Bayi Kuning (Hiperbilirubinemia): Apakah Normal dan Kapan Harus ke Dokter

Hiperbilirubinemia

Saat si Kecil lahir, Bunda mungkin khawatir jika bayi mengalami kondisi kuning atau yang disebut sebagai hiperbilirubinemia/jaundice. Ketahui lebih banyak tentang hiperbilirubinemia dan cara penanganannya ya

Mengapa Bisa Terjadi Hiperbilirubinemia?

Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah kondisi di mana ditemukan zat bilirubin dalam kadar yang tinggi di dalam darah bayi. 

Selama kehamilan, plasenta mengeluarkan bilirubin. Ketika bayi lahir, organ hatinya harus segera berfungsi untuk membuat bilirubin mudah dikeluarkan dari tubuh. Namun ada kalanya organ hati belum berfungsi sepenuhnya, sehingga bayi tampak kuning, terutama pada kulit dan bagian putih pada mata. 

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, hal ini cukup lazim dialami bayi, yaitu sekitar 60% dari kelahiran bayi dengan usia gestasi/kelahiran 35 minggu ke atas, dan 80% pada bayi yang dilahirkan pada usia kurang dari 35 minggu.

Menurut penelitian, ada beberapa penyebab lain dari kondisi kuning pada bayi, di antaranya:

Kuning diakibatkan oleh ASI

Sekitar 10% dari bayi yang mendapat ASI bisa mengalami kuning bila protein dari ASI menghambat kemampuan organ hati dalam proses pengeluaran bilirubin. Hal ini tidak berbahaya, tetapi bisa terjadi antara 3-12 minggu.

Kuning akibat malnutrisi atau masalah saat menyusu

Kondisi ini terjadi pada sekitar 5-10% bayi yang baru lahir, yang disebabkan oleh kekurangan ASI. Bila ini terjadi, bayi perlu segera mendapatkan ASI dalam jumlah mencukupi, atau digantikan dengan susu formula. 

Kuning akibat penyakit hemolisis

Kondisi ini juga termasuk jarang, tetapi ditemukan dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. Bayi yang mengidap penyakit hemolisis, dapat disebabkan golongan darahnya tidak sama dengan Bunda, atau memiliki faktor Rh yang berbeda dari Bundanya. 

Kuning akibat gangguan fungsi hati

Kondisi ini juga termasuk jarang namun serius. Dalam kondisi ini organ hati mengalami infeksi atau penyumbatan pada saluran empedu di dalam hati, sehingga tidak dapat mengeluarkan zat bilirubin. 

Apa Gejala Hiperbilirubinemia pada Bayi?

Secara umum gejala yang segera terlihat adalah warna kekuningan pada kulit dan mata, BAB yang berwarna pucat, juga BAK yang berwarna gelap. 

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan bahwa bayi-bayi yang mengalami hiperbilirubinemia harus diperiksa ulang pada 3-5 hari setelah dilahirkan, karena pada saat ini kadar bilirubin berada pada tingkat tertinggi. 

Bila tidak ditangani dengan baik, kondisi bayi kuning bisa memunculkan risiko-risiko, di antaranya keracunan dan komplikasi berupa kerusakan otak.

Bagaimana Mengatasi Hiperbilirubinemia?

Hiperbilirubinemia

Bunda tentunya sudah familiar dengan teknik penanganan yang satu ini. Dalam kondisi ringan atau sedang, dokter biasanya akan menyarankan Bunda untuk menjemur si Kecil setiap pagi hari.

Ini adalah salah satu cara untuk membantu menghilangkan kuning pada bayi, karena sinar matahari dapat membantu memecah zat bilirubin yang menumpuk, sehingga kulit tidak lagi berwarna kuning.

Meski demikian, perlu diingat bahwa menjemur bayi bukanlah terapi utama untuk mengatasi kondisi bayi kuning.

Selain itu, Bunda juga akan diminta untuk menyusui si Kecil untuk membantu meningkatkan metabolisme usus besar. Sering BAB akan membantu mengeluarkan penumpukan bilirubin dari dalam tubuh. 

Namun pada kondisi berat, pihak rumah sakit biasanya akan memberi beberapa tindakan perawatan sebagai berikut:

  • Phototherapy atau terapi sinar. Si Kecil akan dimasukkan ke dalam tempat khusus lalu diberi sinar biru selama beberapa waktu. Sinar ini tidak menyakiti bayi, sehingga Bunda tak perlu merasa khawatir.
  • Tranfusi tukar. Tindakan ini akan dilakukan bila terapi sinar kurang membantu dan kadar bilirubin masih sangat tinggi. Hingga kini, tindakan ini masih terbilang jarang dilakukan.
  • Transfusi immunoglobulin (IVIg). Pada tindakan ini, tubuh si Kecil diberi antibodi melalui pembuluh darah. Tindakan ini juga masih terbilang jarang dilakukan. 

Kapan Harus ke Dokter?

Bila kondisi si Kecil tidak kunjung membaik atau malah disertai dengan demam tinggi, atau muncul hal-hal berikut:

  • Warna kuning makin menyebar pada bagian abdomen, lengan, dan kaki
  • Si Kecil makin lemas dan sulit untuk dibangunkan
  • Berat badannya terus turun
  • Si Kecil menangis keras tanpa henti

Bunda harus segera membawa si Kecil ke dokter untuk diperiksa demi mengetahui kondisi persisnya dan mendapatkan penanganan terbaik secepatnya. 

Sumber:

IDAI. 2013. Air Susu Ibu dan Iketrus.

Boston Children Hospital. Hyperbilirubinemia and Jaundice. 

Mayo Clinic. 2020. Infant Jaundice.

Sehatq. 2019. Hiperbilirubinemia pada Bayi: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Pengobatannya.

What to Expect (2020). Jaundice in Newborn Babies.

By dr. Arnold Soetarso, Sp.A

Dokter Spesialis Anak

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *