Ada yang bilang bahwa menjemur bayi baik dilakukan karena bisa menyembuhkan penyakit kuning serta memastikannya mendapat vitamin D. Apakah ini benar? Yuk, baca penjelasannya di bawah ini.
Kulit Bayi Rentan Terbakar Sinar Ultraviolet
Tentu Bunda sudah tahu kalau organ-organ di tubuh bayi baru lahir sebagian besar belum matang dan berfungsi dengan baik. Begitu juga dengan kulitnya.
Setelah sembilan bulan lebih berada di dalam kandungan yang terlindungi, kulit bayi baru lahir butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Karena kondisi ini, maka American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan untuk tidak menjemur bayi atau mengekspos bayi ke sinar matahari langsung.
Tak hanya berpotensi menyebabkan kulit bayi terbakar akibat paparan sinar ultraviolet, bayi yang terkena sinar matahari langsung juga berpotensi untuk mengalami hipertermia dan risiko jangka panjang berupa berbagai penyakit kulit yang berbahaya.
Jika harus beraktivitas di luar rumah bersama bayi, maka lakukan di tempat yang teduh atau lindungi bayi dari sinar matahari dengan menggunakan payung atau menggunakan stroller berkanopi.
Bayi juga sebaiknya mengenakan baju yang nyaman dan ringan untuk menutupi seluruh tubuhnya. Penggunaan tabir surya pada bayi baru lahir dan yang berusia di bawah enam bulan sebaiknya sangat dibatasi dan hanya diaplikasikan di area tubuh yang tidak tertutup pakaian, seperti wajah.
Menjemur Bayi Kuning Tidak Lagi Dianjurkan
Bayi kuning adalah kondisi di mana kulit dan bagian putih mata bayi berubah warna menjadi kekuningan. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah bilirubin, yaitu pigmen warna kuning yang diproduksi saat penguraian sel darah merah.
Jika jumlah bilirubin tinggi, maka dibutuhkan fototerapi menggunakan sinar biru atau putih dari lampu yang dipancarkan ke tubuh bayi untuk menurunkannya. Karena jika jumlah bilirubin terlalu tinggi maka dapat merusak otak bayi.
Dulu, dokter anak akan menganjurkan bayi kuning untuk dijemur di bawah matahari untuk membantu mengurangi jumlah bilirubin. Cara ini memang efektif dan merupakan pengobatan bayi kuning paling awal menggunakan teknik fototerapi. Menjemur bayi yang berpotensi memiliki bilirubin tinggi juga dilakukan sebagai pencegahan bayi kuning.
Namun saat ini, kekhawatiran akan efek buruk kulit bayi baru lahir terpapar sinar ultraviolet dari matahari membuat praktik menjemur bayi tidak lagi disarankan.
Sebagai gantinya, fototerapi dilakukan menggunakan cahaya lampu LED (sinar biru) atau halogen (sinar putih). Sebagai alternatif, dapat menggunakan selimut atau bantalan khusus.
Perlukah Menjemur Bayi untuk Asupan Vitamin D?
Praktik menjemur bayi lainnya yang masih sering dilakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan vitamin D. Sinar matahari sangat penting untuk sintesis vitamin D di kulit manusia, karena sinarnya mengandung sinar ultraviolet B yang penting untuk memproduksi vitamin D.
Namun, sama seperti AAP, IDAI juga menyebutkan bahwa paparan sinar matahari langsung kepada bayi di bawah usia enam bulan harus dihindari. Untuk mencegah defisiensi vitamin D, bayi dapat diberikan suplementasi vitamin D sebanyak 400 IU/hari.
Untuk bayi di atas usia enam bulan, jika ingin mendapatkan konsentrasi vitamin D yang memadai dari sinar matahari, IDAI menyebutkan bahwa perlu diterapkan sensible sun exposure. Yakni, berupa paparan sinar matahari di ke kedua tangan dan kaki selama 5-30 menit (tergantung waktu, musim, garis lintang, dan pigmentasi kulit) antara pukul 10 pagi dan 4 sore sebanyak 2 kali sehari.
Namun demi keamanan dan kenyamanan si Kecil, Jika Bunda ingin menerapkannya, maka lebih baik konsultasikan dulu dengan dokter anak.
Sumber:
Jindal, AK, et al. 2020. Sun Exposure in Children: Balancing the Benefits and Harms. Indian Dermatol Online J. 2020 Jan-Feb; 11(1): 94–98.
Horn, Delia, et al. 2019. Sunlight for the Prevention and Treatment of Hyperbilirubinemia in Term and Late Preterm Neonates. Cochrane Database Syst Rev. 2019 Mar; 2019(3): CD013277.
IDAI. 2015. Menjemur Bayi dengan Tepat.
Kompas.com. 2020. Kapan Waktu Terbaik Bayi Berjemur?