Sifilis pada ibu hamil perlu diwaspadai. Soalnya, ibu hamil yang menderita penyakit ini dapat menularkannya ke janin, sehingga bisa berdampak buruk pada tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, sifilis saat hamil perlu dideteksi dan ditangani sedini mungkin agar risiko terjadinya gangguan pada kehamilan dan janin bisa berkurang.
Bun, pernah dengar tentang sifilis nggak? Yap, sifilis atau dikenal dengan raja singa merupakan penyakit infeksi menular seksual yang biasanya disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual, tapi bisa juga lewat transfusi darah, Bun.
Nah, sifilis pada ibu hamil tidak boleh disepelekan karena penyakit ini dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan, mulai dari keguguran, kelahiran prematur, bayi meninggal dalam kandungan, hingga cacat pada bayi, Bun. Makanya, penting bagi Bunda untuk mengetahui ciri-ciri sifilis pada ibu hamil dan cara mencegahnya.
Ciri-Ciri Sifilis pada Ibu Hamil
Perlu diketahui, sifilis pada ibu hamil tidak menimbulkan gejala apa pun dan biasanya baru diketahui saat Bunda melakukan pemeriksaan kehamilan, seperti tes darah. Nah, penyakit ini dibagi menjadi empat tahap dengan ciri-ciri yang berbeda-beda.
Berikut adalah ciri-ciri sifilis berdasarkan tahap infeksinya pada ibu hamil:
1. Sifilis primer
Gejala sifilis biasanya diawali dengan munculnya luka (chancre) yang tidak terasa sakit di sekitar alat kelamin, dubur, atau mulut sehingga sering kali tidak disadari. Luka ini biasanya berkembang 10–90 hari setelah ibu hamil terinfeksi bakteri sifilis.
Gejala sifilis primer akan hilang dengan sendirinya setelah 3–6 minggu, Bun. Meski begitu, bukan berarti penderita benar-benar sembuh dari sifilis lho, karena sifilis tetap bisa ditularkan kepada orang lain.
2. Sifilis sekunder
Setelah luka sembuh, sifilis pada ibu hamil akan memasuki tahap kedua, yaitu tahap sekunder. Tahap sekunder diawali dengan munculnya ruam berwarna cokelat kemerahan yang tidak terasa gatal. Ruam ini akan muncul di perut, dada, serta menyebar ke telapak tangan dan kaki.
Selain itu, ibu hamil yang mengalami sifilis pada tahap ini akan mengalami ciri-ciri berupa:
- Luka di mulut atau area kelamin
- Demam
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Rambut rontok
- Penurunan berat badan
- Nyeri otot
- Tubuh terasa lelah
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada selangkangan atau leher
Seperti halnya tahap primer, gejala sifilis pada tahap ini juga bisa sembuh sendiri tanpa diobati, tetapi bukan berarti bakteri penyebab sifilis pada ibu hamil sudah hilang, ya.
3. Sifilis laten
Setelah melewati tahap primer dan sekunder, sifilis pada ibu hamil yang tidak tertangani dengan cepat akan mencapai tahap laten. Nah, pada tahap ini, ibu hamil tidak akan merasakan gejala apa pun meski infeksi telah terjadi selama bertahun-tahun.
Ingat, Bun, sifilis yang sudah memasuki tahap laten sudah makin sulit untuk diobati. Namun, dokter akan berusaha memberikan penanganan sebaik mungkin pada ibu hamil agar bakteri penyebab sifilis melemah. Dengan begitu, penyakit ini tidak akan berdampak banyak pada tumbuh kembang janin.
Perlu diketahui, pada tahap laten, risiko penularan sifilis dari ibu hamil ke janin juga lebih kecil, lho. Meski begitu, Bunda tidak boleh lengah karena penularan sifilis dari ibu hamil ke janin tetap masih bisa terjadi.
4. Sifilis tersier
Tahap yang disebut dengan tahap tersier ini terjadi dalam waktu 10–30 tahun setelah terinfeksi bakteri penyebab sifilis. Ini adalah tahap infeksi sifilis yang paling berbahaya.
Nah, pada tahap ini, gejala yang ditimbulkan tidak hanya berupa luka dan ruam, tetapi penderitanya akan mengalami kerusakan organ yang serius lho, misalnya pada saraf, mata, otak, hati, jantung, tulang, kulit, dan gigi.
Penting untuk diingat ya, Bun, semua tahap sifilis pada ibu hamil dapat menular ke janin, baik melalui plasenta maupun kontak dengan cairan vagina ibu saat persalinan normal. Bila hal ini terjadi, kehamilan serta proses perkembangan dan pertumbuhan janin dapat terganggu.
Di samping itu, sifilis pada ibu hamil yang tidak diobati dengan cepat juga dapat menyebabkan komplikasi kehamilan, seperti keguguran, kelahiran prematur, dan bayi lahir mati.
Oleh karena itu, Bunda perlu mencegah sifilis pada ibu hamil sedini mungkin. Hal ini penting dilakukan supaya komplikasi kehamilan bisa dihindari dan terhindar dari sifilis saat hamil.
Cara Mencegah Sifilis pada Ibu Hamil
Untungnya, sifilis pada ibu hamil bisa dicegah. Cara paling mudah untuk mencegah sifilis pada ibu hamil adalah menerapkan hubungan seksual yang aman dan sehat, Bun. Caranya adalah selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual dan tidak berganti-ganti pasangan, ya.
Selain itu, penting juga bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin. Biasanya, saat pemeriksaan rutin kehamilan, dokter akan melakukan skrining penyakit sifilis, terutama saat trimester pertama kehamilan dan trimester akhir kehamilan
Dengan mencegah penularan sifilis, Bunda turut melindungi Si Kecil dari sifilis yang bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya. Maka dari itu, jangan lewatkan skrining dengan dokter maupun pemeriksaan rutin saat hamil ya, Bun.
Namun, apabila ibu hamil didiagnosis menderita sifilis, pengobatan perlu segera dilakukan. Untuk mengatasi kondisi ini, dokter akan memberikan antibiotik untuk ibu hamil guna membasmi kuman penyebab sifilis.
Jika masih punya pertanyaan atau keluhan seputar kehamilan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter melalui chat online di Diary Bunda, ya.
Sumber:
National Health Service UK (2022). Health A to Z. Syphilis.
Cleveland Clinic (2022). Diseases & Conditions. Syphilis.
Mayo Clinic (2024). Diseases & Conditions. Syphilis.
Universitas Airlangga (2022). Cakrawala. Pregnancy with Early Latent Syphilis.
American Pregnancy Association (2024). Syphilis During Pregnancy.
Baby Center (2023). Syphilis in Pregnancy.
Healthline (2024). What to Know About Having Syphilis During Pregnancy.
WebMD (2024). Pregnancy and Sexually Transmitted Diseases.
WebMD (2024). Syphilis.
WebMD (2023). What Problems Can Syphilis Cause?