Bagaimana Cara Janin Bernapas Saat di Kandungan?

janin bernapas di dalam rahim

Bagaimana ya, cara janin bernapas saat masih dalam kandungan? Bunda pasti ingin tahu apakah janin bernapas dengan cara yang sama seperti yang Bunda lakukan atau tidak. Cari tahu yuk, jawabannya di sini!

Cara Janin Bernapas

janin bernapas di dalam rahim

Bernapas adalah proses pertukaran antara karbondioksida dengan oksigen. Janin pun bernapas dalam kandungan, namun dengan cara yang berbeda. Tidak seperti orang pada umumnya, janin tidak bernapas melalui hidung dan mulut, namun melalui ibunya.

Pertukaran antara karbon dioksida dan oksigen terjadi pada tali pusar yang terhubung dengan tubuh Bunda. Saat Bunda bernapas, oksigen akan dibawa dari dalam darah ke seluruh bagian tubuh, termasuk janin. 

Oksigen dan nutrisi lain dari Bunda akan terhubung ke janin melalui plasenta dan tali pusat hingga akhirnya masuk ke jantung janin dan dipompa ke seluruh tubuh.

Dalam tali pusar pula terjadi pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida. Inilah sesungguhnya cara bayi bernapas dalam kandungan.

Mengapa Si Kecil tidak bernapas dengan paru-paru? Selama dalam kandungan, paru-paru janin belum bekerja dengan sempurna. Selama dalam kandungan, paru-paru janin bukan berisi udara, melainkan cairan ketuban. 

Hal ini terjadi akibat Si Kecil menelan air ketuban saat belajar bernapas. Namun Bunda tidak perlu khawatir, karena setelah dilahirkan, air ketuban dalam paru-paru akan mengering dengan sendirinya.

Janin pada dasarnya telah belajar bernapas di usia awal terbentuknya janin. Begini tahapannya:

Minggu ke-10 dan ke-11 kehamilan

Pada tahapan  ini, janin mulai belajar bernapas dalam kandungan dengan cara menghirup sedikit air ketuban. Hal ini bertujuan untuk membantu perkembangan paru-paru.

Minggu ke-32 kehamilan

Di usia ini, bayi sudah bisa bernapas dengan gerakan yang benar dan bisa menggembungkan paru-parunya.

Bahaya Air Ketuban bagi Janin

janin bernapas di dalam rahim

Air ketuban yang masuk ke paru-paru saat Si Kecil belajar bernapas lumrah terjadi. Yang perlu Bunda khawatirkan adalah ketika bayi menelan air ketuban yang bercampur dengan mekonium pada saat proses kelahiran. Kondisi ini disebut juga dengan Sindrom Aspirasi Mekonium (SAM).

Mekonium adalah kotoran yang dikeluarkan oleh bayi saat buang air besar untuk pertama kalinya. Kotoran ini berwarna hijau gelap dan kental.

Mekonium biasanya keluar saat bayi dilahirkan. Namun, pada beberapa bayi, mekonium keluar saat janin masih dalam kandungan. Kemungkinan terbesarnya adalah karena bayi terlambat lahir atau usia kandungan berusia lebih dari 40 minggu. Sindrom ini bisa menjadi situasi yang membahayakan bagi bayi.

Mekonium di paru-paru bisa menyebabkan terjadinya peradangan dan infeksi. Bayi yang mengalami paparan mekonium dalam cairan ketuban sejak lama mungkin akan membuat kulit dan kuku kering. 

Gejala yang paling umum adalah terganggunya pernapasan, seperti napas menjadi lebih cepat, terjadinya retraksi atau tarikan pada dinding dada, dan terdengar suara seperti mendengus ketika bayi bernapas. 

Tanda Bayi Kekurangan Oksigen

Gerakan bayi yang dilakukan dalam kandungan bisa dijadikan pertanda bahwa bayi mendapat cukup oksigen. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk memantau pergerakan bayi, dan membawa Si Kecil ke dokter bila terjadi gejala seperti berikut:

  • Tidak ada gerakan janin sebanyak 10 gerakan selama dua jam.
  • Terjadi penurunan atau perubahan ritme gerak bayi dari hari ke hari dibanding biasanya.
  • Tetap tidak merasakan gerakan janin, meskipun sudah dirangsang dengan suara berisik, makan camilan, atau memegang perut.

Selain pergerakan janin, ciri-ciri janin cukup oksigen meliputi:

Detak jantung

Denyut jantung janin harus berkisar antara 110-160 per menit. Untuk mengamati detak jantung bayi yang belum lahir, profesional medis dapat menggunakan perangkat pemantauan janin eksternal atau internal.

Selain pemantauan janin, detak jantung janin yang abnormal dapat dikenali dalam tes non-stress test (NST) atau (CST). 

Cairan ketuban

Pemeriksaan USG akan menunjukkan kondisi janin serta cairan ketuban di dalam kandungan kita. Jika janin kekurangan oksigen, maka cairan ketuban dalam kehamilan kita pun akan tampak abnormal. 

Untuk mengurangi risiko janin kekurangan oksigen, Bunda dapat melakukan tindakan pencegahan seperti berikut:

  • Biasakan berbaring di sisi kiri agar mengurangi tekanan rahim pada vena utama. 
  • Menghentikan penggunaan obat-obatan yang dapat berpengaruh pada pasokan oksigen untuk bayi.
  • Rutin berolahraga.
  • Melakukan latihan pernapasan ibu hamil.
  • Tidak merokok.
  • Istirahat cukup dan menghindari stres.

Jika setelah melakukan cara-cara tersebut janin masih menunjukkan tanda hipoksia, atau kondisi rendahnya kadar oksigen di sel dan jaringan, konsultasikan dengan dokter mengenai tindakan yang harus dilakukan ya, Bun.

Sumber:

Hello Sehat. 2021. Bagaimana Cara Bayi Bernapas Saat Masih dalam Kandungan?

Hello Sehat. 2021. 5 Cara Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir agar Cepat Kering.

Klikdokter. 2020. Bagaimana Bayi Bernapas dalam Rahim?

Orami. 2020. 3 Tanda Janin Kekurangan Oksigen, Waspada, Moms!

Training Doulas. 2020. How Can I Increase Blood Flow to Baby.

Healthline. 2017. How Do Babies Breathe in the Womb?

By dr. Linda Lestari, Sp.OG

Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *