Banyak mitos yang beredar seputar ibu baru melahirkan. Salah satunya adalah mitos tidak boleh keramas setelah melahirkan.
Banyak ibu yang dilarang keramas 30 hari lamanya untuk menghindari sendi dan tulang sakit karena kemasukan “angin”. Mitos ini banyak beredar di masyarakat Tionghoa. Alhasil, mungkin banyak Bunda yang menguncir sepanjang hari atau memotong pendek rambutnya tidak terasa gerah.
Faktanya: Bunda Tidak Masalah Keramas Setelah Melahirkan
Secara medis, baik Bunda yang menjalani persalinan pervaginam ataupun caesar, tidak masalah keramas setelah melahirkan.
Dokter umumnya tidak memaksa Bunda untuk keramas. Namun, biasanya mereka tetap menganjurkan Bunda untuk membersihkan diri dari atas hingga bawah.
Manfaat Keramas Setelah Melahirkan
Dibandingkan efek buruk, nyatanya ada banyak manfaat yang bisa Bunda dapatkan dengan melakukan keramas setelah melahirkan, antara lain:
- Meningkatkan mood
Keramas justru bisa membuat mood Bunda jadi lebih baik. Badan juga terasa lebih segar dan rileks, apalagi jika keramas dengan air hangat.
- Membersihkan kotoran
Selain itu, keramas juga bisa membersihkan kotoran, sel kulit mati, dan minyak di kulit kepala sehingga Bunda dapat terhindar dari ketombe atau infeksi kulit kepala. Jika tidak keramas selama 30 hari, bukan hanya gatal yang dirasakan, tetapi juga lengket dan berbau tidak sedap.
- Menghilangkan bakteri
Di sisi lain, tidak keramas juga bisa menumpuk bakteri tidak baik yang bisa didapatkan dari rumah sakit atau tempat lain. Hal ini bisa berbahaya karena bisa menulari bayi Anda yang masih rentan dan sensitif.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Keramas Setelah Melahirkan?
Sebenarnya, tidak ada anjuran waktu kapan Bunda diperbolehkan keramas. Umumnya, ibu yang melewati proses persalinan pervaginam sudah diizinkan mandi langsung setelah melahirkan. Saat mandi, Bunda sudah bisa langsung keramas. Namun, jika ada jahitan atau komplikasi lainnya, Bunda mungkin baru diizinkan mandi keesokan harinya.
Berbeda halnya dengan ibu yang melewati proses persalinan caesar. Umumnya, ibu sudah bisa berjalan sendiri setelah 2 hari setelah melahirkan. Jika Bunda sudah merasa kuat untuk mandi sendiri, Bunda bisa melakukannya di hari kedua. Namun, jika belum, bisa bisa melakukannya di hari ketiga atau keempat.
Bunda tak perlu khawatir karena jahitan di perut biasanya sudah diperban dengan perban anti-air sehingga aman dipakai mandi dan keramas. Namun, Bunda tetap perlu berhati-hati untuk tidak menggosok perban dan cepat menggantinya jika memang kemasukan air.
Alternatif lainnya ketika Bunda belum bisa mandi, Bunda bisa hanya keramas saja tanpa mandi. Tubuh Bunda akan terasa lebih segar dan nyaman.
Mitos Keramas Membuat Rambut Rontok
Selain membuat masuk angin, keramas setelah lahir juga dikatakan bisa membuat rambut menjadi rontok. Faktanya, semua ibu yang melahirkan pasti akan mengalami rambut rontok. Banyak atau sedikitnya tergantung dari hormon yang ada di tubuh Bunda.
Setelah melahirkan, ketidakseimbangan hormon masih terjadi dalam tubuh Bunda. Istilah medis untuk kerontokan rambut pasca melahirkan adalah telogen effluvium. Kondisi ini, yang juga disebut sebagai alopecia pasca persalinan, relatif umum terjadi. Hormon ini mempengaruhi antara 40-50% wanita dalam beberapa bulan setelah melahirkan.
Selain itu, setelah melahirkan, kadar estrogen turun (kembali ke tingkat sebelum hamil). Hal ini mendorong folikel rambut memasuki fase istirahat dan lebih sedikit rambut yang tumbuh. Setelah sekitar 100 hari dalam fase istirahat, rambut mulai rontok.
Selain perubahan estrogen dan progesteron pada periode pasca persalinan, stres dan nutrisi juga mempengaruhi kadar hormon. Jadi, memengaruhi pertumbuhan rambut pula.
Kerontokan rambut pasca melahirkan terjadi umumnya setelah dua hingga empat bulan setelah melahirkan. Jadi, hal ini bukan terjadi karena Bunda keramas setelah melahirkan.
Untuk mengatasi masalah ini, Bunda bisa makan-makanan yang mengandung cukup banyak zinc dan iron, seperti bayam, seafood, dan kacang-kacangan.
Sumber:
Flo. 2022. 6 Helpful Tips to Tackle Postpartum Hair Loss