Distosia Bahu, Ini Hal-Hal yang Perlu Ibu Hamil Ketahui

Distosia bahu adalah kondisi ketika salah satu atau kedua bahu bayi tersangkut di jalan lahir saat persalinan berlangsung. Oleh karena itu, distosia bahu bisa menghambat proses persalinan normal, Bun.

Mungkin Bunda belum pernah mendengar tentang distosia bahu karena kondisi ini memang cukup langka dan hanya terjadi pada sekitar 1 dari 150 kelahiran normal.

Meski langka, distosia bahu merupakan keadaan yang serius karena bisa menyebabkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Oleh karena itu, ibu hamil dan bayi yang mengalami distosia bahu perlu penanganan tepat dan segera dari dokter.

Apa Itu Distosia Bahu?

Distosia bahu adalah kondisi ketika bahu bayi tersangkut di jalan lahir, tepatnya di belakang tulang kemaluan ibu hamil. Bayi dikatakan mengalami distosia bahu apabila kepala bayi sudah mulai keluar dari vagina, tetapi tubuh bayi tidak dapat keluar meski ibu telah mengejan selama lebih dari 1 menit atau lebih. Kondisi ini membuat proses persalinan terhambat karena tubuh bayi lebih sulit dikeluarkan.

Nah, distosia bahu tentu membutuhkan penanganan dokter, Bun, supaya tidak terjadi cedera atau komplikasi pada ibu hamil dan bayi selama persalinan.

Penyebab Distosia Bahu

Distosia bahu sendiri disebabkan oleh ukuran janin yang besar karena berat badannya lebih dari 4–4,5 kilogram (makrosomia). Selain itu, distosia bahu juga bisa terjadi karena faktor berikut:

  • Posisi janin yang tidak optimal ketika memasuki jalan lahir
  • Pembukaan panggul ibu hamil terlalu kecil
  • Panggul ibu hamil sempit sehingga janin lebih sulit dikeluarkan (CPD)
  • Posisi ibu hamil saat melahirkan tidak memungkinkan panggul membuka lebar, misalnya posisi berbaring telentang
  • Ibu hamil menderita diabetes gestasional
  • Ibu hamil memiliki berat badan berlebih
  • Ibu hamil pernah mengalami riwayat distosia bahu pada kehamilan sebelumnya
  • Kehamilan dan persalinan melewati waktu perkiraan (HPL)
  • Ibu hamil berusia lebih dari 35 tahun

Penanganan Distosia Bahu yang Dilakukan Dokter

Bunda, wajar kok jika jadi khawatir karena mengalami salah satu faktor yang sudah disebutkan. Kalaupun saat persalinan mengalami distosia bahu, dokter akan mengerahkan berbagai cara, seperti manuver atau posisi tertentu, agar persalinan bisa dilalui dengan lancar.

Berikut ini adalah beberapa teknik maneuver yang bisa dilakukan untuk membantu proses persalinan dengan distosia bahu:

1. Teknik McRoberts

Teknik ini adalah cara pertama yang akan dilakukan dokter jika distosia bahu terjadi. Dokter akan mengarahkan ibu hamil untuk menaikkan paha ke arah perut sehingga bayi memiliki lebih banyak ruang untuk keluar.

2. Teknik Woods

Pada teknik Woods, dokter akan memasukkan jari di bawah bahu bayi, lalu memutar posisi tubuhnya agar menyamping sehingga memudahkan ia untuk keluar.

3. Teknik Rubin

Teknik ini hampir sama dengan teknik Woods yang dilakukan dengan cara memasukkan jari ke bawah bahu bayi dan mengubah posisi bahunya. Namun, pada teknik ini, dokter memberi sedikit tekanan pada bahu bayi sembari mendorong perut ibu hamil dari luar.

Untuk membantu melancarkan persalinan, dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan untuk menguatkan kontraksi rahim agar bayi lebih cepat dikeluarkan.

Jika teknik-teknik di atas tidak berhasil membantu proses persalinan, dokter akan memberi sayatan di perineum, yaitu lapisan kulit antara vagina dan anus, guna melebarkan bukaan persalinan.

Selain itu, dokter juga bisa melakukan upaya lain untuk membantu mengeluarkan bayi, seperti menggunakan forceps atau vakum. Jika persalinan normal melalui vagina masih tidak memungkinkan, dokter dapat melakukan operasi caesar.

Apakah Distosia Bahu Bisa Dicegah?

Setelah mengetahui tentang distosia bahu, Bunda pasti tidak ingin kondisi ini terjadi dan mulai bertanya-tanya, “Bisa nggak ya distosia bahu dicegah?”

Nah, sebenarnya distosia bahu memang cukup sulit untuk dicegah, Bun. Namun, Bunda bisa kok mengurangi risiko terjadinya hal ini dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Jadi, dokter dapat mengetahui bagaimana kondisi janin dan ukuran tubuhnya.

Dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan, dokter pun bisa menyarankan metode persalinan yang tepat dan sesuai kondisi Bunda dan Si Kecil, terlebih jika distosia bahu pernah terjadi di kehamilan sebelumnya.

Selain itu, Bunda juga bisa menerapkan beberapa tips berikut ini:

  • Mempertahankan kenaikan berat badan yang sehat selama kehamilan
  • Melakukan pemeriksaan dan mengontrol asupan gula apabila ibu hamil menderita diabetes
  • Menjalani pemeriksaan ke dokter bila belum melahirkan setelah melewati tanggal perkiraan persalinan

Pada kebanyakan kasus distosia bahu, dokter biasanya akan menganjurkan metode persalinan caesar untuk melahirkan bayi berukuran besar. Metode ini dinilai lebih aman untuk melahirkan bayi yang berisiko mengalami distosia bahu.

Meski demikian, dengan persiapan dan penanganan yang tepat, bayi yang berukuran besar dan berisiko tinggi mengalami distosia bahu juga bisa dilahirkan secara normal.

Itulah berbagai informasi seputar distosia bahu yang penting untuk Bunda ketahui. Jika masih memiliki pertanyaan seputar kehamilan dan persalinan, khususnya mengenai distosia bahu, bunda bisa berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan informasi lebih lengkap.

Sumber:

Cleveland Clinic (2022). Shoulder Dystocia.

Mayo Clinic (2022). Fetal Macrosomia.

American Pregnancy Association. Cephalopelvic Disproportion (CPD).

Miles, K. Baby Center (2021). Shoulder Dystocia During Delivery.

Adereyko, O. Flo Health (2020). Fetal Dystocia: Causes, Contributing Factors, and Treatment Options.

Moldenhauer, J.S. MSD Manual Professional Version (2024). Shoulder Dystocia.

Acosta, K.S. & Ashmore, S. Parents (2022). 9 Labor Positions to Try While Giving Birth.

Pregnancy Birth & Baby (2023). Shoulder Dystocia.

WebMD (2023). What Is Shoulder Dystocia?

By dr. Kevin Adrian Djantin

Project and Collaboration Medical Editor Alodokter

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *