Saat anak sedang sering-seringnya marah, ibu kerap bingung apa yang harus dilakukan. Apakah cara yang digunakan selama ini sudah tepat, atau justru semakin memperburuk tabiat anak?
Cara menangani anak yang sedang marah memang berbeda-beda, tergantung karakter dan penyebabnya. Tetapi ada hal-hal yang sering menjadi pertanyaan umum ibu dan ayah saat mendampingi anak yang suasana hatinya sedang tidak baik. Berikut lima pertanyaan yang paling sering ditanyakan ibu tentang menghadapi anak saat marah.
Saat anak marah atau menangis, apakah tepat memberikan gawai untuk menenangkannya?
Sebaiknya pemberian gawai tidak dijadikan solusi untuk menenangkan anak. Penggunaannya juga sebaiknya perlu dibatasi mengingat pembatasan penggunaan gawai pada anak lebih sulit dibanding pada TV.
Jika anak menonton, ibu dapat berkata pada anak, “Setelah film ini sudah, ya.” Namun tidak demikian dengan penggunaan gawai karena anak akan terus mencari tontonan baru.
Untuk itu, sebelum menggunakan gawai, ibu perlu menegaskan pada anak terkait durasinya, gunakan timer untuk mengukur waktu menggunakan gawai. Ini agar anak belajar bahwa orang tuanya secara konsisten menerapkan durasi penggunaan gadget yang diperbolehkan kepadanya. Anak juga jadi belajar disiplin dalam menggunakan waktu bermain gadget, sehingga tidak berlebihan.
Anak menangis kencang dalam waktu lama, bagaimana cara memahami perasaannya?
Ibu dan Ayah perlu memahami bahwa marah dan menangis adalah proses anak belajar mengontrol sikap dan emosi sebagai bagian dari proses pertumbuhannya. Ketika anak sudah tenang, misalnya saat sebelum tidur, ibu dapat mengajaknya ngobrol.
Katakan, “Tadi kamu sedih ya, karena kamu ingin mainan tapi tidak diberikan, makanya kamu menangis?” sehingga anak akan belajar mengenali nama perasaan (emosinya), memahami dan merasa tenang. Ibu dapat membiarkan si Kecil bicara dan mencoba memahami perasaannya.
Apa yang harus dilakukan jika anak marah dan memukul temannya?
Jika ibu sedang berada bersama si Kecil, segera hentikan tindakan anak dan minta maaflah kepada orang tua anak tersebut dan berkata, “Maaf ya, nanti saya akan datang dan bicara lagi. Sementara saya pergi dulu.”
Kemudian ibu dapat membawa anak ke tempat yang tenang dan berkata, “Kamu memukul karena alasan ini kan, ya,” sebagai ungkapan mewakili perasaan anak. Kemudian katakan, “Tidak boleh memukul, lain kali begini caranya.”
Kemudian beritahu anak secara garis besar apa yang harus dilakukannya untuk menyampaikan perasaannya. Sampaikan juga mengenai perasaan anak yang ia pukul, sehingga anak juga belajar dari sudut pandang orang lain, serta belajar berempati.
Apa yang harus dilakukan ketika anak berisik di tempat umum?
Secara umum, ibu dapat membiasakan untuk bicara langsung di depan anak dengan suara pelan, tanpa berteriak dari jarak jauh. Saat bicara, biasakan untuk menatap matanya sehingga ia juga terbiasa mendengarkan dan merespons.
Dengan begitu, anak akan terbiasa bicara dengan suara pelan, terutama di tempat umum. Selain itu, ibu dan ayah perlu ingat bahwa anak hanya dapat duduk tenang paling lama 15 menit. Dengan begitu, orang tua perlu menyiapkan sarana untuk membuatnya terus sibuk. Jika bosan, ia tentu akan berisik sendiri.
Bagaimana cara agar anak berhenti bermain saat makan?
Sebisa mungkin ciptakan suasana untuk mendukung anak fokus pada makanannya. Misalnya dengan mematikan TV atau membereskan mainannya.
Selain itu, jika anak terbiasa makan lambat atau dalam porsi kecil, ibu dapat memberikan porsi yang dapat dihabiskan anak dalam 15 menit tanpa dipaksa sehingga anak tidak merasa terbebani. Jika ia sudah bisa menghabiskan makanan dalam porsi tersebut, ibu dapat menambahkan porsinya sedikit demi sedikit.
Apa yang perlu dilakukan jika ibu merasa kelelahan menghadapi anak yang sedang marah?
Ibu bisa jadi merasa kelelahan karena terus menerus merasa kesal menghadapi anak yang sedang sering marah. Jika tidak diatasi, hal ini bisa berdampak buruk, baik bagi ibu dan anak. Jika memungkinkan, titipkan anak dan luangkan waktu melakukan kegiatan yang ibu sukai.
Seandainya sulit dilakukan, ibu dapat meluangkan waktu di rumah saat anak masih tidur untuk melakukan aktivitas yang menenangkan seperti menonton film atau ngobrol dengan suami. Hal yang terakhir ini menjadi penting karena untuk mendukung anak agar memiliki kesehatan emosi dan psikologis yang sehat, ibu sendiri juga perlu menjaga kesehatan mental sendiri. Jadi jangan lupa ambil waktu sendiri, ya.