Kapan Waktu yang Tepat untuk KB Setelah Melahirkan?

pil kb untuk ibu menyusui

Setelah melahirkan, mungkin sebagian Bunda berencana untuk menunda kehamilan selanjutnya untuk mengatur jarak kelahiran Si Kecil. Hal ini sebaiknya harus dipersiapkan dari jauh hari karena Bunda dapat memiliki peluang kehamilan kembali setelah masa nifas selesai.

Cara yang paling efektif untuk menunda kehamilan adalah dengan menggunakan kontrasepsi atau yang sering disebut dengan istilah KB (Keluarga Berencana). Untuk itu, Bunda perlu mengetahui kapan waktu yang tepat untuk KB setelah melahirkan serta jenis KB apa yang Bunda akan pilih agar program KB Bunda dapat berjalan dengan optimal.

Jenis-jenis KB

Sebelum Bunda menggunakan KB, sebaiknya Bunda perlu mengetahui berbagai jenis KB karena setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Bila dilihat berdasarkan komposisinya, bisa dibagi menjadi KB hormonal dan KB non-hormonal. Bila dibagi berdasarkan rentang waktunya, bisa dibagi menjadi KB jarak pendek, menengah, panjang atau permanen. 

Tentunya untuk pemilihan KB sendiri, tergantung dari pilihan Bunda, karena akan disesuaikan dengan keinginan Ayah dan Bunda untuk hamil kembali. Bila dibagi berdasarkan kebutuhan/ tujuannnya, maka dibagi menjadi 3 fase, yaitu apakah Bunda masih menunda/ mencegah kehamilan, Bunda ingin menjarangkan kehamilan dan Bunda yang sudah tidak menginginkan kehamilan lagi.

Berikut ini beberapa jenis KB hormonal yang dapat Bunda pilih:

1.    Pil KB

KB dalam bentuk pil umumnya merupakan kombinasi antara hormon sintetik progesteron (progestagen) dan estrogen maupun pil yang hanya berisi hormon progestagen saja. Pil ini berfungsi untuk menahan/ mencegah terjadinya ovulasi (lepasnya sel telur dari indung telur). Pil KB juga berperan dalam perubahan pada lendir serviks atau leher rahim (agar sperma tidak bisa ‘bertemu’ dengan sel telur) serta mencegah terjadinya implantasi (penempelan) dari hasil konsepsi (kehamilan) pada dinding rahim (endometrium).

Pil KB biasanya terdiri dari 21-35 tablet yang harus dikonsumsi dalam satu siklus atau secara berkelanjutan. Pil ini memiliki tingkat efektivitas tinggi serta persentase kegagalan hanya sekitar 2-8%. Namun, pemakaian pil KB dapat menimbulkan efek samping seperti kenaikan berat badan, naiknya tekanan darah, pembekuan darah, mual, penurunan gairah seksual, volume menstruasi yang berkurang, serta payudara mengeras.

2.    Suntik KB

Suntik KB merupakan salah satu metode kontrasepsi untuk menunda kehamilan dengan cara menyuntikkan hormon pada tubuh wanita. Setelah disuntikkan, kadar hormon dalam tubuh akan meningkat, kemudian menurun secara bertahap hingga suntikan selanjutnya.

Suntik KB bila dilihat berdasarkan komposisi hormon yang dikandung, dibagi menjadi 2 macam yaitu suntik KB 1 bulan dan suntik KB 3 bulan. Suntikan KB 1 bulan berisi hormon kombinasi (estrogen dan sintetik progesteron), sedangkan suntikan KB 3 bulan berisi hormon progestagen saja. Suntik KB 3 bulan aman digunakan untuk ibu menyusui dan Bunda pun tak perlu repot mengonsumsi pil kontrasepsi setiap hari.

Namun, suntik KB kombinasi (KB 1 bulan) tidak dianjurkan untuk semua wanita terutama dengan beberapa kondisi kesehatan tertentu seperti gangguan hati, migrain, pembekuan darah, diabetes, kanker payudara, dan riwayat penyakit jantung. Beberapa efek samping suntik KB yang paling umum terjadi adalah gangguan menstruasi (tidak teratur) dan tidak langsung kembalinya kesuburan.

