Benarkah Vagina Rapat Karena Jarang Berhubungan?

vagina rapat

Banyak pendapat yang beredar bahwa jarang berhubungan seks membuat vagina rapat. Benarkah demikian? Mengapa vagina bisa mengalami kekenduran? Baca penjelasan berikut, Bun. 

Apa Itu “Vagina Rapat”?

vagina rapat

Istilah “vagina rapat” digunakan orang untuk menggambarkan kondisi vagina yang otot-ototnya kencang. Wanita yang masih muda dan belum pernah melahirkan biasanya memiliki kondisi vagina yang demikian.

Seiring waktu dan situasi, kekencangan otot vagina bisa berkurang. Ada yang beranggapan bahwa kekenduran terjadi karena terlalu sering berhubungan seks. 

Dari anggapan ini, kemudian muncul anggapan lain bahwa vagina bisa kembali merapat bila jarang berhubungan seks.

Hal ini tidak sepenuhnya benar, Bun. Kencang dan kendurnya otot vagina tidak berhubungan dengan kuantitas berhubungan seks. Otot vagina pada dasarnya sangat elastis. 

Bahkan setelah melahirkan normal, otot-otot vagina dapat kembali pada kondisinya semula. Kondisi vagina sangat berhubungan dengan kebugaran tubuh, sama seperti otot tubuh yang lain.

Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Vagina

bau badan saat hamil

Ada banyak hal yang menyebabkan otot vagina berubah. Faktor-faktor yang bisa memengaruhi kondisi otot vagina antara lain:

Usia

Elastisitas vagina akan mulai berkurang ketika memasuki usia 40 tahun, hal ini disebabkan oleh masa menjelang menopause (perimenopause). Pada masa ini, hormon estrogen akan mulai berkurang produksinya sehingga membuat vagina lebih kering, tipis dan kurang stretch.

Ketika menopause, kadar hormon estrogen sangat sedikit sehingga perubahan pada vagina yang terjadi sebelumnya akan makin dirasakan. 

Perubahan hormon

Wanita mengalami fluktuasi hormon sepanjang hidupnya. Perubahan hormon terjadi saat haid, hamil, hingga kelak saat menopause. 

Sesuai siklus haid, hormon estrogen dan progesteron akan turun. Namun pada saat mendekati ovulasi, hormon-hormon ini akan meningkat. 

Peningkatan hormon ini akan menyebabkan otot vagina lebih kencang. Namun saat ovulasi selesai, estrogen dan progesteron menurun kembali. Akibatnya, vagina akan terasa lebih kering. 

Keringnya vagina dipersepsi sebagai kondisi kekencangan. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah berkurangnya pelumas alami. 

Kehamilan

Selama masa kehamilan, vagina mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Apalagi dengan tekanan pada jalan lahir, vagina menjadi berubah.

Pada kondisi ini, biasanya vagina terasa lebih kencang, juga lebih sering keputihan. Keputihan saat hamil adalah hal wajar, karena ini merupakan bentuk perlindungan vagina dan serviks terhadap rahim yang di dalamnya ada janin yang sedang berkembang.  Elastisitas vagina akan kembali normal setelah persalinan.

Persalinan dan menyusui

Saat bersalin, vagina melebar untuk memberi jalan kepada bayi. Setelah bayi dilahirkan, otot vagina akan kembali merapat seperti semula. 

Persalinan normal menyebabkan wanita merasa vaginanya berubah. Terutama dengan adanya tindakan episiotomi untuk membuka jalan lahir. Setelah luka ini akan pulih, sebagian orang akan merasa vaginanya lebih kendur.

Masa menyusui pun memberi perubahan pada vagina. Hormon menyusui yang masih mendominasi bisa menyebabkan kekeringan pada vagina. Akibatnya vagina terasa kencang dan sakit saat berhubungan seks.   

Stres

Saat tubuh mengalami stres, otot cenderung akan tegang. Otot leher menjadi lebih kaku, otot perut mengencang, juga otot vagina. Bila hubungan seks dilakukan, bisa jadi akan terasa vagina lebih rapat dari biasanya. 

Namun perlu diperhatikan, Bun, bahwa stres kadang membuat hubungan seks menjadi kurang nyaman. 

Hubungan seks

Saat bersiap melakukan hubungan seks (foreplay), vagina akan mengeluarkan pelumas alami. Perubahan ini membantu mempermudah penetrasi.

Bila pelumas berkurang, penetrasi akan sulit dilakukan. Atau pada kondisi vaginismus dimana otot vagina akan mengencang sehingga penetrasi sulit bahkan tidak bisa dilakukan. Inilah yang dianggap sebagai vagina yang terlalu rapat.

Apabila dipaksakan, maka bisa terjadi rasa nyeri dan tidak nyaman. Kondisi vaginismus memerlukan penanganan khusus dan tidak instan.

Apakah Vagina Bisa Terlalu Kendur?

Seiring waktu, otot-otot vagina memang bisa menjadi kurang kencang. Hal ini banyak dipengaruhi usia dan persalinan, namun bisa juga disebabkan oleh penyakit. Meski mengendur, namun elastisitasnya tidak hilang secara total. 

Saat vagina mengendur, bisa terjadi beberapa masalah berikut:

  • Mengompol tanpa disadari
  • Tak kuat menahan kencing terutama saat batuk, bersin, dan tertawa
  • Kesulitan mencapai orgasme.
  • Banyak udara yang masuk ke dalam vagina saat melakukan hubungan seks.  

Bila Bunda mengalami hal ini, hendaknya memeriksakan diri ke dokter. 

Tips Merapatkan Vagina

Agar lebih kencang, Bunda perlu latihan yang berfokus pada otot dasar panggul. Latihan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

Senam Kegel

Kosongkan dulu kandung kemih sebelum berlatih. Kencangkan otot vagina seperti saat menahan BAK selama 3-5 detik. Lalu lemaskan kembali selama 3-5 detik.

Lakukan gerakan ini sebanyak 10 kali, sebanyak 3 kali sehari (pagi, siang, dan malam). Latihan teratur akan membantu memperkuat otot, sehingga tidak kendur. 

Pelvic tilt exercise (Latihan angkat panggul)

Latihan dilakukan dalam posisi berbaring dengan menekuk kedua lutut. Kedua telapak kaki menapak di lantai. Lalu angkat sedikit panggul dengan bertumpu pada punggung. Tahan selama 4 detik dan ulangi sebanyak 10 kali. Lakukan sebanyak 5 kali dalam sehari.

Vaginal Cone

Latihan ini dilakukan dengan menggunakan alat mirip tampon dengan tambahan pemberat. Alat ini dimasukkan dalam vagina, lalu Bunda perlu melakukan gerakan meremas dengan menggunakan otot vagina. Lakukan latihan selama 15 menit, 2 kali sehari. 

Jadi Bun, tidak perlu khawatir sering melakukan hubungan seks. Otot vagina tidak akan mengendur karenanya. Jalani hidup Bunda senyaman mungkin agar makin bahagia. 

Sumber:

Medical News Today. 2020. Can a Vagina be Too Tight? 

Kompas. 2015. Jarang Bercinta Bikin Vagina Lebih Kencang?

SehatQ. 2020. Cara Mengetahui Miss V Longgar, Kenali Fakta dan Mitosnya Berikut Ini.

By dr. Fella Halimah Pratami, Sp.OG

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *