Anak tunggal katanya cenderung menjadi pusat perhatian. Anak dengan saudara disebut lebih mudah berbagi. Sebenarnya apakah memang ada perbedaan antara mengasuh anak tunggal dengan mengasuh anak yang bersaudara? Berikut penjelasannya.
Mendidik Anak Bersaudara
Ada mitos-mitos seputar mengasuh anak bersaudara yang perlu Bunda dan Ayah ketahui faktanya.
Kakak Mandiri, Adik Manja
Banyak anggapan bahwa ada tidaknya saudara dan posisi anak dalam urutan saudara kandung berpengaruh pada kepribadian anak. Ada yang menganggap bahwa anak bungsu biasanya manja, sementara anak pertama itu cenderung mandiri.
Namun sebenarnya tidak ada studi atau hasil penelitian yang mengonfirmasi anggapan ini karena anak tetap akan mendapatkan pengalaman serupa saat bergaul dengan teman-temannya di sekolah. Orang tua juga perlu menanamkan dalam diri sendiri dan pikiran anak bahwa ada ataupun tidak ada saudara, ia harus punya karakter yang positif.
Kakak Harus Begini, Adik Harus Begitu
Bunda dan Ayah perlu menghindari pikiran bahwa kakak harus begini dan adik seharusnya begitu. Sebaliknya, lebih penting untuk membesarkan anak sesuai dengan perbedaan karakter masing-masing anak agar ia dengan sendirinya dapat berperan sesuai kemampuannya. Kakak harus melindungi adiknya, tetapi begitu juga adik perlu menjaga kakaknya.
Hindari asumsi bahwa kakak harus selalu mengalah kepada adiknya dalam hal apa pun. Hal ini dapat melukai perasaan kakak, dan memicu munculnya perasaan tidak dianggap penting oleh orang tua.
Mengenali Kondisi Khas Anak dengan Saudara
Meskipun sebaiknya fokus pada pengasuhan dengan mengenali kepribadian anak, tetapi ada kondisi stres yang khas dihadapi anak dengan saudara:
- Merasa tidak cukup mendapat perhatian karena orang tua dianggap lebih memperhatikan kakak atau adiknya.
- Usia kakak adik yang dekat bisa menguntungkan karena bisa bermain bersama. Tetapi keduanya masih sama-sama perlu mendapat porsi perhatian yang cukup sehingga bisa jadi sang Kakak belum bisa dituntut untuk lebih dewasa daripada adiknya.
- Jika jarak usia kakak dengan adik jauh, maka si Kakak umumnya dapat membantu mengasuh adik. Tetapi jarak usia yang jauh dapat membuat permainan yang mereka sukai banyak berbeda.
Hal Penting Menangani Kakak
Oleh karena sering menghabiskan waktu mengurus adik, Bunda perlu juga meluangkan waktu berdua saja dengan kakak. Hadapi ia bukan sebagai kakak, tetapi sebagai dirinya sendiri. Hindari terlalu sering berkata, “Kamu ‘kan kakak, jadi harus menjaga adiknya.”
Ia sudah paham bahwa dirinya seorang kakak. Namun jika dikatakan terus menerus, ia dapat menjadi frustasi dan sulit menemukan jati dirinya.
Untuk menghindari terjadinya kecemburuan kakak karena ibu lebih fokus mengasuh si adik yang masih bayi, ajak kakak untuk berempati. Jelaskan kepadanya bahwa saat kakak masih bayi, ibu juga merawat kakak dengan cara yang sama seperti ibu merawat adiknya sekarang. Tunjukkan foto-foto ataupun video saat ibu mengasuh kakak saat masih bayi.
Selain itu, ibu bisa mulai menjelaskan bahwa adik bayi masih sangat butuh bantuan dari orang lain, misal dalam hal makan, minum susu, mengganti popok. Libatkan kakak juga untuk membantu ibu, misalnya dengan mengambilkan popok adik. Setelah itu, berikan apresiasi kepada kakak berupa ucapan terima kasih dan pujian bahwa ia mau menolong ibu dan bekerja sama dengan ibu untuk membantu adik.
