Berbagai Tipe Pola Asuh dan Dampaknya bagi Tumbuh Kembang Anak

Menjadi orangtua rasanya campur aduk! Ada rasa senang, bangga, khawatir, maupun cemas akan bagaimana cara mendidik si Kecil nanti. Tentu semua ingin anak-anak tumbuh dengan memiliki kepribadian yang baik serta mental yang kuat untuk menghadapi segala tantangan di masa depannya. Tumbuh kembang anak diawali dari rumah. Itulah mengapa pola asuh anak dan peran orangtua sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang si Kecil.

Mengasuh dan mendidik anak merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap orangtua, hal ini disebabkan karena pola asuh anak akan berpengaruh sangat besar terhadap perilaku serta masa depannya kelak.

Oleh karena itu, pola asuh anak merupakan salah satu topik penting untuk didiskusikan bersama pasangan sebelum Ayah dan Bunda menjadi orangtua.  Ayah dan Bunda dapat membicarakan hal ini selama masa kehamilan agar saat si Kecil lahir, Ayah dan Bunda sudah siap dalam menghadapi peran sebagai orang tua untuk mendidik si Kecil dengan pola asuh yang sudah disepakati bersama. 

Pola asuh adalah bentuk interaksi antara orangtua dengan anak, yang bertujuan untuk mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anak selama menjalani tugas-tugas perkembangan mereka.

Macam-macam Pola Asuh

Pola asuh dapat bervariasi pada setiap keluarga, tergantung bagaimana keluarga tersebut menilai bentuk pendidikan yang sesuai dengan anak-anak mereka. Akan tetapi ada pola asuh yang malah memberikan dampak buruk, alih-alih positif. Sebelum kita mengenal pola asuh mana yang positif, berikut adalah penjabaran beberapa tipe pola asuh, yaitu: 

1.    Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan adanya tuntutan akan kepatuhan yang tinggi dari anak. Dalam pola asuh otoriter, anak diharapkan mengikuti aturan ketat yang ditetapkan oleh orangtua. Jika tidak, biasanya anak akan menerima hukuman yang keras dengan tujuan agar mereka tidak mengulanginya lagi. Orangtua yang menganut pola asuh otoriter juga kerap menganggap kekerasaan adalah bentuk kedisiplinan. 

Pemberian hukuman seringkali tidak disertai oleh pemberian apresiasi oleh orangtua akan tingkah laku baik maupun prestasi yang dicapai anak. Orangtua cenderung menuntut, namun kurang memberi afeksi secara memadai. Mereka sering beralasan apa yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan anak dan apa yang dicapai anak senantiasa di bawah standar harapan mereka. 

Orangtua dengan pola asuh otoriter cenderung bersifat kaku, dominan dan diktator. Selain itu, mereka kurang responsif terhadap anak dan tidak memiliki komunikasi yang baik. Bentuk komunikasi orangtua otoriter cenderung satu arah (hanya melarang atau memerintah). Saat membuat aturan, biasanya orangtua dengan pola asuh otoriter tidak menjelaskan atau memberikan pengertian kepada anak tentang alasan mengapa aturan tersebut dibuat.

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter biasanya lebih patuh pada aturan. Akan tetapi, anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter seringkali rendah diri, cenderung agresif dan kasar, serta sangat sulit menerima kegagalan. Mereka sangat rentan mengalami stres karena kerap membebani diri mereka sendiri dengan tuntutan-tuntutan yang tidak realistis. Mereka pun berpotensi mengalami hambatan bersosialisasi karena sangat cemas memikirkan pandangan orang lain atau menuntut orang lain maupun lingkungan agar sesuai dengan harapan mereka. 

2.    Pola asuh permisif

Pola asuh permisif merupakan kebalikan dari pola asuh otoriter. Pada pola asuh permisif, orangtua cenderung lebih responsif, namun memberikan tuntutan yang rendah atau bahkan tidak ada tuntutan. Biasanya orangtua pada dengan pola asuh ini senantiasa menuruti kemauan anaknya, tidak memberlakukan aturan, serta jarang memberikan konsekuensi ketika anaknya melanggar aturan.

Orangtua yang menerapkan pola asuh permisif seringkali tidak membiasakan anaknya untuk mandiri. Mereka seringkali masih melayani semua kebutuhan anak dan mengambil alih semua masalah anak, sehingga anak tidak diberikan kesempatan untuk mengenali masalah serta menemukan solusi. Orangtua yang permisif juga sering memposisikan dirinya sebagai teman bagi anak-anaknya, sehingga tidak bersikap tegas. Alih-alih membuat anak menjadi respek, tindakan ini justru dapat memberikan dampak negatif karena anak menjadi kurang menghormati orangtua mereka.

Menurut penelitian, anak yang dididik dengan pola asuh permisif cenderung tidak memiliki prestasi akademik yang tinggi karena orangtua tidak terlalu menuntut dan berharap lebih kepada mereka. Pola asuh anak dengan tipe permisif juga memliki banyak dampak kurang baik bagi tumbuh kembang anak, antara lain, anak menjadi tidak matang, kerap bergantung pada orang lain, tidak bisa disiplin, sering membuat keputusan yang buruk atau senantiasa ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif pun kerap kesulitan dalam mengendalikan diri, yang dapat berakibat pada tantrum masa dewasa dan berpotensi pada tindakan-tindakan berisiko, seperti penggunaan NAPZA dan agresivitas. 

3.    Pola asuh otoritatif

Pada pola asuh otoritatif, terpenuhi dua aspek penting dalam pengasuhan, yaitu tuntutan dan respons (kepedulian) yang selaras. Orangtua dengan tipe pola asuh otoratif menetapkan aturan untuk anak-anaknya dan menuntut anak-anak untuk berperilaku baik maupun berprestasi, namun tetap mempertimbangkan anak untuk berdiskusi. Bentuk interaksi dalam pola asuh otoritatif bersifat demokratis. Orangtua dengan pola asuh ini tegas dan berwibawa namun juga memberikan kehangatan, dukungan serta memberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan anaknya. 

Saat anak menemui kegagalan, alih-alih menghukum, orangtua yang otoratif cenderung memaafkan serta memberikan dukungan agar anaknya dapat kembali bangkit dan bersemangat. Mereka pun membimbing anak untuk mengidentifikasi penyebab kegagalan, mengajak anak untuk mengenali masalah-masalah yang mereka temui, dan bekerjasama menemukan solusi serta memecahkan masalah. Orangtua dengan pola asuh otoritatif memperlakukan anak sesuai dengan usia, serta melakukan pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Gabungan pola asuh yang disiplin, hangat, dan responsif pada pola asuh otoratif dapat membentuk karakter anak yang mandiri, bertanggung jawab, serta berperilaku baik.

4.    Pola asuh tidak terlibat (acuh)

Pola asuh acuh ini merupakan tipe pola asuh yang dapat dikategorikan sebagai pengabaian. Dalam pola asuh ini, orangtua cenderung tidak terlibat serta tidak menuntut anaknya, karena beranggapan anak harus dapat mengurus diri mereka sendiri. Orangtua dengan pola asuh acuh mungkin akan tetap mengurus anaknya dengan memberinya makan serta tempat tinggal, namun jarang memberikan perhatian, dukungan emosional, serta cenderung mengabaikan anaknya. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh acuh berpotensi banyak menemui kegagalan dalam hidup, kurang kontrol diri, memiliki harga diri rendah, serta kurang kompeten di lingkungannya. Anak yang diabaikan pun akan sulit untuk mempercayai orang lain serta lingkungan sekitar, karena tidak terbentuk kepercayaan awal dalam keluarga. 

Demikian penjabaran tipe-tipe pola asuh beserta dampaknya pada perkembangan anak. Semua orangtua ingin bisa mengasuh anak dengan baik, namun niat baik tersebut perlu juga diiringi dengan pengetahuan yang tepat. Pola asuh positif memerlukan dua komponen yang harus dipenuhi, yaitu tuntutan dan kepedulian yang selaras. Dengan begitu, anak akan terdorong untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik, dapat berperilaku sesuai dengan lingkungan, dan dapat percaya diri, serta menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain, karena mendapatkan bimbingan dan dukungan dari keluarga. Jangan lupa untuk mendiskusikan serta menyepakati pola asuh dengan anggota keluarga lain yang terlibat dengan pengasuhan anak ya!  

Sumber:

What to Expect. 2021. Different Types of Parenting Styles

CNBC. 2021. A Psychologist Shares the 4 Styles of Parenting—and the Type that Researchers Say is the Most Successful

Webmd. 2021. What Is Authoritarian Parenting?

Very Well Mind. 2021. Permissive Parenting Characteristic and Effects

By Mardiana Hayati Solehah, M. Psi, Psikolog

Psikolog Klinis

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *