need to Know About Birth Asphyxia.
Balest, A. L. MSD Manuals (2024). Birth Asphyxia.