Ini Fungsi Plasenta yang Wajib Diketahui Bunda

plasenta adalah

Bunda tentu tidak asing lagi dengan plasenta, tapi mungkin tak pernah benar-benar paham fungsinya. Plasenta adalah sebuah organ sementara yang mulai terbentuk tujuh hari setelah pembuahan dan akan keluar beberapa saat setelah Bunda melahirkan. 

Plasenta memiliki fungsi yang beragam, di antaranya adalah mensuplai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin lewat darah, serta mengalirkan limbah dari janin ke tubuh Bunda untuk dibuang. 

Plasenta adalah Penghubung Bunda dan Janin

plasenta adalah

Plasenta terbentuk dan berkembang seiring dengan kehamilan. Beberapa hari setelah terjadinya proses pembuahan, blastosista (embrio yang telah berkembang) akan menempel di dinding rahim untuk mulai membentuk plasenta dan janin. 

Plasenta akan terus berkembang secara konsisten sampai usia kehamilan 13 minggu. Mulai terkoneksi dengan aliran darah ibu seminggu kemudian, dan baru terbentuk sempurna pada usia kehamilan 18-20 minggu. 

Sebagai penghubung antara tubuh Bunda dan janin, plasenta memiliki fungsi yang sangat penting. Mungkin yang Bunda ketahui fungsi plasenta adalah sebagai penyalur makanan dan oksigen dari tubuh Bunda ke janin, tapi sebenarnya lebih dari itu. 

Plasenta juga memproduksi hormon-hormon kehamilan seperti hCG (human chorionic gonadotropin) dan hPL (human placental lactogen), serta menyuplai hormon-hormon yang dibutuhkan janin untuk tumbuh kembangnya.  

Fungsi lain dari plasenta adalah menyalurkan materi limbah dan karbon dioksida dari janin ke tubuh Bunda sehingga dapat dibuang. Karena fungsi ini, maka aliran darah dari tubuh Bunda ke janin dan sebaliknya dibuat terpisah dengan membran sebagai dinding pemisahnya. 

Selain itu, plasenta ikut melindungi janin dari infeksi bakteri dengan menyalurkan antibodi Bunda ke janin selama sistem imun janin dikembangkan. 

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kondisi Plasenta

Begitu pentingnya peranan plasenta bagi kehamilan, maka kondisinya harus dijaga dengan baik. Ada faktor-faktor risiko yang memengaruhi kondisi plasenta; ada yang bisa Bunda hindari dan ada pula yang tidak. 

Beberapa di antara faktor risiko masalah plasenta adalah:

  • Usia ibu hamil. Masalah-masalah plasenta umum ditemukan di kehamilan dengan usia ibu lebih dari 40 tahun.
  • Kantong ketuban pecah dini. Jika kondisi ini terjadi, maka air ketuban dapat merembes bahkan mengalir keluar. Ini sangat berbahaya bagi janin. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah plasenta.
  • Tekanan darah tinggi pada ibu hamil.
  • Gangguan pembekuan darah. Baik dalam bentuk darah sulit membeku atau meningkatnya kemungkinan darah membeku.
  • Masalah plasenta di kehamilan sebelumnya. 
  • Memiliki riwayat bedah rahim, baik untuk operasi Caesar atau pun untuk masalah lain.
  • Trauma di perut, baik akibat pukulan atau kecelakaan, dapat meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta (plasenta terlepas dari dinding rahim). 

Masalah-Masalah Plasenta yang Umum Terjadi

Ada cukup banyak masalah plasenta yang berpotensi untuk terjadi, tapi ada beberapa yang umum. Berikut beberapa di antaranya: 

Plasenta previa 

Pada kehamilan normal, posisi plasenta adalah di bagian samping atau atas rahim. Namun dalam kondisi ini, plasenta ada di bawah sehingga menutupi serviks yang menjadi jalur lahir.

Plasenta previa biasanya terjadi pada awal kehamilan dan akan ‘pindah’ ke posisi samping atau atas. Namun jika tidak, maka Bunda akan dianjurkan oleh dokter kandungan dan bidan untuk melahirkan dengan operasi Caesar.

Solusio plasenta

Ada juga solusio plasenta (abruptio plasenta), yaitu kondisi plasenta yang terlepas dari dinding rahim sebelum waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan pendarahan dan plasenta tidak berfungsi baik sehingga janin tidak mendapatkan nutrisi, oksigen, dan hormon yang ia butuhkan. 

Jika kondisinya sudah serius, maka kemungkinan akan dilakukan proses melahirkan lebih awal.

Plasenta akreta dan retensi plasenta

Dua masalah plasenta yang berpotensi membahayakan nyawa ibu hamil adalah plasenta akreta dan retensi plasenta. 

Plasenta akreta adalah kondisi plasenta yang tertanam terlalu dalam di dinding rahim sehingga terus menempel walau bayi telah dilahirkan.

Sementara retensi plasenta adalah plasenta yang tidak keluar setelah 30 menit bayi dilahirkan, bisa akibat plasenta akreta atau penyebab lain. Keduanya dapat menyebabkan pendarahan serius saat melahirkan.

Gejala-gejala Bunda mengalami masalah plasenta di antaranya adalah rasa nyeri akut di punggung atau perut, pendarahan vagina, dan kontraksi. Jika mengalami gejala-gejala ini, segera periksakan ke dokter kandungan atau bidan.

Sumber:

NICHD. 2017. Human Placenta Project, How Does the Placenta Form?

Mayo Clinic. 2020. Placenta: How It Works, What’s Normal.

Verywell Health. 2020. The Anatomy of Placenta.

Flo. 2021. What is a Placenta? Flo’s Guide.

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *