Kenali Perdarahan Antepartum yang Perlu Diwaspadai Saat Hamil

perdarahan antepartum, diary bunda

Perdarahan yang terjadi sesekali dan hanya dalam jumlah sedikit umumnya tidak berbahaya. Namun, berbeda jika perdarahan yang terjadi adalah perdarahan antepartum. Kondisi ini perlu diwaspadai karena bisa membahayakan ibu hamil dan janin, sehingga perlu segera mendapatkan penanganan dokter.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada vagina yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 24 minggu. Darah yang keluar pada kondisi ini cenderung banyak, sehingga bisa membuat ibu hamil berisiko kehilangan banyak darah. Jika hal ini terjadi, ibu hamil bisa mengalami beberapa gejala, seperti lemas, keringat dingin, pucat, dada berdebar, serta jarang buang air kecil.

Karena bisa membahayakan kehamilan bahkan diri sendiri, Bunda perlu mewaspadai perdarahan antepartum dengan mengenali penyebab dan gejalanya. Selain itu, Bunda juga perlu mengetahui bagaimana cara mengatasinya, agar kondisi tidak makin buruk.

Penyebab Perdarahan Antepartum

Pada sebagian besar kasus, perdarahan antepartum terjadi akibat robekan plasenta, plasenta previa, persalinan prematur, dan gangguan pada serviks atau leher rahim. Namun, pada sebagian lainnya, perdarahan antepartum terjadi tanpa adanya gangguan pada kandungan atau tubuh ibu hamil.

Selain itu, perdarahan antepartum juga paling sering terjadi pada ibu hamil yang mengalami kondisi berikut ini:

  • Hamil ketika usia lebih dari 35 tahun
  • Pernah mengalami perdarahan antepartum di kehamilan sebelumnya
  • Pernah menjalani operasi caesar
  • Hamil anak kembar
  • Pernah mengalami keguguran
  • Gangguan pembekuan darah, seperti hemofilia

Gejala Perdarahan Antepartum

Gejala perdarahan antepartum yang utama adalah perdarahan pada vagina. Perdarahan ini berbeda dengan flek yang hanya ditandai keluarnya bercak darah, ya, Bun. Selain itu, perdarahan ini bisa disertai dengan nyeri atau kram perut, tetapi bisa juga tidak.

Umumnya, perdarahan yang disertai dengan nyeri perut terjadi akibat robeknya plasenta. Sementara itu, perdarahan yang tanpa nyeri biasanya terjadi karena plasenta previa.

Selain nyeri perut, perdarahan antepartum juga bisa disertai dengan kontraksi rahim, baik yang terasa ringan atau berat. Ibu hamil yang mengalami perdarahan antepartum juga bisa merasakan janin yang dikandungnya menjadi kurang aktif bergerak.

Apabila tidak mendapatkan penanganan yang cepat, ibu hamil yang mengalami perdarahan antepartum juga bisa mengalami syok hipovolemik akibat kekurangan darah. Ini merupakan kondisi gawat darurat yang perlu segera ditangani.

Cara Mengatasi Perdarahan Antepartum

Karena perdarahan antepartum merupakan kondisi yang berbahaya, penanganannya perlu segera dilakukan. Ibu hamil disarankan untuk segera ke dokter apabila mengalami perdarahan vagina, meski darahnya hanya keluar sedikit. Soalnya, perdarahan ringan bisa saja menjadi lebih berat seiring dengan kondisi yang memburuk.

Apabila terjadi perdarahan berat, keselamatan ibu hamil akan diutamakan. Ibu hamil akan diinfus dan diberikan transfusi darah untuk mengganti darah dan cairan tubuh yang hilang.

Penanganan selanjutnya akan dilakukan sesuai dengan kondisi ibu hamil. Umumnya, dokter akan mempertimbangkan persalinan saat kondisi ibu sudah stabil. Namun, apabila terjadi gawat janin, dokter akan langsung melakukan persalinan tanpa perlu mempertimbangkan usia kehamilan.

Nah, itulah hal-hal yang harus Bunda waspadai agar tidak mengalami perdarahan antepartum. Perlu diingat, Bun, tidak semua perdarahan pada vagina menandakan kondisi yang berbahaya. Jadi, Bunda tidak perlu panik dulu, ya.

Meski begitu, Bunda tetap perlu waspada terhadap berbagai gangguan yang bisa terjadi saat hamil, salah satunya perdarahan antepartum. Oleh karena itu, Bunda harus selalu melakukan kontrol kehamilan secara rutin, sehingga gangguan pada kehamilan bisa terdeteksi sejak awal.

Sumber:

Dibaba, B., et al. (2021). Risk Factors of Antepartum Hemorrhage Among Mothers Who Gave Birth at Suhul General Hospital, 2016: A Case-Control Study. Journal of Multidisciplinary Healthcare, 14, pp. 271–278.

National Institutes of Health (2022). MedlinePlus. Vaginal Bleeding in Late Pregnancy.

National Institutes of Health (2021). MedlinePlus. Hypovolemic Shock.

EmedicineHealth (2023). Bleeding During Pregnancy.

Patient (2022). Antepartum Haemorrhage.

By dr. Kevin Adrian Djantin

Project and Collaboration Medical Editor Alodokter

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *