Cegah Gejala Autisme pada Bayi Sejak Hamil dengan 5 Cara Ini

Autism Spectrum Disorder (ASD) atau autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang dapat mempengaruhi kemampuan berkomunikasi serta berinteraksi seseorang. Gangguan pada otak serta saraf ini rentan dialami oleh bayi dan balita. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab autisme. Namun para peneliti percaya bahwa gangguan ini erat kaitannya dengan faktor genetik.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), gejala autisme dapat muncul sebelum bayi berusia satu tahun. Pernyataan ini ini pun sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Uppsala University, Swedia yang menyatakan bahwa gejala autisme dapat dikenali sejak bayi berusia 10 bulan.

Gejala Autisme pada Bayi

Autisme merupakan gangguan saraf yang dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi, interaksi, serta perilaku pengidapnya. Maka dari itu, autisme tidak dapat terdeteksi dari perkembangan fisik. Pada bayi, gejalanya pun cukup sulit untuk dikenali karena semua bayi belum memiliki kemampuan interaksi yang baik. Namun, berikut ini beberapa gejala autisme pada bayi yang patut Bunda waspadai:

1.    Tidak melakukan kontak mata

Umumnya, bayi belum dapat melihat dengan jelas sampai ia berusia 4 bulan. Setelah ia berusia 4 bulan, biasanya bayi sudah dapat melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya. Namun, pada bayi yang mengidap autisme, ia tidak melakukan kontak mata saat diajak berinteraksi dan lebih sering terlihat dengan tatapan kosong.

2.    Tidak mengoceh

Gejala autisme pada bayi selanjutnya adalah tidak mengoceh. Walaupun belum memiliki kemampuan berbicara, umumnya bayi akan mulai mengoceh pada usia 2 bulan. Namun, jika bayi tidak pernah mengoceh atau mengeluarkan suara hingga bayi usia 6 bulan, Bunda perlu mewaspadainya karena hal ini dapat menjadi salah satu ciri-ciri autisme.

3.    Tidak merespon saat dipanggil

Di usia 6 bulan, biasanya bayi mulai dapat merespon saat namanya dipanggil atau ketika ia mendengar suara. Tetapi pada bayi yang mengidap autisme, ia tidak akan menunjukkan respon apapun atau menoleh saat namanya disebut.

4.    Tidak menunjukkan ekspresi wajah

Biasanya, bayi mulai dapat tersenyum atau tertawa di usia 2 bulan. Namun jika Si Kecil tidak pernah tersenyum atau menunjukkan ekspresi bahagia pada saat usia 6 bulan, hal ini dapat menunjukkan salah satu gejala autisme.

5.    Tidak menunjukkan ketertarikan dengan sekitarnya

Setiap bayi memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap apapun yang ada di sekitarnya. Bayi pun sering berusaha menggapai barang-barang ada di sekitarnya untuk ia mainkan. Namun, hal ini dapat berbeda dengan bayi yang memiliki autisme karena ia terlihat tidak memiliki minat dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, bayi dengan gejala autis juga cenderung tidak merespon saat diajak bermain.

BACA: Bagaimana Memiliki Bayi Cerdas sejak dari Kandungan

Cara Mencegah Autisme Sejak Masa Kehamilan

Sampai saat ini, gangguan autisme pada bayi mungkin belum dapat dicegah. Namun, kehamilan yang sehat dipercaya dapat mengurangi risiko autisme pada bayi setelah lahir. Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko autisme pada masa kehamilan:

  •  Cukupi kebutuhan zat besi

Zat besi berperan penting dalam pembentukan sel darah merah dan hemoglobin yang dibutuhkan untuk memasok oksigen serta nutrisi ke tubuh ibu hamil dan janin. Dengan kebutuhan nutrisi dan oksigen yang tercukupi dengan baik, proses pembentukan organ serta saraf janin akan lebih optimal sehingga dapat mencegah risiko gangguan saraf pada bayi.

  • Hindari mengonsumsi obat sembarangan

Ibu hamil tidak dianjurkan untuk mengonsumsi obat secara sembarangan. Hal ini disebabkan karena obat-obatan tertentu dapat berdampak negatif pada perkembangan janin dan meningkatkan risiko cacat lahir. Jangan lupa untuk selalu konsultasikan ke dokter kandungan terlebih dahulu sebelum Bunda mengonsumsi obat atau vitamin untuk memastikan keamanannya bagi kehamilan Bunda.

  • Penuhi kebutuhan asam folat

Asam folat merupakan salah satu nutrisi penting yang wajib dipenuhi selama kehamilan. Nutrisi ini bermanfaat dalam pembentukan tabung saraf pada janin serta dapat mencegah risiko terjadinya cacat lahir pada bayi. Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 600 mcg per hari. Untuk mencukupinya, Bunda dapat mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat seperti alpukat, pepaya, jeruk, brokoli, kacang-kacangan, dan hati sapi.

  • Hindari kebiasaan buruk

Agar janin dapat tumbuh dengan optimal, hindari kebiasaan buruk yang dapat membahayakan kehamilan seperti mengonsumsi alkohol dan merokok. Dua kebiasaan ini sangat tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena dapat meningkatkan risiko gangguan kehamilan serta menghambat perkembangan janin.

  • Lakukan pemeriksaan rutin

Selama kehamilan, lakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan untuk memantau perkembangan janin serta kesehatan Bunda. Pemeriksaan USG selama kehamilan juga dapat bermanfaat sebagai deteksi dini jika terdapat pertumbuhan abnormal pada janin.

Autisme merupakan salah satu kelainan perkembangan otak yang dapat menyebabkan gangguan perilaku sehingga membuat Si Kecil kesulitan dalam berkomunikasi, berinteraksi, serta mengekspresikan perasaannya. Jika Si Kecil memiliki gejala autisme yang telah disebutkan diatas, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan serta terapi yang tepat.

 Sumber:

Healthline. 2021. Signs of Autism in Babies: A Simple Guide to Developmental Differences

Parents. 2021. Early Signs of Autism in Babies

Medical News Today. 2021. What are the signs of autism in babies?

By dr. Fatimah Hidayati, Sp.A

Dokter Spesialis Anak

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *