Setelah melahirkan, biasanya Bunda akan sangat sibuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan si Kecil. Setidaknya selama 6 bulan pertama, Bunda terus-menerus harus bersiaga dengan pasokan ASI yang mencukupi dan memerhatikan setiap detail perkembangan buah hati tercinta. Kesibukan inilah yang terkadang membuat Bunda lupa, bahwa tanpa melakukan pencegahan, dirinya bisa segera hamil lagi. Untuk itu, Bunda perlu tahu tentang kontrasepsi untuk ibu menyusui.
Mengapa Ibu Perlu Memberi Jarak pada Kehamilan?
Meskipun di dalam banyak penelitian disebutkan bahwa periode ASI eksklusif bisa menjadi metode kontrasepsi alami yang mampu membantu mencegah kehamilan, tapi tidak sedikit juga para ibu yang “kebobolan”, alias kembali hamil tak lama setelah melahirkan.
Menurut sejumlah ahli, agar metode kontrasepsi alami ini berhasil, Bunda harus menyusui si Kecil setidaknya setiap 4 jam sepanjang hari, 6 jam pada malam hari, dan tidak memberikan makanan tambahan. Artinya si Kecil hanya mengonsumsi ASI secara eksklusif. Namun kalau sudah telanjur positif, mau bagaimana lagi? Tentu Ayah dan Bunda menjadi resah dan khawatir.
Badan dunia WHO pun menyarankan agar para orang tua melakukan perencanaan kehamilan dengan baik, untuk alasan kesehatan juga kesejahteraan. Memberi jarak pada kehamilan juga memastikan kondisi Bunda sudah kembali pulih secara fisik dan mental dari proses melahirkan sebelumnya, juga untuk alasan-alasan berikut:
- Mengurangi risiko angka kematian dan gangguan kesehatan ibu dan bayi.
- Mengurangi kemungkinan bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah dan risiko kondisi bawaan lainnya.
- Memberi kesempatan pada orang tua untuk mempersiapkan biaya dan kebutuhan anak-anak.
- Memberi kesempatan kepada si Kecil yang masih menyusui untuk bisa menjalani periode menyusu kepada Bundanya semaksimal mungkin sebelum kelahiran adiknya.
Jadi bagaimana caranya agar tidak buru-buru hamil lagi? Kalau menggunakan alat kontrasepsi, produk mana yang tepat sebagai kontrasepsi untuk ibu menyusui?
Apa Pilihan Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui?
Setelah melahirkan dan dalam masa menyusui, pada dasarnya Bunda bisa mulai menggunakan alat kontrasepsi setelah si Kecil memasuki usia 6 minggu.
Apa saja pilihan alat kontrasepsi untuk ibu menyusui? Berikut beberapa pilihannya
1. Kontrasepsi hormonal tanpa estrogen
Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progesteron aman sebagai kontrasepsi untuk ibu menyusui, karena tidak memengaruhi kualitas dan produksi ASI. Pilihannya ada yang berupa pil, suntik, juga implan/susuk.
Pil KB yang khusus dirancang selama masa laktasi mampu membantu mencegah terjadinya kehamilan dengan mencegah pelepasan sel telur dan mengentalkan lendir leher rahim untuk mempersulit masuknya sperma.
Dikemas dengan isi 28 butir dengan kandungan 0,5 mg Linestrenol (hormon progesteron), pil KB harus diminum rutin pada jam yang sama.
Bunda yang mudah lupa atau sulit untuk disiplin meminum pil pada saat yang sama, hendaknya tidak memilih kontrasepsi jenis ini.
Demikian juga dengan kontrasepsi jenis suntik dengan kandungan progesteron, memiliki metode pencegahan yang sama seperti pil KB Laktasi. KB jenis ini dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Bunda yang enggan meminum pil setiap hari atau disuntik, bisa memilih kontrasepsi jenis implan atau yang dimasukkan pada lapisan kulit. Masa perlindungannya adalah hingga 4 tahun sehingga lebih praktis.
2. Kontrasepsi non-hormonal
Kontrasepsi jenis ini banyak dipilih sebagai kontrasepsi untuk ibu menyusui. Contohnya adalah dengan menggunakan spiral atau IUD, atau dengan menggunakan kondom.
Kondom berfungsi dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur, digunakan oleh pria. Kontrasepsi jenis ini bisa dibeli bebas di berbagai apotek dan minimarket.
Sementara untuk kontrasepsi jenis IUD bekerja dengan melepas ion-ion untuk memengaruhi kualitas sperma, sehingga tidak dapat membuahi sel telur.
IUD bisa memberikan perlindungan selama 3 hingga 10 tahun, tergantung pada jenisnya. Bagi Bunda yang ingin kontrasepsi yang praktis dan bekerja dalam jangka panjang, bisa memilih kontrasepsi jenis ini. IUD hanya dapat dipasang oleh tenaga medis.
Satu cara lain yang menjadi kontrasepsi untuk ibu menyusui adalah melalui metode alami dengan sistem perhitungan kalender. Namun cara ini hanya bisa berhasil bila Bunda memiliki siklus menstruasi yang tetap. Bagi Bunda yang baru saja melahirkan, biasanya siklus menstruasinya belum menentu, sehingga sulit untuk memprediksi periode masa suburnya.
3. Kontrasepsi permanen
Bila Ayah dan Bunda sudah memutuskan untuk tidak ingin menambah momongan, kontrasepsi untuk ibu menyusui yang tepat adalah dengan menjalani tindakan sterilisasi atau pemotongan/pengikatan tuba falopi (saluran telur) agar tidak terjadi kehamilan.
Bunda, manapun produk kontrasepsi untuk ibu menyusui yang dipilih, pastikan Anda sudah mempertimbangkan pro dan kontranya, juga berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi terbaik.
Sumber:
WHO. 2018. Postpartum family planning: essential for ensuring health of women and their babies.
Healthline. 2017. Which Forms of Birth Control Are Safe to Use While Breastfeeding?
DKT Indonesia. 2020. Aman Digunakan, Ini Pilihan Kontrasepsi Ramah ASI untuk Ibu Menyusui.
Kompas. 2020. Jenis KB yang Aman untuk Ibu Menyusui.