6 Mitos & Fakta Seputar ASI yang Perlu Bunda Tahu!

Ada banyak sekali mitos seputar ASI di masyarakat. Bunda mungkin sering mendengar mitos-mitos ini dari orang tua, nenek, atau saudara yang dituakan. 

Saking banyaknya mitos yang beredar, Bunda mungkin bingung mana yang benar dan tidak. Untuk mengetahuinya, kami akan memaparkan beberapa mitos dan fakta tentang ASI.

Mitos: ASI bisa obati mata bayi belekan

Bayi yang baru lahir banyak ditemukan sering mengalami belekan. Menurut American Academy of Ophthalmology, hampir 20 persen bayi baru lahir diperkirakan pernah mengalami belekan. Kondisi ini sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, beberapa orang mengatakan mata bayi belekan bisa disembuhkan dengan ASI. 

BACA: ASI Keluar Sebelum Lahiran, Apa yang Harus Dilakukan?

Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan ASI bisa obati mata bayi belekan. Jadi, untuk lebih pasti, bila Bunda concern terhadap mata bayi belekan, Bunda bisa membawa si kecil untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter anak.

Mitos: ASI pertama merupakan susu basi dan tidak baik untuk bayi

Mitos ASI basi ini tak perlu dipercaya ya, Bun. Faktanya, ASI pertama yang sering disebut kolostrum justru sangat bagus untuk diberikan pada bayi. Kolostrum atau ASI pertama biasanya keluar 2-5 hari setelah bayi dilahirkan. 

ASI ini berwarna kuning, kaya akan zat-zat kekebalan tubuh,  kaya protein, tetapi rendah lemak. Kolostrum sangat bagus untuk meningkatkan sistem imun bayi, sumber nutrisi untuk otak, mata, dan jantung bayi, serta mencegah penyakit lainnya. 

Mitos: Bayi yang mandi ASI bisa lebih putih dan bersih

Memandikan bayi dengan ASI sebenarnya tidak membuat kulit bayi jadi lebih putih dan bersih, tetapi mandi ASI memang punya beberapa manfaat. Pertama, mandi ASI bisa mengatasi eksim pada kulit bayi, kulit bayi bisa jadi lebih lembut dan halus. Kemudian, ASI juga bisa meredakan ruam popok pada bayi. Ketiga, mandi ASI juga bisa menghilangkan jerawat pada tubuh atau wajah bayi. 

Sebelum memandikan bayi, pastikan ASI yang dipakai belum berbau tengik. ASI kedaluwarsa diperbolehkan, asal yang sebelumnya memang disimpan dalam freezer

Mitos: Ibu sakit harus berhenti menyusui karena bayi bisa tertular

Hal ini sebenarnya tergantung dari penyakit sang ibu. Beberapa penyakit memang mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui. Penyakit tersebut adalah HIV Aids, TBC, Herpes, dan kanker. Di luar dari penyakit itu, ibu tetap aman untuk memberikan ASI, apalagi jika hanya terkena penyakit flu. 

Penyakit-penyakit lain dianggap tidak dapat menulari bayi lewat ASI. Namun, jika Bunda terkena flu atau COVID, Bunda cukup memakai masker selama di rumah agar tidak menulari si kecil. 

Justru, ASI adalah satu-satunya antibodi serta obat untuk bayi yang paling mujarab. Jika Bunda takut menulari penyakit pada si kecil lalu berhenti memberikan ASI, antibodi si kecil justru jadi berkurang. 

Mitos: Ibu menyusui tidak boleh minum air es karena bisa buat pilek

Faktanya, air es tidak akan membuat ASI lantas menjadi dingin juga. ASI diproduksi oleh tubuh ibu sehingga suhu ASI menyesuaikan dengan tubuh ibu. Bila bayi terkena flu dan pilek, hal ini bukan berarti karena Bunda terlalu banyak minum es. 

Anak pilek bisa terjadi karena virus influenza yang menyebar dari udara, tertular oleh orang tua, atau orang lain yang sedang terkena influenza juga. Jadi, mitos ASI dingin ini juga tidak perlu Bunda percaya.

Mitos: Payudara kecil, ASInya juga sedikit

Faktanya, bentuk payudara tidak mempengaruhi produksi ASI. Produksi ASI dipengaruhi oleh supply and demand. Makin banyak bayi menyusu dan makin sering ibu menyusui, maka produksi ASI akan makin banyak. Jika bayi tidak sering disusui, maka produksi ASI pun jadi makin berkurang. Jadi, baik payudara kecil maupun besar semuanya sama-sama bisa menghasilkan ASI yang banyak dan berkualitas. 

BACA: 5 Manfaat ASI untuk Si Kecil

Sumber:

Liputan 6. 2021. Cerita Akhir Pekan: 6 Mitos Seputar ASI yang Perlu Diketahui Semua Ibu

The Health Site. 2017. 7 medical conditions that stop a mother from breastfeeding

By dr. Mutia Winanda, M.Gizi, Sp.GK

Dokter Spesialis Gizi Klinik & Konselor Laktasi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *