Salah satu tes laboratorium yang dilakukan beberapa kali sepanjang kehamilan adalah tes urine. Lewat tes ini, kondisi kesehatan Bunda dapat terdeteksi, misalnya jika Bunda mengalami dehidrasi, adanya infeksi, sampai ke diabetes. Protein urine berlebih saat hamil juga merupakan pertanda adanya gangguan kesehatan, seperti preeklampsia atau masalah ginjal.
Apa Maksudnya Protein Urine Berlebih saat Hamil?
Protein urine berlebih, atau dalam dunia medis dikenal dengan istilah proteinuria, adalah kondisi saat ekskresi protein di dalam urine jumlahnya lebih tinggi dari normal.
Secara umum, ekskresi protein normal di urine adalah 150 mg per hari. Pada ibu hamil, ekskresi proteinnya memang lebih tinggi, tapi akan menjadi proteinuria jika melebihi 300 mg per hari.
Di ginjal terdapat pembuluh-pembuluh darah halus yang disebut dengan glomeruli. Fungsinya adalah membuang limbah ke urine dan menyerap ulang protein yang ada di dalam darah.
Namun karena adanya gangguan fungsi ginjal, maka protein yang diserap glomerulus menjadi bocor ke urine. Ini yang membuat kadar protein di urine menjadi berlebih.
Penyebab Protein Urine Berlebih saat Hamil
Kadar protein juga bisa meningkat karena peningkatan volume darah, yang membuat ginjal bekerja lebih keras dari biasanya. Sehingga bisa dikatakan bahwa kondisi hamil juga merupakan faktor risiko meningkatnya protein dalam urine.
Namun secara sementara, protein urine juga bisa meningkat akibat:
- Mengalami stres emosional dan fisik
- Dehidrasi
- Demam
- Berada di lingkungan dengan suhu tinggi
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko mengalami protein berlebih di ruine, di antaranya:
- Memiliki penyakit kronis sebelum hamil, seperti tekanan darah tinggi, diabetes (tipe 1 dan 1), lupus, migrain.
- Memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan ginjal dan hati.
- Pernah mengalami preeklampsia di kehamilan sebelumnya,
- Berusia di atas 35 tahun.
- Memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) 30 atau lebih (obesitas).
- Hamil kembar atau lebih .
- Jarak antara kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun.
- Kehamilan dilakukan dengan cara bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).
Kondisi protein urine berlebih saat hamil sebelum usia kandungan 20 minggu, bisa menandakan Bunda memiliki masalah ginjal atau infeksi saluran kemih (ISK) yang sudah terjadi sejak sebelum kehamilan.
Jika protein urine berlebih terdeteksi setelah usia kandungan 20 minggu, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah preeklampsia atau sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet). Jika tidak diatasi segera, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi serius baik bagi Bunda dan bayi.
Pemeriksaan Protein Urine Berlebih Saat Hamil
Pada ibu hamil, pemeriksaan kadar protein urine sudah harus dilakukan pada pemeriksaan kehamilan trimester pertama.
Kadar protein urine juga akan ikut diperiksa jika Bunda terdeteksi memiliki tekanan darah tinggi atau memiliki gejala-gejala preeklampsia. Namun perlu Bunda ketahui bahwa preeklampsia dapat terjadi tanpa adanya protein urine berlebih.
Pemeriksaan juga sebaiknya dilakukan jika Bunda mengalami gejala-gejala protein berlebih saat hamil. Gejala-gejala ini mirip dengan gejala pada gangguan ginjal, karena itu sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan segera.
Gejala-gejalanya antara lain:
- Pembengkakan di pergelangan kaki dan tangan, serta di mata.
- Ada sensasi rasa terbakar saat buang air kecil.
- Volume urine yang meningkat.
- Urine terlihat berbusa dengan cokelat atau kemerahan.
- Rasa nyeri di punggung bagian bawah.
Mengurangi Protein Urine Berlebih saat Hamil
Pengaturan pola makan menjadi kunci utama untuk mengurangi protein berlebih di urine. Beberapa cara yang bisa Bunda lakukan adalah:
- Mengonsumsi makanan yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, seperti buah kelompok sitrus, buah kelompok beri, ikan salmon, biji-bijian, wortel, brokoli, tomat, dan Greek yoghurt. Makanan yang kaya kandungan potasium dan magnesium juga dapat membantu menurunkan tekanan darah.
- Mengonsumsi makanan yang kaya kandungan asam lemak omega-3 seperti ikan makarel, ikan sarden, biji-bijian (flax dan chia), dan kacang-kacangan (walnut dan kedelai) untuk membantu menurunkan risiko preeklampsia.
- Mengonsumsi makanan yang dapat menjaga fungsi ginjal, seperti daging tanpa lemak, buah-buahan dan sayuran segar, kacang kedelai, gandum utuh, tahu, susu sapi, dan keju.
- Mengonsumsi makanan yang kaya serat serta probiotik untuk membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan.
- Minum air putih sesuai kebutuhan ibu hamil yaitu 2,5 liter per hari (kira-kira 10 gelas).
- Konsumsi garam sesuai anjuran dokter kandungan.
Sedangkan cara lain yang tidak berhubungan dengan pengaturan pola makan di antaranya adalah:
- Hindari menahan buang air kecil karena kantung kemih yang penuh dapat memicu tekanan darah tinggi.
- Rutin memeriksa tekanan darah di rumah.
- Jangan melewatkan pemeriksaan kehamilan dan USG. Jika ada gejala-gejala yang muncul atau ada perubahan apa pun pada tubuh Bunda, segera informasikan ke dokter kandungan.
Jangan anggap sepele kondisi protein urine berlebih saat hamil karena berkaitan dengan penyakit-penyakit yang serius. Diskusikan dengan dokter kandungan mengenai langkah-langkah pengobatan yang bisa Bunda lakukan jika terdeteksi menderita kondisi ini.
Sumber:
Bartal, MF. Et al (2020). Proteinuria during Pregnancy: Definition, Pathophysiology, Methodology, And Clinical Significance. Am J Obstet Gynecol. 2020 Sep 1;S0002-9378(20)30989-3.
Healthline Parenthood. 2021. What It Means If You Have Protein in Your Urine During Pregnancy.
Health Canal. 2021. Protein In Urine During Pregnancy – Cause, Signs & Treatment.