Hal yang Wajib Dibicarakan dengan Ayah saat Hamil

Saat melihat test pack yang bergaris dua atau dokter menyampaikan kehamilan, suami-istri akan merasakan berbagai hal. Kaget, senang, bingung, cemas, dan berbagai emosi yang campur aduk. Sebagai wanita, tentu muncul berbagai pertanyaaln yang muncul di benak Bunda. Bagaimana kehamilan saya nanti? Apakah yang akan terjadi pada tubuhku? Bisakah anak ini tumbuh sehat? Apakah saya mampu menjadi orangtua? Wajar bila wanita merasa lebih kalut, karena kehamilan akan membawa banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikis pada wanita. 

Akan tetapi, anak adalah buah cinta antara Ayah dan Bunda, maka Bunda perlu melibatkan Ayah untuk mendiskusikan banyak hal. Bila ingin dipahami oleh pasangan, maka perlu dikomunikasikan. Berikut adalah hal-hal yang perlu dikomunikasikan dengan pasangan, yaitu:  

  1. Keluhan-keluhan yang Bunda alami selama hamil maupun kekhawatiran-kekhawatiran yang dirasakan, seperti menjalani perkembangan janin, rasa takut akan persalinan
  2. Rencana persalinan dan menyusui
  3. Lokasi untuk membesarkan anak serta apakah lingkungan sekitar sudah mendukung tumbuh-kembang anak
  4. Pengelolaan keuangan setelah bayi lahir. Bertambahnya anggota keluarga baru tentu juga akan menghabiskan biaya lebih banyak. Coba bicarakan bagaimana rencana pengeluaran setelah si Kecil lahir seperti biaya kesehatan, pendidikan, pengasuh, dan lain sebagainya.
  5. Pola asuh anak. Bicarakan mengenai pembagian tugas mengasuh anak serta pola asuh yang mau diterapkan nanti. Bila kedua orangtua bekerja, tentu perlu didiskusikan mengenai siapa yang akan menjadi anak, seperti day care, pengasuh, atau meminta bantuan anggota keluarga terdekat
  6. Pembagian tugas rumah tangga. Penting sekali mendiskusikan bagaimana pembagian peran antara Ayah-Bunda setelah anak lahir nanti (bahkan sebaiknya dibicarakan sebelum menikah), sehingga semua pihak dapat berkontribusi dan tidak ada yang merasa dibebani oleh semua tugas.
  7. Hubungan pasutri setelah memiliki anak. Terdapat perbedaan dalam pernikahan sebelum dan sesudah memiliki anak, seperti waktu luang yang lebih terbatas, hubungan seksual yang berkurang intensitasnya karena lelah maupun nyeri, kesempatan untuk berdua, dsb, yang perlu untuk dibicarakan dan diantisipasi

Cara Memulai Komunikasi dengan Ayah

Banyak wanita yang enggan untuk berdiskusi dengan suami, karena mengganggap bahwa wanita yang bertanggungjawab penuh atas rumah tangga dan anak-anak. Memendam justru akan menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengganggu hubungan suami-istri dan menimbulkan rasa stres yang dapat mengganggu kesehatan Bunda maupun janin dalam kandungan. Komunikasi adalah langkah awal untuk membangun kepercayaan dan keamanan, yang diperlukan untuk menjalin kerjasama sebagai orangtua. Agar diskusi dapat berjalan dengan nyaman dan lancar, maka cobalah lakukan beberapa tips berikut ini: 

  • Pilih waktu ketika Bunda dan Ayah merasa tenang dan santai. Hindari waktu di mana Bunda dan Ayah sedang lelah dan stres.
  • Hindari menyalahkan, menyerang, dan mempermalukan satu sama lain. 
  • Minta Ayah untuk turut menyampaikan apa yang ia rasakan, pikirkan, dan harapkan dari peran baru ini. Hindari untuk menghakimi dan merendahkan perasaan Ayah, hanya karena Bunda berpendapat bahwa Bunda adalah satu-satunya yang berperan. Saling mendengarkan adalah kunci dari komunikasi yang baik. 

Tips Meningkatkan Kerjasama dengan Ayah

Semua pria yang akan menjadi ayah, pasti menginginkan yang terbaik untuk istri maupun anak-anak mereka. Tidak ada ayah yang jahat, yang ada adalah ayah yang tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Seringkali pria tidak berkontribusi, karena bingung bagaimana harus bersikap. Oleh karena itu, daripada uring-uringan karena merasa suami tidak mengerti apa yang Bunda alami, maka ajaklah suami untuk lebih dalam memahami proses kehamilan. Dengan begitu, suami akan merasa dilibatkan dan lebih berinisiatif untuk bekerjasama. Bunda dapat meningkatkan keterlibatan suami dengan berbagai cara berikut ini : 

  • Libatkan suami dengan mengajak pergi kontrol kehamilan ke dokter atau bidan
  • Buatlah daftar pertanyaan untuk ditanyakan kepada dokter/bidan bersama suami
  • Biarkan suami memberi masukan terkait kehamilan, persalinan, dan mengurus anak nanti. Hargai pendapat pasangan dan pertimbangkan bersama-sama pro-kontra dari masukan-masukan tersebut, dan buatlah keputusan bersama
  • Berikan suami berbagai sumber informasi terkait kehamilan, persalinan, menyusui, dan mendidik anak. Dorong suami untuk ikut serta pada komunitas maupun mencari tahu dengan teman-teman atau keluarga yang telah memiliki anak. Saat pria menemui teman-teman sesama pria yang peduli pada keluarga, mereka akan meyakini bahwa menjadi ayah yang terlibat adalah hal yang keren! 
  • Ajak suami untuk membentuk ikatan sejak awal, seperti menyiapkan makanan yang bergizi untuk Bunda, menyiapkan vitamin, bercakap-cakap dengan janin dan merasakan gerakan janin dalam kandungan
  • Ajak suami meluangkan waktu bersama untuk menyiapkan barang-barang keperluan bayi, menyiapkan kamar bayi, mendampingi di kelas senam ibu hamil, dsb

Sumber:

Kidspot. 2020. Pregnancy conversations you need to have with your partner.

Mom 365. 10 Things to Discuss with your partner. 

By Mardiana Hayati Solehah, M. Psi, Psikolog

Psikolog Klinis

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *