4 Tips agar Suami Lebih Terlibat dalam Pengasuhan Anak

Siapa di sini yang merasa kerepotan mengurus anak? Siapa di sini yang merasa bahwa suami malas membantu mengurus anak? Wah, banyak yang mengacungkan jari nih! Pasti para Bunda yang mengurus anak sendiri merasa jengkel bukan main karena menganggap suami kurang berperan. Ada yang bilang katanya mengurus anak itu tugas ibu saja, sehingga bapak tidak perlu campur tangan. Ah masa sih? 

Mengurus anak sebenarnya adalah tugas dan tanggung jawab orangtua, lho. Orangtua terdiri dari bapak dan ibu, jadi jelas ya bahwa anak-anak bukan hanya menjadi tugas ibu tapi juga bapak. Orangtua itu adalah tim dan harus saling bekerjasama. Bapak juga bukannya membantu, tapi memang kewajibannya untuk ikut serta dalam mengasuh anak. 

Alasan Suami Tidak Mau Ikut Mengurus Anak

Memang sih tugas mengasuh anak itu juga menjadi kewajiban suami, tapi cukup banyak suami yang menolak untuk melakukannya. Kira-kira kenapa sih? Bunda perlu mengetahui beberapa alasan suami tidak mau ikut mengurus anak, yaitu: 

  1. Lelah bekerja seharian 

Alasan ini adalah alasan paling umum yang dilontarkan pria. Banyak pria menganggap urusan rumah adalah pekerjaan wanita dan pekerjaan pria adalah mencari nafkah. Oleh karena itu, saat diminta bantuan, mereka akan melontarkan alasan ini karena menganggap mereka sudah menunaikan tanggung jawab mereka dan berhak untuk istirahat penuh setelah bekerja. Padahal banyak juga loh wanita yang bekerja dan tetap bisa mengasuh anak. Apakah wanita yang bekerja tidak butuh istirahat? Pasti butuh juga kan. 

  1. Serba salah 

Hal lain yang membuat suami malas mengurus anak adalah karena istri sering mengoreksi apapun yang ia kerjakan. Sepertinya apapun yang dikerjakan oleh suami selalu salah. Serba salah. Bila terlalu sering dikritik, suami akan merasa kurang dihargai dan akhirnya memilih untuk diam saja, agar tidak lagi disalah-salahkan (menjadi suami yang pasif dan kurang beriniasiatif). 

  1. Merasa tidak mampu

Banyak pria yang merasa tidak percaya diri saat harus membantu mengurus bayi. Mereka takut menggendong bayi yang masih kecil atau memandikan bayi yang masih sangat rapuh. Banyak juga yang tidak tahu harus mengajak anak bermain apa atau cara mendidik anak. Alasan ini membuat para suami enggan turut mengasuh Si Kecil karena takut akan mencelakakan atau malah memberi dampak buruk pada anak-anak mereka. 

Tips untuk Mengajak Suami Terlibat

Setelah Bunda mengetahui alasan-alasan suami jarang mau terlibat dalam pengasuhan anak, maka Bunda bisa melakukan pendekatan, seperti berikut ini: 

  1. Bangun komunikasi yang efektif

Sering kali, Bunda meminta tolong pada suami dengan muka cemberut atau nada yang tinggi. Terlebih lagi, permintaan tersebut diucapkan di kala suami baru pulang kerja dan merasa lelah. Hal tersebut kemudian memicu pertengkaran, karena suami merasa diserang dan Bunda merasa suami tidak memperhatikan. Ada juga beberapa Bunda yang kerap memberikan kode dengan harapan suami mengerti, sehingga kecewa berat saat suami tidak merespons sesuai harapan atau salah mengerti. 

Komunikasi yang baik adalah kunci untuk membina hubungan yang baik. Untuk itu, carilah waktu yang tepat untuk saling bicara. Carilah waktu saat Bunda dan suami sama-sama dalam kondisi yang nyaman dan santai. Sampaikan secara jelas apa yang Bunda rasakan, pikirkan, dan harapkan dari suami. Jelaskan juga hambatan-hambatan yang ditemyi serta diskusikan solusi-solusi bersama. Selain itu, upayakan untuk menyampaikan secara jelas dan terus terang ya, Bunda. Jangan hanya memberi kode tersirat, karena lelaki seringkali kurang peka dan malah bisa menimbulkan salah paham. Menyindir juga tidak akan membuat pesan Bunda tersampaikan. 

  1. Tahan diri untuk mengkritik suami

Bila suami sedang bersama anak, biarlah suami menghabiskan waktunya bersama si kecil dengan cara mereka. Misalnya, saat Ayah mengajak si kecil bermain kotor-kotoran, Bunda tak perlu marah-marah dan menyuruh si kecil cepat mandi. Selain membuat si kecil jadi malas bermain dengan ayahnya, suami juga akan malas mengajak si kecil bermain lagi. Kemudian, Bunda juga tak perlu mengoreksi bagaimana Ayah memandikan si kecil, atau saat ia menyuapi makanan. Biarlah pasangan bekerja dengan caranya sendiri. Bunda juga tentu tidak nyaman jika terus menerus dikoreksi, kan? 

Saat Si Kecil sedang bersama ayahnya, lebih baik Bunda mencari kegiatan lain yang menyenangkan diri sendiri, daripada terus mengawasi di mana letak kesalahan suami. Selain membuat suami malas mengasuh anak, Bunda pun akan senantiasa tegang loh! Belajarlah untuk santai dan percayakan anak pada ayah ya! 

  1. Tentukan pembagian tugas

Agar suami punya arahan akan tugas-tugas yang harus ia kerjakan, buatlah pembagian tugas bersama. Dengan begitu, suami bisa belajar untuk mengalokasikan waktu dan tenaganya setelah mengetahui tugas-tugasnya dalam pengasuhan anak. Pastikan tugas yang diberikan jelas dan waktunya pun sudah disetujui bersama. Dengan kerjasama seperti ini, tentu Bunda tidak akan merasa sendirian dan suami akan merasa lebih dilibatkan. 

Selain itu, senantiasa ingatkan suami akan peran-perannya sebagai orangtua ya, agar suami tidak abai dan menyerahkan semua tugas pengasuhan pada Bunda. Bunda bisa mengajak suami untuk memahami pentingnya peran ayah dalam tumbuh kembang anak, sehingga suami bisa menyadari dan mau berperan lebih aktif dalam pengasuhan. Dorong pula suami untuk belajar dengan mencari tahu berbagai informasi mengenai pengasuhan dan tumbuh kembang anak maupun ikut serta konsultasi dengan dokter maupun profesional lain. 

  1. Berikan apreasiasi

Seringkali Bunda tidak mengapresiasi apa yang suami lakukan karena menganggap kontribusi mereka remeh. Padahal apresiasi sangat dibutuhkan untuk menunjukkan respek kita. Oleh karena itu, saat suami membantu Bunda sekecil apapun, jangan lupa untuk ucapkan terima kasih ya. Hal ini pasti akan sangat membuat suami merasa dihargai dan meningkatkan insiatif untuk lebih aktif terlibat dalam pengasuhan anak. 

BACA: Bagaimana Mengajak Ayah Ikut Mengasuh Anak?

Sumber:

Baby Center. How Can I Get My Husband to Help More in Looking After Our Baby?

By Mardiana Hayati Solehah, M. Psi, Psikolog

Psikolog Klinis

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *