Bunda, sebagaimana gaya hidup yang selalu mengalami perubahan, preferensi dalam proses melahirkan pun punya tren tersendiri di masyarakat. Selama beberapa waktu belakangan, muncul kembali tren untuk mengupayakan segala sesuatu yang dilakukan senatural mungkin, hingga memunculkan tren water birth atau persalinan di dalam air.
Sejumlah artis di Indonesia pun memilih proses melahirkan dengan cara ini. Ketahui pengertian, proses, juga rekomendasi terkini tentang water birth sebelum Bunda memutuskan untuk menjalaninya.
Pendapat Para Ahli
Dikutip dari laman Parents.com, Ami Burns, seorang pengajar bidang kelahiran anak, penulis, dan juga pengasuh dari Birth Talk yang berasal dari Chicago menyatakan bahwa ada ibu yang menginginkan proses persalinan secara alam. Yakni, saat tidak dilakukan dengan menggunakan perangkat bantuan termasuk obat-obatan dan epidural.
Dalam hal ini, banyak yang memilih untuk menjalani proses water birth. Pasalnya, metode ini dianggap bisa memberi pengalaman yang lebih menenangkan daripada melahirkan biasa yang terkesan menyakitkan dan traumatik. Proses melahirkan di mana dilakukan dalam posisi berendam di dalam kolam berisi air hangat memungkinkan Bunda merasa lebih nyaman pada saat kontraksi.
Secara logika, mungkin hal ini memang masuk akal, karena air hangat bisa memberikan sensasi yang lebih nyaman untuk Bunda. Akibatnya, Bunda merasa lebih rileks dan bisa berkonsentrasi secara lebih baik.
Namun apakah para pakar sepakat dengan hal ini? David Ghozland, MD., dokter kebidanan di Santa Monica, California, melalui laman yang sama mengingatkan bahwa meskipun dilakukan di dalam air, rasa sakit atau tidak nyaman selama proses melahirkan akan tetap ada. Soalnya, secara alami, kontraksi yang terjadi di dalam tubuh memang tidak bisa dijamin terjadi tanpa rasa sakit.
Bagaimana Proses Persalinan Water Birth Dilakukan?
- Diperlukan bathtub atau kolam berisi air hangat, kira-kira bersuhu 37,5̊C. Suhu ini harus tetap konstan selama proses persalinan.
- Setelah ada tanda-tanda persalinan, Bunda bersiap dan segera berendam di dalam kolam tersebut.
- Saat sudah tiba waktunya untuk mengejan, Bunda harus didampingi oleh pasangan atau pakar kebidanan yang akan segera bersiap menerima si Kecil.
Tidak Direkomendasikan di Indonesia
Meskipun di dunia banyak pihak yang cukup mendukung proses persalinan water birth, di Indonesia para dokter belum dapat meluluskannya sebagai metode standar dalam proses melahirkan.
Bahkan di beberapa pemberitaan resmi, Kementerian Kesehatan RI melalui Direktur Kesehatan Keluarga, Eni Gustina, menyatakan bahwa Kemenkes tidak merekomendasikan proses kelahiran water birth ini.
Perlu diketahui juga bahwa di dalam lingkup pendidikan formal ilmu kedokteran, proses persalinan water birth masih dianggap sebagai proses kelahiran alternatif, yang tidak diajarkan kepada para calon tenaga medis.
Tidak berbeda dengan pernyataan yang dirilis oleh pihak Kemenkes RI, Perkumpulan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) pun tidak menganjurkan metode persalinan water birth, terutama karena penelitian ilmiah untuk metode ini belum adekuat atau memadai.
Keputusan yang sama juga dirilis oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun 2016 yang melarang proses persalinan ini.
Adapun pertimbangan lain yang membuat water birth tidak direkomendasikan juga mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi saat proses kelahiran. Seperti kemungkinan bayi tenggelam, kemungkinan adanya perdarahan atau situasi darurat yang lain, juga tentang kondisi air yang tidak steril sehingga memicu terjadinya infeksi yang lebih tinggi.
Risiko-risiko yang menyertai water birth ini juga yang dipertimbangkan oleh Marra Francis, MD., dokter kebidanan di San Antonio, Amerika Serikat. Beliau menyatakan bahwa Bunda yang mengalami diabetes gestasional, preeklampsia, kondisi kelahiran prematur, juga dengan masalah panggul tidak disarankan untuk melakukan water birth.
Untuk alasan keamanan dan keselamatan Bunda dan si Kecil, pilih metode persalinan yang paling aman dan sudah melalui proses diskusi dengan dokter kandungan.
Sumber:
POGI. 2012. Surat Edaran Waterbirth.
Kompas. 2017. Berisiko, Kemenkes Tidak Sarankan “Water Birth”.
Parents. 2020. Water Birth: Pros, Cons, and What You Need to Know.
NCT UK. 2019. How to Labour in Water or Have a Water Birth.