Masa setelah proses persalinan yang biasanya menggembirakan ternyata bisa menjadi masa yang penuh ketakutan dan kecemasan. Sebagian ibu mengalami perubahan mood yang naik turun, susah tidur, dan susah berkonsentrasi. Kondisi ini umumnya disebut baby blues. Namun jika berlangsung terlalu lama, baby blues bisa menjadi depresi pascapersalinan atau postpartum depression (PPD).
Bagaimana Gejala Depresi Pascapersalinan?
Gejala yang dialami ibu yang mengalami depresi pascapersalinan bisa jadi sangat berbeda antara satu ibu dengan lainnya. Namun umumnya mereka yang mengalami depresi mengalami beberapa gejala di bawah ini:
- Sering menangis berlebihan
- Mudah marah
- Menarik diri dari keluarga
- Sulit menjalin kedekatan dengan bayi
- Cemas sepanjang hari
- Mood sering berubah
- Sedih tanpa alasan
- Sulit berkonsentrasi
- Gangguan nafsu makan
- Susah tidur atau sebaliknya, tidur terlalu panjang
- Lemas dan lelah sepanjang hari
- Khawatir tidak menjadi ibu yang baik
- Putus asa
- Merasa ingin menyakiti diri atau bayi
Gejala ini tidak hanya dirasakan segera setelah bayi lahir, tetapi bisa juga dialami sejak masa kehamilan (dikenal dengan istilah pre-baby blues syndrome), atau bahkan baru dirasakan setahun setelah bayi lahir. Jika dibiarkan berkepanjangan, gejala ini lama kelamaan bisa terjadi berbulan-bulan dan memengaruhi hubungan ibu dengan Si Kecil.
Apa Kemungkinan Penyebab PPD?
Depresi pasca persalinan dapat disebabkan banyak hal yang mungkin tidak segera terdeteksi. Bisa juga merupakan perpaduan beberapa faktor, antara lain:
- Baru mengalami peristiwa besar dalam hidup
- Riwayat gangguan kesehatan mental di masa kehamilan ataupun di masa sebelumnya
- Hubungan yang kurang baik dengan pasangan dan kurang suportifnya pasangan dalam mengurus bayi
- Kurangnya bantuan dalam merawat bayi, sehingga semua hal dilakukan oleh ibu
- Tidak punya teman atau pendukung
- Ketidaksiapan ibu secara fisik maupun mental untuk memiliki bayi
Selain itu depresi juga lebih berisiko terjadi pada ibu yang lebih dulu mengalami baby blues yang tidak ditangani.
Bagaimana Cara Mengatasi Depresi Pascapersalinan?
Depresi pascapersalinan bukanlah sebuah kekurangan atau kelemahan. Ini juga bukan berarti tanda orang tua yang buruk atau gila. Seringkali kondisi ini sekadar komplikasi persalinan yang tidak dapat dicegah atau dihindari.
Oleh karenanya ibu yang merasa mengalami kondisi ini tidak perlu takut untuk secepatnya mencari bantuan ke dokter atau psikolog. Ibu perlu segera berkonsultasi atau mencari bantuan jika stres tidak mereda lebih dari dua minggu, apalagi jika sudah membuat ibu kesulitan merawat Si Kecil. Jangan menunggu hingga kondisi menjadi bertambah parah.
Selain terapi psikologi, dokter juga dapat memberikan obat antidepresan pada ibu yang mengalami depresi pascapersalinan (ibu harus memastikan untuk mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran dosis dari dokter, dan melakukan follow up secara berkala kepada dokter, agar konsumsi obat tetap terpantau). Namun hindari membeli obat bebas karena dapat berisiko berpengaruh pada ibu, terutama ibu menyusui.
Kondisi baby blues bisa dialami oleh perempuan yang sebelumnya tidak memiliki riwayat gangguan kesehatan mental. Namun penting bagi perempuan yang pernah mengalami stres atau depresi untuk berkonsultasi lebih awal sebelum persalinan, atau bahkan sebelum hamil. Dengan penanganan yang tepat, ibu dapat 100% pulih dari depresi dan kembali merawat Si Kecil dengan bahagia.
Sumber:
- NHS, 2018. Postnatal depression.
- Mayo Clinic, 2018. Postpartum depression.