Tinggi fundus uterus di minggu ke-32 ini adalah sekitar 27 hingga 31 cm. Saat ini adalah bulan ke-8 kehamilan dan hanya 5 minggu menuju minggu ke-37 dan kehamilan cukup bulan. Penambahan berat badan bayi memengaruhi dan membuat ibu mengalami berbagai gejala.
Untuk memastikan rahim ibu adalah lingkungan yang ramah bagi bayi, mari kita lihat bagaimana mencegah hipertensi yang diinduksi kehamilan dan beberapa kondisi lain, yang mungkin terjadi pada minggu ke-32 ini.
Perut Mengencang dan Sesak Napas
Sekitar minggu ke-32 dengan perut semakin sering mengencang, banyak ibu mungkin khawatir. Jika hanya dengan berbaring atau santai saja akan meredakan kontraksi, berarti ini bukanlah hal yang perlu Anda khawatirkan.
Namun, Anda perlu menemui dokter jika terjadi mengalami beberapa hal berikut:
- Kontraksi terjadi secara teratur
- Perdarahan dari vagina
- Air ketuban pecah
- Sulit berdiri karena rasa sakit yang kuat di perut bagian bawah
- Perut sekeras papan.
Pada trimester ketiga, rahim yang membesar memberi tekanan pada jantung dan paru-paru, menyebabkan denyut nadi yang cepat (takikardia), jantung berdebar, atau sesak napas. Jika Anda memiliki gejala seperti itu, istirahatlah.
Namun, berbaring telentang menyebabkan tekanan darah rendah, yang justru menimbulkan gejala seperti keringat dingin atau kesulitan bernapas. Jadi, Anda disarankan berbaring di sisi kiri atau di posisi Sims.
Wasir Melanda
Perut yang membesar, membuat ibu mungkin mengalami nyeri punggung bagian bawah yang lebih intens, atau menderita sembelit dan kaki bengkak. Semua gejala ini umum terjadi pada kehamilan, dan akan membaik setelah melahirkan. Jadi, tidak perlu terlalu khawatir.
Lebih dari setengah wanita hamil mengalami wasir. Dan karena memalukan bagi sejumlah wanita membicarakannya, maka cenderung dibiarkan.
Hemorrhoids atau ambeien atau wasir adalah pelebaran pembuluh darah vena pada anus. Pelebaran tersebut mengakibatkan munculnya benjolan pada anus yang kita kenal dengan ambeien. Pada kehamilan, aliran darah dari tubuh bagian bawah terhambat oleh rahim yang membesar. Ditambah dengan hormon progesteron memiliki efek vasodilatasi pada pembuluh darah, yang mengakibatkan pembuluh darah lebih rileks dan menampung banyak darah.
Susah Buang Air Besar
Akibatnya darah mengumpul pada vena di sekitar anus dan menjadi hemorrhoids/ambeien, dan juga dapat menimbulkan varises pada kaki dan kemaluan. Kondisi ini akan diperparah dengan konstipasi disertai feses yang keras sehingga ibu membutuhkan tenaga ekstra untuk mengedan saat buang air besar. Feses yang keras juga dapat melukai pembuluh darah sekitar anus tersebut sehingga dapat terjadi hematochezia atau darah segar menetes pada saat buang air besar.
Untuk mencegah konstipasi, dianjurkan minum air putih yang banyak dan menambah asupan serat pada makanan. Serat makanan pada usus besar akan menarik dan mempertahankan cairan pada feses sehingga konsistensinya lebih lunak. Konsumsi makanan tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan (buah naga dan pepaya, dll). Selain itu, semakin lama feses tersimpan di dalam usus besar, semakin banyak air yang diabsorbsi/dihisap oleh usus besar, sehingga jangan pernah menahan diri untuk buang air besar.
Mual dan Sakit Perut di Trimester Ketiga
Sejumlah ibu mengalami gangguan pencernaan, mual, sakit perut, dan tidak bisa makan. Gejala-gejala seperti itu disebabkan oleh tekanan pada saluran pencernaan dari rahim yang membesar. Jika Anda bisa makan dalam jumlah kecil, maka jadwalkan makan yang lebih kecil dan lebih teratur.
Lebih baik mengonsumsi makanan ringan yang mudah dimakan tanpa memaksakan diri. Makanan yang sangat berbumbu dan pedas dapat meningkatkan gangguan perut. Maka dari itu, pilihlah makanan yang ringan dan mudah dicerna sebanyak mungkin untuk mengurangi beban pada organ pencernaan.
Kenali Hipertensi Gestasional dan Preeklampsia
Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu dikategorikan ke dalam hipertensi gestasional (hipertensi pada kehamilan). Apabila kondisi tersebut disertai protein dalam urine yang positif, maka termasuk ke dalam preeklampsia.
Preeklampsia atau keracunan pada kehamilan adalah kondisi yang sangat berbahaya bagi ibu dan janin. Kondisi ini menjadi salah satu dari tiga penyebab kematian utama ibu hamil, setelah perdarahan dan infeksi. Preeklampsia terjadi karena plasenta gagal menempel dengan sempurna pada saat implantasi di awal kehamilan. Implantasi yang tidak sempurna tersebut mengakibatkan plasenta mengalami hipoksia/kekurangan oksigen. Akibatnya plasenta akan mengeluarkan zat-zat (racun) yang memiliki efek pada ibu, salah satunya peningkatan tekanan darah, kebocoran pada pembuluh darah dan ginjal.
Umumnya gejalanya timbul pada trimester ketiga, dan jika preeklampsia sudah timbul sebelum trimester ketiga, biasanya memiliki efek yang lebih berat. Tekanan darah yang tinggi, bocornya pembuluh darah, dan kadar protein yang rendah karena terbuang melalui urine mengakibatkan cairan plasma pada darah merembes keluar dan jika menumpuk pada otak akan mengakibatkan ibu menjadi kejang-kejang atau eklampsia.
Jika menumpuk pada paru-paru akan mengakibatkan edema paru yang membuat ibu tidak bisa bernapas. Kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu dan janin. Tekanan darah yang tinggi juga dapat menyebabkan aliran darah yang tidak lancar dari ibu ke bayi, akibatnya bayi dapat kekurangan oksigen yang dibutuhkannya.
Normalnya tekanan darah pada ibu akan menurun saat hamil. Hal ini diakibatkan oleh hormon progesteron yang membuat pembuluh darah menjadi lebih rileks. Jadi, apabila tekanan darah ibu pada saat hamil tidak turun atau malah cenderung naik perlu diwaspadai.
Tekanan darah tidak berhubungan langsung dengan kadar hemoglobin, sehingga pemberian suplemen penambah darah (zat besi) untuk mencegah anemia tidak menyebabkan hipertensi. Faktor risiko terjadinya preeklampsia di antaranya adalah kehamilan pertama, riwayat preeklampsia sebelumnya, dan obesitas. Ibu sangat direkomendasikan untuk tidak mengonsumsi garam yang berlebihan.