3.    IUD atau KB Spiral

IUD (intrauterine device) atau yang sering disebut dengan istilah KB spiral merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang cukup sering dipilih kebanyakan Bunda. Alat kontrasepsi ini mempunyai berbagai macam bentuk, dan pada umumnya IUD yang beredar sekarang ini berbentuk huruf ‘T’ berbahan plastik dan dipasang di dalam rahim untuk mencegah kehamilan. KB IUD ini terbagi dalam dua jenis, yaitu IUD yang dilapisi tembaga atau IUD non-hormonal, dan IUD yang melepaskan hormon sintetik progesteron atau IUD hormonal.

KB IUD non-hormonal berfungsi untuk mencegah kehamilan dengan cara menghalangi sel sperma masuk ke dalam saluran indung telur (saluran antara rahim dan indung telur atau tuba falopi) serta lilitan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi yang mencegah terjadinya kehamilan.

Sedangkan KB IUD hormonal memiliki hormon sintetik progesteron yang dapat menyebabkan perubahan hormonal, yang nantinya akan mempengaruhi lendir serviks menjadi mengental serta membuat sperma kesulitan untuk masuk ke dalam rahim.

Kedua jenis KB spiral ini merupakan alat kontrasepsi yang paling efektif jika Bunda tidak ingin hamil untuk sementara waktu setelah melahirkan. Selain efektif, KB spiral juga dapat bertahan untuk waktu yang lama yaitu sekitar 5-10 tahun untuk KB IUD non-hormonal yang dilapisi tembaga dan 3-5 tahun untuk IUD hormonal dengan sintetik progesteron.

4.    KB Permanen

KB permanen dilakukan jika Bunda dan Ayah berencana untuk tidak memiliki anak lagi secara permanen. Metode ini memiliki tingkat efektivitas 100% efektif untuk mencegah kehamilan dan bersifat permanen. Pada wanita, KB permanen dilakukan dengan metode tubektomi atau proses pengikatan saluran indung telur (tuba falopi). Setelah tubektomi, sel-sel telur tidak akan bisa bertemu dengan sperma, sel telur tidak akan bisa memasuki rahim dan tidak terjadi pembuahan. Cara ini juga akan menghalangi sperma masuk ke tuba falopi.

BACA: Mengenal Jenis-jenis KB: Kelebihan dan Kekurangannya

Waktu yang Tepat untuk KB Setelah Melahirkan

kb steril

Setelah melahirkan, tubuh Bunda memerlukan waktu untuk kembali subur seperti semula. Selain itu, saat masa menyusui bayi dengan ASI eksklusif, hal ini dapat menjadi KB alami karena adanya pelepasan hormon oksitosin dan prolaktin yang dapat membantu menghambat kerja hormon yang bertugas untuk merangsang terjadinya ovulasi atau pelepasan sel telur.

Menyusui ASI eksklusif kepada bayi untuk mencegah kehamilan ini dikenal dengan metode amenorea laktasi (MAL). Metode amenorea laktasi efektif sebagai metode KB jika Bunda menyusui secara ekslusif, belum mendapatkan haid, dan hanya dapat digunakan pada 6 bulan pertama setelah persalinan. 

Mungkin tidak semua Bunda mampu menjalani metode amenorea laktasi tersebut. Untuk itu, Bunda perlu memikirkan rencana KB setelah melahirkan sebelum kesuburan Bunda kembali seperti semula.

Umumnya, periode menstruasi normal akan kembali datang sejak 5-12 minggu setelah melahirkan. Dua minggu sebelum menstruasi datang, tubuh Bunda pun mungkin sudah kembali subur dan memiliki peluang kehamilan. Maka dari itu, sebaiknya Bunda menggunakan KB di waktu yang tepat yaitu sejak 3-4 minggu setelah melahirkan atau dua minggu sebelum menstruasi.

Menggunakan KB merupakan cara yang efektif untuk mencegah kehamilan setelah melahirkan agar jeda antara anak yang satu dan yang lainnya tidak terlalu dekat. Namun, sebelum Bunda menggunakan KB, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter kandungan agar Bunda dapat memilih jenis KB yang paling tepat untuk Bunda.

BACA: Mitos Atau Fakta: Ada Jenis KB Bikin Gemuk?

 Sumber:

NHS UK. 2020. When Can I Use Contraception after Having a Baby?

Baby centre. 2021. Contraception While Breastfeeding: Your Options

Webmd. 2020. Birth Control Options After Pregnancy

By dr. Andri Welly, Sp. OG

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *