Bunda, pernahkan melihat atau mengalami si Kecil yang menangis tanpa henti, dan sulit ditenangkan walaupun dengan berbagai cara? Bisa jadi si Kecil mengalami kondisi yang disebut kolik pada bayi.
Dia sudah minum susu, popok sudah diganti, udara di dalam kamar juga sudah diatur tidak terlalu dingin maupun terlalu panas, tetapi tangisannya tak juga reda. Kenali gejala kolik pada bayi, penyebab, dan cara mengatasinya.
Apa Itu Kolik pada Bayi?
Kolik pada bayi merupakan suatu kondisi di mana si Kecil sering menangis panjang dan mengalami kegelisahan terus menerus, tanpa ada penyebab organik yang jelas.
Kondisi ini tentu cukup meresahkan para orang tua, juga membuat Bunda dan Ayah khawatir. Kejadian ini lazimnya terjadi di malam hari, saat seharusnya semua beristirahat.
Kejadian kolik pada bayi biasanya terjadi pada si Kecil yang berusia sekitar 6 minggu, dan seharusnya akan menurun setelah usia 3-4 bulan. Kolik pada bayi bukanlah suatu penyakit, jadi Bunda tidak perlu merasa terlalu khawatir.
Meskipun kondisi menangis berkepanjangan ini pada umumnya bisa menghilang dengan sendirinya, menghadapi si Kecil yang kolik memang merupakan tantangan tersendiri bagi Bunda dan Ayah.
Apa Gejala Kolik pada Bayi?
- Si Kecil menangis selama 3 jam atau lebih sepanjang hari, yang berulang hingga beberapa kali seminggu.
- Tangisannya cukup intens, bahkan terdengar seperti menjerit.
- Tangisan terjadi tanpa sebab yang jelas.
- Meskipun sudah ditenangkan, si Kecil tetap gelisah dan sulit tidur.
- Sering terjadi di malam hari.
- Wajahnya memerah atau agak pucat di sekitar mulut.
- Beberapa bagian tubuhnya terasa kaku, misalnya pada bagian kaki, lengan, tangannya mengepal, punggungnya menekuk, juga kaku atau kembung di bagian abdomen.
Apa Kemungkinan Penyebab Kolik pada Bayi?
Sayangnya hingga kini para dokter belum dapat memastikan penyebab pasti dari kolik pada bayi. Namun ada beberapa faktor yang diduga turut menimbulkan kondisi kolik ini, di antaranya:
- Kondisi pencernaan yang belum berkembang sempurna.
- Adanya ketidakseimbangan bakteri baik pada organ pencernaan.
- Si Kecil mengalami GERD atau kondisi naiknya asam lambung.
- Alergi makanan atau intoleransi yang ditimbulkan dari makanan tertentu.
- Si Kecil terlalu kenyang, masih merasa lapar, atau sulit bersendawa.
- Bentuk awal dari migrain atau sakit kepala pada anak-anak.
- Si Kecil mengalami stres.
Bagaimana Membedakan Tangisan Kolik dengan Tangisan karena Sakit?
Si Kecil yang menangis atau gelisah tidak selalu berarti kolik. Namun Bunda dan Ayah juga perlu waspada, bila tangisannya diikuti dengan kondisi berikut:
- Terjadi demam dengan suhu 38̊C atau lebih.
- Si Kecil kurang merespons saat dipanggil atau disentuh.
- Si Kecil menolak makan atau malas minum susu/ASI.
- BAB-nya terlihat agak cair atau bercampur darah.
- Si Kecil mengalami muntah.
- Berat badannya sulit naik atau malah turun.
Bagaimana Cara Meredakan Kolik pada Bayi?
- Bila kejadiannya terus menerus, segeralah membawa si Kecil ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
- Bila si Kecil masih menyusu, Bunda bisa mencoba mengurangi konsumsi produk susu, kafein, bawang-bawangan, kubis, juga makanan-makanan yang mungkin menjadi penyebab alergi.
- Kalau si Kecil tidak minum ASI, coba diskusikan dengan dokter anak tentang susu formula yang cocok untuknya.
- Jangan memberinya makanan dalam jarak yang terlalu dekat, mungkin dia terlalu kenyang sehingga perutnya terasa kurang nyaman.
- Tenangkan si Kecil dengan mengajaknya berjalan-jalan dengan menggunakan gendongan, sambil dipeluk.
- Bunda juga bisa mencoba menenangkannya dengan memeluknya sambil duduk di kursi goyang, atau lakukan gerakan mengayun lembut secara terus menerus.
- Bunda bisa melakukan pijat bayi dengan baby oil dengan lembut atau dapat mengusap-usap punggungnya dengan gerakan lembut agar ia merasa lebih nyaman.
Sumber:
Mayoclinic. 2020. Colic.
Kids Health. 2010. Colic.
Healthy Children. 2015. Colic Relief Tips for Parents.