Berkomunikasi dengan bayi tidak harus menunggu ia besar dan bisa bicara. Bahkan sebenarnya bayi sudah bisa diajak bicara sejak masih di dalam kandungan.
Komunikasi antara ibu dan anak sebenarnya sudah terjadi sejak lama secara alami dan kadang tanpa disadari. Cara ibu merespons anak dapat menjadi cermin anak memaknai diri sendiri dan membuatnya merasa dicintai. Berikut berbagai manfaat mengajak bayi berbicara.
Manfaat Mengajak Bayi Bicara
Memahami Perasaan Anak
Sejak kecil, ibu bisa berbicara mengungkapkan perasaan yang mungkin dirasakan si Kecil. Misalnya saat baru selesai mengganti popoknya, ibu bisa berkata, “Aaah, lega ya. Nggak basah lagi.” Atau ketika bayi selesai minum susu, ibu bisa berkata, “Enak yaa.” Begitu juga saat ia menangis, ibu bisa bertanya, “Lapar ya? Atau gerah ya? Keluar, yuk.”
Bayi memang baru bisa mengungkapkan perasaannya lewat tangisan. Namun bukan berarti kita tidak dapat mencoba memahami bayi. Selain bicara pada bayi, langkah ini adalah upaya untuk memahami kebutuhan dan keinginan si Kecil. Di samping itu bayi juga akan merasa terlindungi dan tenang, sehingga tercipta hubungan yang erat antara Bunda dengan anak.
Menstabilkan Emosi Ibu
Saat bicara pada bayi, Bunda biasanya mengulang pertanyaan atau kalimat yang sama, misalnya, “Wah kamu sedang lapar ya?” atau “Kamu pasti sedang ngantuk.”
Secara tidak langsung mengulang-ngulang kalimat yang sama ini sebenarnya membuat Bunda juga lebih memahami situasi sehingga emosi ibu juga menjadi lebih stabil. Hebat ya, manfaat komunikasi antara Bunda dan bayi.
Metode Komunikasi dengan Bayi Sesuai Usia
Komunikasi dengan bayi akan lebih bermanfaat positif jika dilakukan dengan tepat sesuai kebutuhan dan usia bayi. Yuk kenali tahapannya.
Bayi 3 bulan ke atas
Pada masa ini sudah mulai mengoceh atau mengeluarkan suara yang halus seperti “Aaa…uuu.” Di tahap ini bayi bersuara karena ia senang mendengar suaranya sendiri. Nah, Bunda bisa berkomunikasi dengan bayi dengan menjawab ocehan bayi dengan mencoba menirukan suara tersebut.
Ketika ibu menirukan suaranya, kemudian bayi merespons dengan suaranya sendiri, saat itulah komunikasi dua arah terjadi. Momen ini penting karena dapat menjadi dasar bagi bayi untuk berkata-kata nantinya. Selain itu, yang terpenting, bayi akan merasa dicintai dan dipedulikan.
Bayi usia 8 bulan ke atas
Di usia ini, bayi umumnya sudah mulai bisa berkata-kata meski belum jelas dan kadang tanpa makna. Intonasi dan nada yang ia ucapkan bisa jadi mirip dengan cara bicara ibu.
Meski belum jelas, ibu tetap dapat merespons dengan mengafirmasi yang ia katakan. Misalnya ketika anak menunjuk benda atau makhluk hidup yang membuatnya terkesan, ibu dapat berkata, “Iya itu guguk,” atau “Bunganya bagus ya.” Dengan demikian ia dapat memberi nama pada apa yang ia lihat.
Namun ibu juga tidak perlu memaksa anak mengingat kosakata seperti, “Bunga. Bu-nga! Ayo coba bilang.” Pada usia ini biarkan ia menikmati permainan kata-kata tanpa tuntutan apapun.
Usia 9 bulan ke atas
Setelah bayi berusia lebih dari 9 bulan, umumnya ia akan lebih dapat memahami perkataan orang lain dan dapat mengekspresikan kemauannya selain dengan menangis. Pada masa ini, bisa jadi anak dapat mengulang perkataan yang sebelumnya sering diucapkan ibunya padanya.
Usia 1 tahun ke atas
Terlebih lagi di usia 1 tahun ke atas, balita umumnya sudah bisa mengungkapkan keinginan dan perasaannya. Ibu dapat terus melayani ocehan si Kecil dengan anggukan dan jawaban seperti, “Iya, yaa” dengan penuh ekspresi. Bahkan hanya dengan mengatakan berulangkali “Ini…” ketika menyerahkan benda, sudah merupakan bentuk komunikasi tersendiri.
Tidak perlu khawatir jika balita belum bisa berkomunikasi selancar anak-anak seusianya. Hal terpenting adalah terus mengembangkan hubungan emosional antara ibu, ayah, dan anak, serta terus mengajak anak mendapatkan pengalaman dengan sekelilingnya. Dalam proses ini, anak akan merasa didengar dan secara alami kosakatanya akan terus berkembang.