Bunda Harus Tahu, Ini Gejala Botulisme pada Bayi

botulisme pada bayi

Ada alasannya mengapa bayi di bawah usia 12 bulan dilarang untuk diberikan madu, yaitu untuk mencegah terjadinya botulisme pada bayi.

Jika tertelan, bakteri Clostridium botulinum, yang umum ditemukan pada madu, dapat meracuni bayi dan menyebabkan komplikasi yang fatal, bahkan sampai kematian.

Apa Sebenarnya Botulisme?

Botulisme adalah penyakit langka yang terjadi saat bakteri C. botulinum masuk ke tubuh seseorang dan berkembang biak di dalamnya.

Bakteri ini kemudian memproduksi racun botulinum yang dapat memengaruhi sistem saraf tubuh, sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan. Jika tidak segera ditangani, maka dapat berakibat serius sampai ke kematian.

Ada lima jenis botulisme yang umum terjadi, yaitu:

1. Botulisme pada bayi (infant botulism)

Terjadi saat spora bakteri C. botulinum masuk dan berkembang biak di usus besar bayi. Bakteri ini kemudian memproduksi racun yang menjadi penyebab botulisme.

2. Botulisme luka

Terjadi saat bakteri C. botulinum terpapar di luka dan memproduksi racun botulinum. Orang-orang yang menggunakan narkoba dengan cara disuntik rentan terpapar bakteri ini, begitu pula dengan luka akibat kecelakaan dan luka operasi.

3. Botulisme bawaan makanan

Terjadi saat mengonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi racun botulinum. Jenis makanan yang umum tercemar adalah bahan makanan segar yang kemudian diawetkan sendiri di rumah kemudian dikemas dalam wadah.

Jika proses pengawetannya kurang baik, maka bakteri C. botulinum dapat leluasa berkembang biak.

4. Botulisme iatrogenik

Terjadi saat terlalu banyak racun botulinum yang diinjeksi ke tubuh dengan alasan kosmetik, misalnya untuk mengatasi keriput, atau bisa juga karena alasan medis.

5. Toksemia usus orang dewasa

Mirip dengan botulisme pada bayi, namun terjadi pada orang dewasa. 

Botulisme pada Bayi dan Gejala-Gejalanya

Botulisme pada bayi umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan yang telah tercemar oleh spora bakteri C. botulinum, dan makanan yang menjadi penyebab utamanya adalah madu.

Walaupun demikian, tak menutup kemungkinan bayi terpapar bakteri tersebut saat menghirup debu yang terkontaminasi bakteri C. botulinum.

Bakteri ini kemudian akan berkembang biak di usus besar bayi dan memproduksi racun botulinum, yang bersifat neurotoksin. Gejala-gejala bayi yang terkena racun tersebut di antaranya adalah: 

  • Sembelit
  • Kesulitan bernapas, bahkan berpotensi untuk napasnya terhenti
  • Kesulitan menyusu
  • Refleks mengisap saat menyusu berkurang
  • Ptosis (mata sulit dibuka)
  • Pupil mata lambat bergerak
  • Tangisan yang lemah
  • Ekspresi wajah datar
  • Lesu saat beraktivitas
  • Secara keseluruhan, tubuh menjadi terkulai lemah

Jika bayi Bunda memiliki gejala-gejala ini secara bersamaan, maka sebaiknya segera periksakan ke dokter anak atau langsung dibawa ke UGD rumah sakit terdekat.

Penanganan Bayi yang Menderita Botulisme

Jika hasil tes menunjukkan bayi memang menderita botulisme, maka bayi diharuskan untuk dirawat inap di rumah sakit karena bayi harus dipantau dengan intensif dan seksama.

Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi akibat botulisme pada bayi. Sebagai pengobatan, akan diberikan antitoksin dari racun botulinum. 

Jika otot-otot pernapasan bayi sudah terdampak, maka kemungkinan ia akan dirawat di ICU karena membutuhkan mesin bantu pernapasan.

Jika bayi kemudian menderita komplikasi akibat botulisme, maka dampaknya bisa terjadi cacat permanen atau bahkan kematian.   

Kasus botulisme pada bayi belum pernah terjadi di Indonesia, tapi tak ada salahnya Bunda melakukan pencegahan. Caranya dengan tidak memberikan madu pada bayi yang berusia di bawah 12 bulan sama sekali, apa pun bentuknya. 

Selain itu, menjaga kebersihan rumah juga penting untuk meminimalkan bayi terpapar debu dan kotoran yang mengandung bakteri C. botulinum.

Sumber:

CDC. 2021. Kinds of Botulism

Nadine Cox, M.D., Randy Hinkle, D.O (2002). Infant Botulism. Am Fam Physician. 2002 Apr 1;65(7):1388-1393

Medline Plus. 2019. Infant Botulism.

NSW Government – Health. 2018. Botulism Fact Sheet.

By dr. Fatimah Hidayati, Sp.A

Dokter Spesialis Anak

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *