Mengenali Jenis Tangisan Bayi dan Cara Meredakannya

Menangis adalah cara bayi untuk memberitahu bahwa ia sedang dalam kondisi tidak nyaman. Namun terkadang ibu kesulitan untuk mengenali penyebabnya.

Penyebab umum bayi menangis adalah lapar, lelah, bosan, popok basah, ingin digendong, kepanasan atau kedinginan, atau suasana disekitarnya terlalu ramai. Bila tidak segera diatasi, tangisan si Kecil dapat tidak kunjung berhenti dan dapat membuat ibu ikut kelelahan atau bahkan menjadi panik. Bagaimana ya, cara membedakan penyebab bayi menangis dan cara mengatasinya? Berikut penjelasan lengkapnya.

Mengenali Jenis Tangisan Bayi

Sepintas, semua tangisan bayi terdengar sama. Padahal bila diperhatikan dengan seksama, tangisan bayi memiliki makna yang berbeda. Yuk, cermati perbedaannya!

Tangisan Lapar

Bayi yang menangis karena lapar biasanya menangis pada nada rendah dengan irama berulang. Bayi juga menoleh ke kanan atau kiri sambil membuka mulutnya, seperti sedang mencari puting ibunya, atau mengisap jarinya. Bayi yang lebih besar memberitahu dirinya sedang lapar dengan tangisan yang lebih kuat dan kencang, dan “mendesak” seperti tidak sabar menunggu diberi susu.

Tangisan Lelah atau Mengantuk

Bayi yang lelah biasanya akan merengek dengan napas memburu dan sering kali tangisannya tidak kunjung berhenti. Tanda lain bayi yang lelah seperti menghindari kontak mata dengan ibu dan menguap. Bayi yang lebih besar biasanya juga menggosok mata atau wajahnya. Setelah tangis mereda, bayi biasanya akan tidur lelap

Tangisan Merasa Nyeri

Tangis karena nyeri biasanya ditandai dengan tangisan yang kencang dengan kualitas yang kasar dan muncul tiba-tiba. Ciri khas lain bila bayi sedang kesakitan ialah bayi menutup mata.

Kolik merupakan salah satu penyebab rasa nyeri pada saluran cerna yang biasanya terjadi pada bayi berusia 6 minggu dan sembuh sendiri saat bayi berusia 3-4 bulan. Bayi dengan kolik biasanya mengalami nyeri di sore atau menjelang malam, yang sangat sulit dihentikan.

Tangisan Sakit

Bayi yang sedang sakit (mengalami infeksi) biasanya menjadi rewel dan gelisah. Bayi biasanya menangis dengan suara rengekan yang lemah.

Tangisan Ketakutan

Tangisan ini mirip dengan tangisan kesakitan, yaitu bernada tinggi, keras, dan dengan kualitas kasar. Namun yang membedakan adalah mata bayi lebih sering terbuka.

Terdapat beberapa keadaan dimana bayi tampak seperti menangis, misalnya ketika bayi kecil berusia 3-6 minggu sedang “poop” atau buang air besar (BAB). Ketika sedang BAB, wajah bayi memerah dan kadang disertai dengan suara mengerang.

Suara ini tidak jarang dikenali ibu sebagai suara menangis karena bayi tampak seperti kesakitan dan tidak nyaman. Ini terjadi karena bayi masih belum terbiasa dan efektif “mengedan”.

Yang perlu diingat, bayi dapat juga menangis karena dua hal sekaligus, misalnya karena popok basah dan lapar, sehingga setelah popok diganti, bayi masih menangis. Setelah disusui, baru bayi merasa tenang.

Cara Mengatasi Tangisan Bayi

Tangisan bayi akan berhenti jika ibu mengenali dan berespons dengan cepat mengatasinya sesuai dengan penyebabnya. Bagaimana ya, cara meredakan tangisannya? Ini beberapa cara yang dapat dilakukan.

Segera perbaiki kondisi dan lingkungan yang mungkin membuat bayi tidak nyaman

Segeralah mengganti popok bayi yang basah atau pakaian yg basah karena keringat atau terkena muntahan. Lingkungan yang panas atau dingin segera diatasi misalnya dengan mengatur ventilasi udara, suhu AC dan mengenakan pakaian yang sesuai. Bayi juga mungkin merasa bosan, sehingga boleh diajak berganti suasana, misalnya dengan pindah ke ruangan lain.

Menyusui

Memberikan ASI, baik dengan menyusui langsung atau memberi ASI perah dapat menghentikan tangis bayi, terutama jika ia menangis karena lapar. Menyusu pada ibu juga dapat membantu bayi menjadi tenang dan merasa nyaman.

Membedung (swaddling), menggendong atau mengayun

Sebagian bayi, terutama bayi kecil, menjadi lebih tenang setelah dibedung dengan kain yang lebar dan tipis. Terkadang bayi menangis hanya karena ingin mendapatkan sentuhan dari ibunya. Ibu dapat menggendong, mengayun dengan lembut atau mendekap bayi hingga tangisnya reda.

Mengalihkan perhatian bayi

Ibu dapat mengalihkan perhatian bayi dengan mainan, gambar atau dengan berbicara atau bercerita. Ibu juga dapat bersenandung atau membawa bayi ke tempat yang dengan suara yang menenangkan, seperti suara hujan atau musik yang lembut, atau suara detak jantung (yang dapat didengar bayi saat dalam dekapan ibu), yang dapat membuat bayi merasa nyaman.

Pijat bayi

Setelah bayi agak tenang, ibu dapat memijat bayi dengan lembut sambil berinteraksi dengan bayi, dengan kontak mata, senyum, bercerita atau menyanyikan lagu yang menenangkan. Pijat bayi yang dilakukan ibu dapat membuat bayi merasa rileks dan nyaman, dan dapat meningkatkan kontak batin antara ibu dan Si Kecil.

Pijat dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan losion/minyak. Namun hindari menggunakan losion atau minyak apa pun hingga ia berusia 1 bulan.

Ibu dapat mencoba dan berkreasi mengkombinasikan berbagai cara hingga menemukan yang cara yang paling ampuh untuk menenangkan si Kecil. Penggunaan empeng juga diperbolehkan, dengan beberapa perhatian khusus, karena refleks mengisap (sucking) dapat membantu menenangkan bayi.

Namun hindari mengguncang bayi, karena dapat menyebabkan kerusakan otak. Jangan lupa, segera bawa ke dokter jika tangisan bayi diiringi gejala lain riwayat trauma kepala atau demam.  Untuk dapat mengenali tangisan bayi sebagai “bahasa bayi” ini, ibu harus sabar dan mau belajar. Dengan bersikap tenang dan responsif, ibu akan memahami mengapa si Kecil menangis dan tahu bagaimana cara menenangkannya.

Sumber:

  • NHS, 2019. Soothing a crying baby.
  • What to Expect, 2019. What Do Your Baby’s Cries Mean?
  • American Academy of Pediatrics, 2016. How to calm a fussy baby: Tips for parents & caregivers.
  • Krumbeck, Erika ND. 7 Types of Baby Cries-How to Tell What Your Baby Needs. Naturopathic paediatrics. 10 February 2016.
  • Karp H. The happiest baby on the block: The new way to calm carrying and help your newborn baby sleep longer. New York: Bantam Books; 2015.

By dr. Anita Halim, Sp.A

Dokter Spesialis Anak

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *