Kenali 3 Jenis Keterlambatan Perkembangan pada Anak

keterlambatan perkembangan pada anak

Setiap Bunda tentu ingin melihat si Buah Hati tumbuh kembang dengan sempurna. Tidak jarang sampai membandingkan dengan anak-anak lain. Daripada merasa bimbang, ketahui ragam keterlambatan perkembangan anak dan cara menghadapinya. 

5-10% Anak Alami Keterlambatan Perkembangan 

keterlambatan perkembangan pada anak

Meskipun perkembangan setiap anak bisa berbeda-beda, namun secara umum menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), keterlambatan perkembangan anak dikategorikan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

  • Motor kasar dan motor halus
  • Kemampuan bahasa/wicara 
  • Perkembangan personal sosial

Selanjutnya IDAI juga menyampaikan bahwa meski data angka kejadian keterlambatan pada anak belum diketahui secara pasti, diperkirakan sekitar 5 hingga 10% anak  mengalami keterlambatan perkembangan umum. 

Keterlambatan Perkembangan Dipengaruhi Berbagai Faktor

keterlambatan perkembangan pada anak

Para pakar kedokteran sepakat bahwa penyebab keterlambatan perkembangan anak yang umum dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya:

  • Gangguan genetik atau kromosom seperti pada sindrom Down
  • Gangguan atau infeksi susunan saraf seperti palsi serebral atau CP, spina bifida, sindrom Rubella
  • Komplikasi pada masa kehamilan
  • Riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi yang lahir prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif

Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan umum, IDAI merekomendasikan pada orang tua untuk melakukan deteksi dini atau skrining perkembangan sejak awal.

Melalui deteksi dini, maka akan dapat dicari penyebab keterlambatan perkembangan anak dan segera dilakukan intervensi yang tepat.

Keterlambatan Perkembangan Motorik

keterlambatan perkembangan pada anak

Perkembangan motorik anak dibedakan menjadi dua, yaitu motorik halus dan kasar. Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus di antaranya terlihat dengan kesulitannya untuk menggenggam sebuah benda secara mantap. Sementara untuk motorik kasar misalnya akan mengalami kesulitan saat berguling, merangkak atau berjalan. 

Kemungkinan penyebab terjadinya keterlambatan ini antara lain pada anak-anak yang lahir prematur, yang otot-ototnya belum berkembang secepat mereka yang lahir normal. 

Keterlambatan Perkembangan Bahasa/Wicara

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Deafness and Other Communication Disorders, diketahui bahwa masa aktif dari pembelajaran bahasa pada anak adalah pada tiga tahun pertama kehidupannya.

Proses pembelajaran bahasa yang pertama dimulai dari kemampuan komunikasi dasarnya, yaitu menangis. Melalui tangisan, si Kecil menyampaikan apa yang dirasakannya, misalnya lapar, haus, popoknya basah, merasa kesakitan, dan sebagainya. 

Pada saat ia mencapai usia 6 bulan, sebagian besar anak sudah semakin dapat mengenali suara.

Saat usianya mencapai 12-15 bulan, anak biasanya sudah mulai dapat mengatakan dua atau tiga kata sederhana walaupun belum terlalu jelas (mumbling).

Saat nanti mencapai usia 3 tahun, biasanya anak sudah dapat berbicara dengan kalimat singkat namun lebih jelas.

Gangguan bahasa terjadi ketika anak mengalami kesulitan memahami apa yang orang lain katakan, dan tidak bisa mengungkapkan isi pikiran mereka.

Bahasa meliputi kemampuan berkomunikasi atau berbicara, kemudian gerakan berupa isyarat serta menulis.

Selain itu, pendengaran yang buruk dapat menyebabkan keterlambatan ini, sehingga dokter biasanya akan melakukan tes untuk menganalisis fungsi pendengarannya.

Gangguan Spektrum Autisme

Keterlambatan perkembangan anak pada kategori ini kerap mengganggu kemampuan anak untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 

Gejalanya bisa jadi tidak terlalu jelas di awal-awal kasus, namun menjadi lebih jelas ketika anak sudah mencapai usia 2 atau 3 tahun. Beberapa gejalanya termasuk:

  • Tidak menyahut kembali saat namanya dipanggil.
  • Enggan berpartisipasi dalam suatu aktivitas yang melibatkan banyak orang.
  • Ekspresi wajah kurang bervariasi dan sangat jarang berubah.
  • Kesulitan mengeluarkan kata saat berbicara, seperti terbata-bata dan juga kesusahan mengingat kata dan kalimat.
  • Melakukan gerakan secara berulang-ulang.
  • Mengalami masalah koordinasi atau kesulitan menyeimbangkan dirinya.

Kondisi ini memang tidak dapat disembuhkan. Namun melalui berbagai terapi, si Kecil akan dapat terbantu untuk melakukan komunikasi, menuangkan emosi dan meredakan stres yang dialaminya, bahkan dapat menyelesaikan berbagai tugas harian. 

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Bunda, ingatlah bahwa perkembangan anak yang normal sangatlah luas. Beberapa keterlambatan mungkin bukan merupakan indikasi masalah yang serius, yang nantinya secara perlahan-lahan bisa dicapai oleh si Kecil. 

Kuncinya adalah untuk waspada terhadap tanda-tanda yang ditunjukkan oleh si Kecil dan melakukan intervensi sedini mungkin. 

Sumber:

IDAI. 2013. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. 

Healthline. 2020. What You Need to Know About Developmental Delay.

Liputan 6. 2016. Kenali Indikasi Keterlambatan Perkembangan Anak Sebelum Terlambat.

NYU Langone. Types of Developmental Delays in Children. 

By dr. Arnold Soetarso, Sp.A

Dokter Spesialis Anak

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *