Mitos atau Fakta: Menjahit dan Bayi Sumbing?

menjahit bayi sumbing

Bunda, pernahkah mendengar perkataan orang tua tentang larangan menjahit untuk para ibu hamil, karena bisa menyebabkan bayi sumbing? Benarkah menjahit ada hubungannya kondisi sumbing? Baca lebih lanjut untuk mendapatkan penjelasan seputar bayi sumbing. 

Jangan Percaya Mitos

menjahit bayi sumbing

Menjahit baju bikin sumbing adalah mitos belaka, Bunda. Kondisi bibir sumbing atau cleft lip and palate pada bayi adalah sebuah kondisi medis, berupa kelainan yang terjadi pada bibir dan langit-langit mulut bayi. 

Bibir pada bayi terbentuk antara minggu keempat dan ketujuh kehamilan. Jaringan tubuh dan sel-sel di kedua sisi kepala tumbuh ke arah pusat wajah dan saling bergabung untuk membentuk wajah. Terhubungnya jaringan ini selanjutnya akan membentuk struktur wajah, termasuk bibir dan mulut. 

Saat terjadinya bibir sumbing, jaringan-jaringan yang semestinya tergabung mengalami kelainan, sehingga tidak tergabung sempurna. Hasilnya adalah adanya rongga pada bibir bagian atas.

Bukaan pada bibir bagian atas ini ada yang kecil pada bagian bibir depan saja, namun dalam kondisi berat, rongganya cukup besar, hingga mengarah ke area hidung. 

Sementara itu, langit-langit mulut terbentuk antara minggu keenam hingga kesembilan kehamilan. Sama halnya dengan sumbing pada bagian bibir, sumbing pada langit-langit terjadi saat jaringan yang membentuk langit-langit tidak tergabung sempurna sehingga membentuk rongga. 

Rongga yang terjadi pada area bibir dan langit-langit mulut ini akan mengakibatkan bayi kesulitan makan, berbicara, juga berisiko mengalami infeksi telinga. Dalam kasus berat, sumbing juga dapat memicu terjadinya masalah pendengaran dan masalah pada area gigi. 

Apakah Prevalensi Kejadian Sumbing Cukup Tinggi?

Di seluruh dunia, menurut WHO pada tahun 2001, prevalensi kejadian sumbing pada daerah orofacial (sumbing pada bibir saja, sumbing pada bibir dan langit-langit mulut, atau hanya pada langit-langit mulut) terjadi pada sekitar 1 per 700 kelahiran hidup. 

Dipaparkan oleh laman Cleftcare UGM, bahwa kejadian di dunia yang terbatas pada sumbing bibir atau tanpa celah pada langit-langit mulut adalah berkisar antara 7,94-9,92 per 10.000 kelahiran hidup. 

Kejadian bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit mulut di Amerika Serikat ternyata menempati posisi terbanyak kedua, yang mengenai 1 dari setiap 940 kelahiran dan menghasilkan 4.437 kasus setiap tahun.

Namun untuk prevalensi kejadian sumbing pada bibir dan langit-langit mulut dilaporkan berkisar antara 7,75 sampai 10,63 per 10.000 kelahiran hidup.

Tingkat kejadian sumbing orofacial sangat bervariasi menurut populasi. Secara epidemiologi, tingkat yang lebih tinggi terjadi pada populasi Asia dan Indian Amerika (satu dari 500 kelahiran), dan tingkat yang lebih rendah pada populasi Afrika (satu dari 500 kelahiran). 

Sumbing pada bibir dengan atau tanpa celah langit-langit mulut paling banyak terjadi pada laki-laki, yaitu sebesar 2:1. Sedangkan sumbing pada langit-langit mulut saja sering ditemukan pada wanita dengan perbandingan 2:1. 

Di Indonesia, insiden bibir sumbing terjadi sekitar 2 di setiap 1000 kelahiran bayi. Separuh dari populasi bayi yang memiliki sumbing bibir juga memiliki kelainan wajah yang lebih luas.

Apa Faktor Penyebab Terjadinya Sumbing?

menjahit bayi sumbing

Menurut laman CDC, kejadian sumbing pada bayi masih belum dapat dinyatakan secara pasti penyebabnya.

Sebagian anak-anak mengalaminya karena faktor genetik, artinya bahwa sumbing juga terjadi pada orang tua maupun generasi sebelumnya. 

Para pakar beranggapan bahwa sumbing dapat disebabkan oleh gabungan faktor genetik dan penyebab yang lain, misalnya gaya hidup ibu maupun obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat kehamilan. 

Baru-baru ini CDC melaporkan beberapa temuan dari hasil penelitian ilmiah seputar penyebab terjadinya bibir sumbing atau sumbing orofacial, di antaranya:

  • Rokok. Bunda yang merokok selama kehamilan akan mempertinggi risiko kejadian bibir sumbing atas bayi yang dikandungnya,
  • Diabetes. Bunda yang mengidap diabetes sebelum kehamilan lebih tinggi risikonya mengalami kejadian bibir sumbing pada bayi yang dikandungnya, baik sumbing pada bibir saja maupun sumbing pada bibir dan langit-langit mulut.
  • Obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperkirakan bahwa obat-obatan tertentu yang dikonsumsi Bunda saat hamil, misalnya obat epilepsi yang dikonsumsi saat trimester pertama bisa mempertinggi risiko terjadinya sumbing pada bayi. 

Hingga saat ini, penelitian terkait sumbing terus dilakukan untuk dapat mengetahui secara pasti penyebabnya dan cara untuk mencegahnya. 

Bagaimana Mengatasinya?

Karena sumbing bisa langsung terlihat secara fisik saat si Kecil lahir, bahkan dapat diketahui saat si Kecil di dalam kandungan melalui pemeriksaan USG, biasanya dokter akan segera merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut dan merencanakan pembedahan untuk mengatasi masalah ini. 

Terutama karena kondisi ini bisa menyebabkan si Kecil sulit untuk makan, gangguan pancaindra, dan gangguan tumbuh kembang lainnya, pembedahan rekonstruksi diharapkan dapat segera dilakukan, setidaknya sebelum si Kecil berusia 1 tahun. 

Beberapa perawatan lanjutan, seperti perawatan gigi dan ortodonti juga perlu dilakukan untuk memastikan kondisi tumbuh kembang gigi si Kecil juga lebih baik. 

Jadi, apakah menjahit baju bikin sumbing? Itu mitos ya, Bunda!

Sumber:

Centers for Disease Control and Prevention. 2020). Facts about Cleft Lip and Cleft Palate.

Mayoclinic. 2021. Cleft Lip and Cleft Palate.

Healthline. 2017. Cleft Lip and Palate.

Cleftcare UGM. 2018. Epidemiologi Sumbing.

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *