Bagaimana Membantu Anak yang Sering Mimpi Buruk

Mengalami mimpi buruk mungkin menjadi hal yang wajar dialami oleh orang dewasa. Namun bagaimana jika mimpi buruk terjadi pada balita?

Ketika kita merasa lelah atau ada beban pikiran tertentu, mimpi buruk kerap dialami dalam tidur. Kita juga terkadang memandang mimpi buruk sebagai bunga tidur saja dan tidak perlu terlalu dipikirkan. Namun, apakah Bunda pernah membayangkan bagaimana bila yang mengalami mimpi buruk adalah anak-anak kita?

Lalu, hal apa yang menyebabkan anak mengalami mimpi buruk? Pada artikel ini, Rumah Dandelion akan membahas mengenai mimpi buruk pada balita.

Mimpi Buruk pada Balita

Foto: freepik.com

Bila merujuk pada definisi dari mimpi buruk atau dalam bahasa Inggris disebut dengan nightmare yaitu mimpi yang melibatkan emosi negatif dan dianggap sebagai bahaya atau ancaman bagi individu (Mash & Wolfe, 2010).

Pada umumnya, ketika seseorang bangun dari tidur, ia masih mengingat dengan baik mimpi yang dialaminya. Pada anak-anak, mimpi buruk dapat melibatkan suatu kondisi bahaya, gambar atau tokoh yang menakutkan bagi mereka.

Pada umumnya, mimpi buruk banyak terjadi pada anak-anak usia pra sekolah (usia 3-6 tahun). Hal tersebut terjadi dikarenakan pada usia tersebut imajinasi anak sangat aktif dan berkembang ketakutan pada suatu hal tertentu.

Penyebab Mimpi Buruk pada Balita

Foto: freepik.com

Orang tua mungkin merasa khawatir, ketika anak kerap mengalami mimpi buruk dapat berdampak pada kualitas tidur anak dan turut memengaruhi kegiatan anak sehari-hari. Namun, sudahkah orang tua mengetahui apa yang menyebabkan mimpi buruk dapat terjadi pada anak usia balita?

Hal-hal umum yang membuat anak mengalami mimpi buruk di antaranya terlalu lelah, tidak cukup tidur, memiliki rutinitas tidur yang tidak teratur, dan memiliki kecemasan akan suatu hal.

Kejadian dalam hidup anak, seperti pindah ke lingkungan baru, hari pertama masuk sekolah, menonton film yang menakutkan, takut akan gelap atau pertengkaran orang tua juga kerap menjadi penyebab mimpi buruk terjadi (Schredl, Fricke-Oerkermann, Mitschke, Wiater, Lehmkuhl, 2008).

Apa yang Dapat Orang Tua Lakukan?

Foto: freepik.com

Lalu, kira-kira hal apakah yang dapat orang tua lakukan untuk menurunkan risiko anak mengalami mimpi buruk? Berikut beberapa tips yang bisa dipraktikkan.

  • Membuat situasi gelap saat tidur menjadi tidak menakutkan. Hal-hal yang dapat dilakukan seperti bermain senter, menyanyikan lagu sebelum tidur atau mencari benda yang bersinar ketika gelap dapat dilakukan bersama anak.
  • Menjaga anak agar terhindar dari acara-acara televisi atau cerita yang dapat membuat anak merasa takut, seperti film horor.
  • Bantu anak untuk merasa aman dan nyaman dengan memberikan objek yang dapat menjadi teman tidurnya, seperti boneka untuk teman tidur anak.
  • Jaga anak agar tidak terlalu lelah dengan aktivitasnya di siang hari. Kelelahan anak di siang hari, dapat mengakibatkan mimpi buruk di malam hari.
  • Mendengarkan dan memahami ketakutan yang anak alami. Ketika orang tua mengetahui hal-hal yang ditakutkan dan dicemaskan oleh anak, maka orang tua dapat menghindarkan anak dari hal-hal tersebut.
  • Mengajarkan metode relaksasi pada anak, ketika ia mengalami mimpi buruk. Cara sederhana seperti, menarik napas dalam-dalam dan menghitung sampai satu sampai sepuluh merupakan cara yang dapat orang tua ajarkan.

Nah Bunda, hal-hal di atas dapat dilakukan sebagai cara untuk menurunkan risiko anak mengalami mimpi buruk.

Namun, bila anak terus mengalami mimpi buruk berdasarkan hasil observasi ataupun cerita dari anak, orang tua juga harus memperhatikan keseharian anak di luar rumah. Hal-hal yang dialami anak di sekolah atau di lingkungan sosialnya tentu dapat memengaruhi mimpi buruk yang dialami anak.

Ditulis oleh: Tiza Meidrina, S.Psi dari Rumah Dandelion

Sumber:

Mash, E.J & Wolfe, D.A. 2010. Abnormal Child Psychology fourth edition. Belmont: Wadsworth Engage Learning.

Schredl, M., Fricke-Oerkermann, L., Mitschke, A. Wiater, A & Lehmkuhl, G. 2008. Factors a_ecting nightmares in children: parents’ vs. children’s ratings. European child & adolescent psychiatry, 2008, 18 (1), pp.20-25. <10.1007/s00787-008-0697-5>.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *