Dalam periode postpartum atau nifas, Bunda akan mengeluarkan darah yang biasanya disebut dengan lokia. Hal ini merupakan kondisi yang normal karena tubuh ibu mengeluarkan darah dan jaringan ekstra yang digunakan selama kehamilan.
Namun ada ibu baru melahirkan yang mengeluarkan darah dengan volume 500 ml atau lebih, membuat kondisinya jadi tidak normal. Kondisi ini disebut dengan perdarahan postpartum atau postpartum hemorrhage (PPH).
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi serius bahkan menyebabkan kematian ibu.
Perbedaan Lokia dan Perdarahan Postpartum
Begitu proses melahirkan selesai, Bunda akan langsung mengeluarkan darah dari vagina yang disebut dengan lokia.
Perdarahan ini terjadi karena tubuh ibu yang baru melahirkan secara otomatis membersihkan dirinya dari darah dan jaringan ekstra yang digunakan semasa hamil.
Selain darah merah, akan keluar juga gumpalan-gumpalan dinding rahim, sel darah putih, dan lendir.
Lokia merupakan perdarahan postpartum yang normal dan berlangsung selama enam minggu. Awalnya, yang keluar adalah darah segar berwarna merah kecokelatan yang keluar deras dengan sesekali keluar gumpalan darah beku.
Semakin lama darah yang keluar semakin sedikit dengan warna merah kecokelatan atau merah yang lebih muda.
Pada minggu ketiga, yang keluar bukan lagi darah merah tapi darah putih dengan warna pucat dengan tekstur seperti krim. Pada minggu 5-6, cairan yang keluar hanya berupa noda berwarna cokelat, merah muda, atau kekuningan.
Bunda harus waspada jika dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, darah yang keluar sangat deras mencapai 500 ml (untuk melahirkan normal) atau 1.000 ml (untuk melahirkan dengan operasi caesar), serta vagina juga banyak mengeluarkan gumpalan darah beku. Ini berarti Bunda sudah mengalami perdarahan postpartum.
Gejala-gejalanya adalah kulit yang pucat akibat kehilangan darah dalam jumlah besar, rasa mual dan ingin muntah, serta tekanan darah turun drastis menyebabkan syok dengan kondisi pusing, kedinginan, penglihatan buram, detak jantung cepat, kebingungan, dan ingin pingsan.
Penyebab Terjadinya Perdarahan Postpartum
Perdarahan ini ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:
- Rahim yang tidak berkontraksi dengan baik (uterine atony). Kondisi ini bisa terjadi pada ibu yang pernah melahirkan lebih dari satu bayi dalam waktu bersamaan (kembar), melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 4 kg, dan menjalani proses persalinan yang panjang.
- Adanya jaringan plasenta yang masih menempel di rahim atau plasenta sudah terlepas tapi tak bisa keluar.
- Cedera dan terjadinya robekan di vagina, serviks, atau rahim saat melahirkan.
- Preeklampsia.
- Masalah-masalah plasenta sejak kehamilan, misalnya placenta previa.
- Infeksi postpartum, ditandai dengan demam, rasa nyeri di panggul atau di perut bagian bawah, serta vagina mengeluarkan darah dengan aroma tidak enak.
- Melahirkan dengan operasi caesar.
- Mengalami obesitas saat hamil.
- Mengalami anemia saat hamil.
- Berusia di atas 40 tahun saat melahirkan.
Namun menurut data, 20 persen dari ibu yang mengalami perdarahan postpartum tidak memiliki risiko apa pun. Karena itu, sebaiknya Bunda juga waspada dan langsung berkonsultasi dengan dokter kandungan jika mengalami gejala-gejalanya.
Penanganan Perdarahan Postpartum
Saat Bunda datang ke rumah sakit dengan gejala-gejala perdarahan postpartum, maka petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan Bunda benar mengalami perdarahan ini. Dan jika terdiagnosa benar, maka dicari penyebabnya.
Bunda akan menjalani tes darah, pengukuran jumlah darah yang hilang, pemeriksaan panggul, pemeriksaan fisik secara umum, dan melakukan ultrasound untuk memeriksa kondisi rahim. Dari hasil pemeriksaan ini, baru ditentukan pengobatan yang diberikan.
Sumber:
NCT UK. Bleeding After Birth: 10 Things You Need to Know.
Web MD. 2019. Vaginal Bleeding After Birth: When to Call a Doctor.
Alokdokter. 2021. Perdarahan Pascamelahirkan.
March of Dimes. 2020. Postpartum Hemorrhage.