Hal Penting Menangani Adik
Seperti kakak, pada saatnya adik juga harus memahami bahwa tidak semua keinginannya harus segera dituruti dan ia juga perlu belajar mengalah pada kakak. Bunda dan Ayah dapat memanfaatkan informasi dan pengetahuan yang sudah didapatkan dari pengasuhan anak pertama untuk mendidik anak kedua.
Namun jarak usia yang terlalu jauh antara kakak dengan adik dapat menjadi tantangan karena Bunda dan Ayah perlu terus memperbarui pengetahuan. Kegiatan membaca artikel parenting ataupun mengikuti seminar-seminar parenting dari sumber yang kredibel dapat dilakukan oleh orang tua untuk terus memperbaharui ilmu parenting yang tepat untuk anak.
Mendidik Anak Tunggal
Ada kondisi tertentu yang membuat pengasuhan anak tunggal menjadi sedikit berbeda dengan pengasuhan anak dengan saudara.
Memberikan pengalaman berbagi
Oleh karena anak memiliki lebih sedikit pengalaman seputar berbagi dengan saudara, maka Bunda dan Ayah perlu memberikan pengalaman ini di kesempatan lain. Misalnya berbagi dengan tetangga atau dengan teman.
Selain itu penting untuk membuatnya berinteraksi dengan sebanyak mungkin orang dengan berbagai karakter, misalnya dengan kegiatan playdate dengan anak-anak seusianya. Atau dengan mengikuti kegiatan berkelompok (seperti: sepak bola, basket, hiphop dance, dan sebagainya).
Dua sisi kedekatan anak dengan orang tua
Oleh karena tidak perlu berbagi perhatian, anak tunggal cenderung lebih dekat dengan orang tuanya. Kedekatan ini bisa menjadi hal positif, tetapi bisa juga negatif. Ia bisa saja lebih menuruti keinginan orang tua daripada menggali keinginannya sendiri karena dianggap sebagai tumpuan harapan orang tuanya.
Agar Bunda dan Ayah tidak overprotective
Memiliki anak tunggal bisa membuat orang tua menjadi berlebihan ingin melindungi anak. Solusinya adalah Bunda dan Ayah perlu memiliki waktu dan hobi sendiri agar perhatian tidak terlalu terpusat pada anak. Dengan mengerjakan hobi sendiri, orang tua dapat menjadi lebih santai dan tidak menanggapi terlalu serius segala hal yang berhubungan dengan anak.
Hal yang harus diingat adalah, kita sebagai orang tua tentu harus mempersiapkan anak untuk mandiri, berani menghadapi lingkungan sosialnya, dan mampu menyelesaikan permasalahan, karena kita tidak mungkin selamanya akan mendampingi anak.
Hindari memanjakannya
Menjadi satu-satunya perhatian, Bunda dan Ayah bisa jadi ingin segera mengabulkan semua keinginannya. Padahal yang terpenting sebenarnya adalah memahami apa yang ia rasakan di balik keinginan tersebut. Misalnya dengan bertanya, “Sebenarnya kamu merasa begini ya?” agar ia juga belajar mengenali dan dapat menamai (melabel) emosi atau perasaannya sendiri.
Selain itu Bunda dan Ayah juga perlu tegas jika ada hal yang tidak boleh ia lakukan tanpa membuatnya merasa tertolak. Misalnya dengan berkata, “Ayah Bunda sayang sama kamu. Tapi kamu nggak boleh keluar main tanpa izin.”
Jangan lupa bahwa Bunda dan Ayah perlu berbagi peran, baik dalam mendidik anak bersaudara maupun anak tunggal. Dan jangan lupa untuk lebih fokus mengenali karakter dan kebutuhan masing-masing anak, daripada menuntut perannya sebagai “kakak” atau “adik”, ataupun menjadikan anak tunggal sebagai tumpuan harapan atau sebagai anak emas yang dimanjakan.